"Kenapa orang-orang ini, kok seperti bersaing" dengan jalan cepat Tyas melangkah kekamarnya dengan handuk yang melilit tubuhnya.
---------
"Hallo? Oh gitu? Iya Uda nanti aku kesana minta antarin mas said." Ucap Tyas menjawab telfon dari kakaknya Yani, yang rumahnya tidak terlalu jauh dari tempat Tyas tinggal.
"Kenapa yank?"
"Itu kak Yani ngajakin kita makan bareng dirumahnya? Jadi aku disuruh bantuin dia masak." Jawabnya
"Mas bisa kan anterin aku kesana." Sambungnya kembali.
Sejenak said tampak sedang berfikir, namun tak lama diapun mengangguk, menandakan setuju.
"Tapi yank, mas datangnya sebelum isya ya? Kamu tahu sendiri kerjaan mas gimana?"
"Iya mas? Lagian mas, kan sudah aku bilang jangan semua-semua dikerjain. Ini sudah ngurus kebun, ngurus sapi, eh Mala sekarang ikutan muat kelapa sawit. Aku memang seneng mas itu bertanggung jawab dan juga gigih. Tapi aku gak mau kamu itu gak mikirin badan kamu." Tyas mengutarakan pendapatnya kepada said.
"Kan bisa untuk tambah tabungan yank? Untuk jaga-jaga melahirkan." Terang said.
Selesai berdebat mereka pun berangkat kerumah Yani. Tyas langsung menuju dapur sementara said menghampiri Ian yang sedang membakar kayu untuk membuat bara api.
"Acara apa ini bang? Sini biar aku aja. Selagi masih ada waktu" ucap said sambil mengambil beberapa potong kayu untuk dimasukkan kedalam api.
" Ini acara makan keluarga aja, biar rame. Ehmm Gak kerja apa kamu id" tanya Ian kepada iparnya yang sedang sibuk ikut membuat bara.
"Kerja bang, tapi nanti nunggu mobil muatannya datang. Masalahnya belum pulang dari pabrik mobilnya bang, Jadi nyempatin ikut kesini." Jawabnya, dengan sesekali tangannya mengibaskan kepulan asap yang menghampirinya.
"Om, tenok mobinku becan? Elik di pacan" ungkap Zein anak bungsu Yani dan Ian. Yang bahasanya sulit dimengerti oleh said.
"Wihhh wihhh wihhhh pinjam dong? Belik dimana tadi" sambung said sambil mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh anak gempal yang berusia 2 tahun itu.
"Elik pacan.!!" Jawabnya cepat.
"Hahahaha kata dia pasar Lo mas? Kamu itu, masak gak ngerti sih" ejek Tyas dari arah pintu dapur yang langsung berhadapan dengan Ian dan said.
"Belajar dari sekarang id, biar ngerti bahasa bayi" sambung Yani.
" Nanti id kalau sudah punya anak. Apalagi anak pertama, belum ada pengalaman. Nah pas masa baru lahir, jelas begadang tu sampek berapa bulan, abis itu mulai lasak merangkak, masukin segala macam apa yang dipegang, nah giliran belajar jalan, kalau yang modelnya lasak, pasti gak mau duduk, mintanya jalan mulu. Belum lagi pas sudah jalan, pasti habis rak piring, habis rak baju, merusuhi tiap hari. Nah giliran sudah merasa tenang bertambahnya besar, pasti sudah mulai mengerti saat di ajak bicara. Tapi justru kita yang sulit mengerti perkataan dia, nanti kalau kita gak ngerti dengan apa yang dimaksud sama dia, pasti marah. Apalagi kalau sudah pintar meminta barang baru. Nah disitu kamu harus banyak sabar id, kamu harus bisa kontrol emosi kamu, karena fase itu dia akan mulai meniru apa yang diperbuat orang tuanya." Dengan sedikit pengalaman Ian membagikannya kepada said.
"Ehmm gitu, terimakasih bang, sudah dibagi pengalaman, jadi bisa sambil belajar." Said mengucaokan terimakasih dengan tulus, bahkan dia sedikit kagum.
Hari itu mereka makan malam bersama, dengan beralaskan tikar pandan. Yani, Ian dan ketiga anaknya sudah duduk rapi bersebelahan dengan orang tuanya. Sementara Tyas masih menunggu suaminy, karena dia berjanji datang sebelum isya. Tapi sudah hampir masuk isya suaminya tidak kunjung datang.
"Kak biar anak-anak sama bang Ian makan lebih dulu saja, mungkin mas said belum selesai pekerjaannya" Tyas memberika n saran kepada kakaknya, karena dia juga tidak enak jika harus menunggu suaminya.
"Biar barengan aja kan biar rame, lagian Abang juga masih belum laper." sanggah Ian.
Saat bersamaan suara motor Ian terdengar ditelinga semua orang yang sedang menunggunya.
"Assalamualaikum?" Terdengar suara said dari arah luar.
"Waalaikum sallam" ucap semua orang yang ada didalam rumah Yani.
"Maaf datangnya telat, tadi sapinya masuk kelahan orang jadi harus direpotkan peliharaan dulu" ucap said meminta maaf.
"Sudah sini masuk, kita makan bareng" timpal Ian.
Dengan lahapnya semua orang yang berada dirumah itu menikmati makanannya. Setelah selesai makan, mereka bersenda gurau bersama, serta menceritakan pengalaman masing-masing.
Setelah selesai bertandang dan sudah hampir tengah malam, Tyas dan said memutuskan untuk berpamitan.
"Kak, bang kami pulang ya? Sudah malam masalahnya." Pamit Tyas kepada kakak dan Abang iparnyaa.
"Besok sering-sering kesini, kan dekat, kalau gak ada yang antar biar dijemput sama anak-anak." Kini permintaan Yani hanya dijawab dengan anggukan kepala dan senyum lebar di bibirnya.
---------
Keesokan harinya.
Wika berpapasan dengan Tyas di antara rumah faedah dan rumah yang ditempati Tyas. Namun Wika menunjukkan wajah judesnya, sambil mulutnya mengerucut. Tyas mencoba menyapa dengan suara lembutnya.
"Lagi apa Wika? " Tanya Tyas dengan kaki terhenti dihadapan remaja kecil itu.
" Lagi nyapulah, emang gak lihat" ucap Wika dengan tidak sopannya.
Sebenernya Tyas merasa sebal dengan tingkah anak itu, tapi mau bagaimana lagi, memang susah banget ngatur anak itu. Tapi Tyas tidak ambil pusing soal anak itu, dia hanya berdoa, semoga dewasa bisa berubah.
Saat mulai asik membersihkan halaman terdengar suara dari pintu belakang.
"Ommm, oommm". Panggilan dari Wika akhirnya kujawab dengan lembut.
"Oom lagi tidur siang wik, ada penting atau gimana. Sini masuk dulu" sambut Tyas kepada keponakan dari suaminya.
"Gak jadi!! Nanti aja kalau sudah bangun. Lalu dia berbalik dan berjalan pulang" dengan wajah berat ia harus pulang kerumahnya.
"Biar ibu bangunkan dulu ya?"cegah Tyas.
Tidak berapa lama said keluar sambil mengkucek matanya yang belum sepenuhnya sadar.
"Omm kata. Bundaku, kalau mau ambil air, jangan yang sudah disaring dong!! Masak kami yang punya sumur gak kebagian air" kini ucapan Wika membuat jantung Tyas berhenti sejenak. Yang membuat hatinya sedih, mengapa harus anaknya yang menyampaikan, dan berprilaku semena-mena.
(Gimana bisa anak umur 12 tahun kok seberani itu kepada orang yang lebih tua, lalu ada aku disini, kenapa tidak disampaikan langsung ke aku, mengapa harus memaksakan diri untuk bertemu dengan suamiku) kini Tyas juga semangkinhari semangkin kesal.
"Iya!." Jawab said singkat.
Lalu Wika jalan kearah pulang, yang berada disamping rumah Tyas.
"Gimana ini mas? Kita untuk dapatin air bersih dengan cara apa coba" ucap Tyas kepada suaminya.
" Untuk sementara tidak apa kan kita mandi dengan air yang belum disaring ya Yas" jelas said kepada istrinya.
Tanpa jawaban Tyas lalu menganggukan kepala dengan cepat.
Kini hati dan pikiran Tyas mulai bertanya-tanya apa hal yang tidak disukai oleh faedah dari dirinya, sampai harus berbuat seperti itu. Bahkan hari itu juga wajah faedah sangat amat ketus, bahkan disapa saja seperti orang yang kehilangan pendengaran dengan tiba-tiba.
Dan pada hari itu juga menjelang sore, terlihat Bandi dan faedah sedang berusaha mengikat sapi yang sedikit agresif. Karena Bandi adalah agen sapi, dan tidak pernah terjun langsung dilapangan, dibuat kewalahan.
Tyas pun mencoba membangunkan suaminya, dan memberitahukan apa yang dilakukan Bandi dan istrinya. Niat Tyas agar suaminya mau membantu. Tapi berkali-kali Tyas membangunkan, suaminya tak kunjung bangun. Tyas yang sedang asik melihat penghasilan jualan air alkali tiba-tiba dikejutkan dengan suara faedah yang melengking dari arah jendela samping.
"Yas!! Bangunin tu suamimu, dari tadi dipanggilin gak datang-datang. Apa gak liat abangnya lagi kesusahan" ucap faedah dengan nada tinggi.
Tyas yang mendengar perkataannya dibuat bingung, Karena dia sama sekali tidak mendengar panggilan untuk suaminya. Justru dia inisiatif sendiri membangunkan suaminya agar mau membantu pasangan itu. Dengan kesal Tyas membangunkan suaminya dengan suara yang tak kalah lantang dari faedah. Faedah yang melihat ekspresi Tyas faedah malah berangsur mengeluarkan kepalanya dari jendela dan berjalan pergi.
(Apa pikir dia telingaku peka, hingga tidak mendengar semuanya, semangkin dibiarkan semangkin menjadi) bathinnya kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments