Pov Tyas saat dimarahi oleh Abang iparny Ian.
Malam itu aku tengah sibuk dikamar menyiapkan persentase yang akan digelar lewat online. Ini pertama kalinya aku bertemu tatap wajah dengan orang yang kedudukannya di atas ku.
Pekerjaan yang kutekuni saat itu adalah hanya berjualan. Ya berjualan, tapi Alhamdulillah dengan kegigihan aku dapat menghasilkan hingga belasan dan puluhan juta. Barang yang tengah aku promosikan adalah Air al-kali yang sudah banyak dikonsumsi para artis juga, ternyata awal yang sedikit menjadikan rezeki yang banyak.
Aku mengira kegiatanku pasti akan berjalan sempurna. Ternyata tidak, sebab bukan usaha yang buat semuanya terkendala, melainkan keluarga.
Aku tinggal bersama kakakku Yani dan suaminya ian. Sebenarnya mereka adalah orang yang mendukung pekerjaanku, tapi entah apa yang membuat bang Ian salah paham denganku. Sehingga harus disalahkan dengan keributan mereka yang hampir tiap hari terdengar.
"Kamu bilang sama adikmu itu! Disini kalau hanya ingin makan tidur dikamar, bagusan pulang." Bang Ian berucap pada kakakku dengan suara tinggi, jelas aku mendengar ucapannya. Sakit sekali rasanya hidup menumpang pada orang lain, ya padahal mereka bukan orang lain, melainkan saudaraku sendiri.
Entah apa salahku, pekerjaan dirumah itu sudah aku selesaikan semua, hanya karena aku berdiam diri dikamar. Padahal aku punya alasan mengapa aku berada dikamar selama berjam-jam. Hampir tiap hari mereka bertengkar tapi baru kali ini namaku dibawa-bawa oleh bang Ian.
"Jangan bawa-bawa adikku, kamu emosi selalu menyalahkan orang lain. Lihat dirimu itu, kalau kamu sudah tidak pegang uang, dan dijauhi temanmu, kau selalu melampiaskan kemarahanmu pada kami semua yang ada dirumah ini. Harusnya kamu sebagai kepala rumahtangga bisa menjadi contoh buat kami semua. Lihat kau menghabiskan uangmu untuk berjudi, dan pakai obat terlarang kan!!! Aku tahu semuanya, dan sekarang aku tahu kenapa kau bertingkah seolah kau benar!!! Karena otakmu itu sudah eror!!!!" Kak Yani sangat benar-benar emosi. Aku bisa mendengar ucapannya dengan jelas, dan aku merasakan bahwa selama ini kak Yani tertekan dengan rahasia suaminya.
"Terserah kau mau bilang apa tentang aku. Aku cuma gak mau menampung orang pemalas dirumah ini. Karena dia lahir bukan dari orang kaya, jadi jangan sok kaya." Aku mendengar ucapan bang Ian sambil memegang dada yang kian sesak. Rasanya sudah tidak tahan dengan semua tuduhannya. Begitu angkuhnya dia berkata seolah aku adalah orang yang selalu menyusahkan hidupnya.
Keponakanku Aisyah dan Rama datang menghampiriku sembari memelukku yang sedang menangis sesenggukan. Betapa mulianya mereka, diumur yang baru 10 dan 11 tahun sudah peka dengan keadaan.
"Oh!!! Sekarang kau bilang adikku numpang disini. Biarpun kau memberikan uang untuk kebutuhan dia, tapi dia juga mengembalikkan uangmu lewat kebutuhan anakmu. Justru yang diberikan dia melebihi apa yang selama ini kau berikan untuknya.!! Tapi lihat dia memberi tanpa berbicara. Tidak sepertimu memberi tapi kau selalu berbicara padaku jika kau telah memenuhi kebutuhannya!! Kau itu sangat angkuh!!! Dengan uangmu yang belum seberapa itu. Lihat..... "
"Cukup!!!!!" Ucapku memotong ucapan kak Yani " Bang aku memang numpang dirumah ini, jadi memang aku tidak pantas ada dirumah ini. Walaupun aku sudah menyelesaikan pekerjaanku, tapi buat seorang penumpang tidak pantas mendapatkan jam istrahat. Aku sadar itu, tapi aku berdiam diri dikamar bukan untuk istrahat, tapi menyelesaikan pekerjaanku. Agar aku juga bisa membantu kebutuhan ekonomi yang kala mendesak dapat dibutuhkan. Aku tahu uangku yang selalu dipinjam kak Yani memang tidak seberapa nilainya. Tapi setidaknya uangku bisa mencegah perutmu!! (Tunjukkan pada bang Ian) yang terkadang minta di isi dengan makanan yang enak. Mungkin kamu belum menyadari bang, bahwa keributan mu pada istrimu karena hal sepele , yaitu makanan. Kau selalu marah saat kak Yani hanya memasakkan sayur tanpa ada lauk pauk, kau membanting pintu dengan keras lalu pergi." Aku berucap dengan emosi yang selama ini kupendam.
"Berani kau!!! Aku hanya meminta kakakmu bisa memberikan yang lebih layak. Aku bekerja seharian untuk kalian, untuk jajan kalian. Yang kutanyakan bukan soal makanan sekarang!! Tapi kau yang tidak tahu untung, ditampung Mala berlagak seperti nyonya besar dirumah ini" bang Ian pun tak kala emosi menanggapi ucapanku.
"Berkata soal layak!!! Seolah tidak sadar bahwa dirimu itu juga seorang lelaki yang tidak layak untuk dipertahankan!! Aku akan pergi sekarang.!! Ucapku meninggalkan mereka dan masuk kedalam kamar untuk mengemasi barangku.
Kak Yani mengikuti langkahku .
"Jangan pergi Yas?? Abangmu cuma emosi." Bujuk kak Yani sembari mengambil pakaianku yang sudah ada dikoper lalu mengembalikan kelemari. Sementara aku mengambil dari lemari lalu kumasukkan ke koper, jika diteruskan pasti pekerjaan tidak akan selesai.
Aku menelangkupkan tubuhku dan wajahku kebantal, tidak tahu mengapa aku ingin menangis sendiri dikamar itu.
"Tolong tinggalkan aku kak" ucapku pada kak Yani.
Aku merasa hidupku hanya menyusahkan banyak orang, aku ingin melawan dan berbicara darimana kak Yani mendapatkan uang pinjaman untuk membayar hutang mereka di Bank, agar bang Ian juga tahu terimakasih. Bahkan uang itu sudah 3 bulan belum dipulangkan dan 2 kali kak Yani meminjam. Bang Ian hanya tahu jika itu adalah uang yang dipinjam dari arisan kak Yani, bang Ian tidak pernah tahu siapa sebenarnya pemilik uang itu. Karena kak Yani bilang, saat dia mengatakan saran agar meminjam dariku, bang Ian justru berkata malu. Karena aku adalah adik kak Yani.
Saat menangis tidak tahu mengapa aku teringat semua kenanganku bersama bapak. Karena bapak adalah sosok yang sangat terlihat sayang padaku. Bahkan aku lebih dekat dengan bapak ketimbang mamak.
Tangisku terus tiada henti, sampai suatu ketika aku melihat bayangan bapak datang menghampiriku, seperti sedang mengelus rambutku lalu kembali pergi meninggalkanku. Namun tiba-tiba tanganku terulur dan terus memanggil beliau. Tapi beliau tidak menanggapiku, dia hanya terus pergi sembari tersenyum. Aku terus menangis, dan mulai terdengar seseorang memanggil namaku berkali-kali.
"Yas? Bangun Yas? Kenapa kamu hei. Bangun ayo bangun? Istighfar Yas, baca doa Yas" Samar-samar aku mendengar kak Yani memanggilku.
"Ambilkan air putih syah" ucap kak Yani kembali kepada keponakanku yang bernama Aisyah.
"Iya mak" ucap Aisya cepat.
Beberapa saat tubuhku seperti ditarik dengan cepat dan mataku mulai ingin membuka, tapi tidak tahu mengapa sangat berat sekali, sampai akupun tertidur.
Ketika jarum jam menunjukkan angka dijam 4 sore aku terbangun, dan teringat hal yang sebelumnya aku alami. Tanpa sepengetahuan kak Yani dan yang lainnya. Aku kembali mamasukkan barangku dan meraih handphone dan mencari nama kontak seseorang.
"Hallo mas? Ucapku.
"Assalamualaikum Yank? Tumben sore-sore Uda nelfon."suara lembut dari seberang telepon.
"Waalaikum sallam? Maaf mas aku lupa ngucapin Sallam, oh ya mas aku mau minta tolong sama kamu bisa gak ya?" Ucapku memohon pada mas said.
"Kalau mas bisa pasti mas tolong yank?" Ucapnya kembali.
"Aku ingin pulang, bisa antar aku malam ini ke loket bus terdekat" ucapku tanpa basa-basi.
"Lo kok pulang yank??"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments