"Akhirnya kita halal mas" ucap Tyas sembari membersihkan make up yang menutupi wajah manisnya seharian.
"Iya yank? Sekarang Uda bisa peluk kamu?" Balas Said mendekap istrinya dari belakang.
"Capek sekali rasanya? Gimana orang yang menggelar resepsi sampai berhari-hari, haduh gak kebayang capeknya" keluh Tyas kepada Said yang sekarang menjadi suaminya.
Said tidak menanggapi ucapan istrinya, hanya saja dia terus menyandarkan kepalanya pada tengkuk istrinya yang putih bersih, sesekali gemas sambil menggigit kecil.
"Mas? Masih banyak orang dirumah, malu aku tu kalau pagi-pagi kelihatan basah rambut" sambil menghindari suaminya yang tenyata terlihat agresif sampai membuat bulu disekitar lengan dan tengkuk merinding.
"La kamu istriku,terus kalau rambut basah apa bisa dipastikan habis melakukan hubungan, bilang aja selesai datang bulan. Beres yank?" Rengek Said seperti anak kecil.
Tyas yang mendengarnya mencoba menyembunyikan kegugupannya, padahal hati dan otaknya mengantarkan hayalan-hayalan yang semangkin membuat dirinya ngeri sendiri.
"Aku mau kekamar mandi" ucap Tyas sambil melepaskan dekapan suaminya.
"Jangan lama-lama ini Uda malam? Awas kalau kamu melarikan diri" Said berucap sambil kedua tangannya memegang rahang istrinya dengan lembut dan gemas.
"Kamu tu mesum! Mata kamu mas dikondisikan jangan menatap yang aneh-aneh" Tyas melengos pergi meninggalkan suaminya dengan wajah merah dan malu-malu.
Sementara suaminya terkikik sendiri melihat tingkah lucu istrinya. Dia berucap syukur karena Allah memberikan seorang wanita yang tulus mencintainya walaupun ada tindakan buruk yang belum pernah diberitahukan oleh Tyas Dirinya hanya menyimpannya sendiri dan belum siap kehilangan istrinya.
Sementara dikamar mandi Tyas masih memegang dadanya karena dia belum dapat mengatur detak jantungnya yang kian berdetak sangat cepat. Gugup dan bingung yang dia rasakan.
"Padahal Uda sering ketemu? Ya memang sih gak pernah bersentuhan tapi masak iya sih segugup ini aku, ya Allah aku malu? Gimana cara nutupinnya biar gak kelihatan norak" Tyas berbicara sendiri dikamar mandi dengan sesekali mengguyur sisa-sisa make up-nya. Namun ada sesuatu yang dirasakan dari dalam tubuh.
"Dih kok jadi kebelet sih? " Langsung ia menyelesaikan hajatnya. Namun saat dia menaikkan pakaian dalam bagian bawah Dia terkejut, tapi juga membuat hatinya sedikit lega.
Tyas pun kembali ke kamar, sambil berpikir jawaban yang pas saat suaminya bertanya.
Kreeettt.. suara pintu dibuka dengan perlahan sehingga mengejutkan said yang sedang asyik berbaring melihat handphonenya. Namun yang membuat Tyas curiga said terlalu buru-buru menyembunyikan handphonenya dibalik bantal. Tyas dengan penuh selidik menatap wajah suaminya.
"Ih mata kamu yank, tajam!! Ngeri aku lihatnya. Sini biar mas makan" said dengan cepat menarik tangan Tyas.
Tyas pun memberontak dan tidak mengindahkan ucapan suaminya. Dengan cepat Tyas mengambil handphone yang disembunyikan oleh suaminya.
Wajah said pun tiba-tiba tegang.
Tyas terus mencari folder yang baru saja dibuka dari handphone itu. Tidak butuh waktu lama karena saat kotak kecil di sudut kanan handphone itu diklik muncul folder chrome. Langsung saja diklik oleh Tyas.
Saat folder terbuka mata Tyas membulat sempurna, dengan wajah sedikit memerah, bagaimana tidak ternyata said membuka pencarian dengan kata kunci (Cara melakukan malam pertama menurut Islam dan tidak terlupakan) .Dia langsung kembali dan membuka aplikasi hijau bergambar telepon. Setelah terbuka dia melihat beberapa pesan dari teman said lalu matanya tertuju pada obrolan group yang masih terus terlihat aktif. Dia pun meminta izin pada suaminya untuk membuka aplikasi WhatsApp. Ya walaupun dia sudah membukanya terlebih dahulu, namun untuk membacanya dia ingin memastikan jika suaminya tidak keberatan.
"Mas boleh aku buka WhatsApp kamu" ucap tyas lembut kepada Said.
Said yang juga belum tahu tentang isi pesan itu mengiyakan saja.
Dengan cepat Tyas membuka obrolan group terlebih dahulu
[Id malam pertama ini kamu harus buktiin ke istrimu, ya minimal 1 jam lah.. karena kalau kamu cuma kasih waktu sekian menit. Aduhh bisa-bisa kamu ditinggalkan nanti] pesan tertulis dari Diki temannya.
[Aduh Ki gayamu? Said pasti manjain istrinya. Kaya dia manjain trailnya] Bayu tertulis namanya di obrolan itu.
[Woy jangan pada ganggu!! Si said masih menikmati surga dunia, sebentar lagi dia akan jadi singa yang melolongkan suaranya di akhir makannya? Yang buat Tyas merinding dan berteriak] Tyas melihatt pesan itu dari Adi. Orang yang dulu juga sempat dekat dengan Tyas.
"Resek banget temenya mas said" ucap Tyas dalam hati.
"[Oh yes oh no no no no no] kini pesan itu tertulis dengan nama mbak Evi.
Mulut Tyas membulat lalu mengembalikan obrolan dan langsung mengecek nama mbak Evi, lalu dia melihat profil seorang wanita dengan anak laki-laki kecil.
"Mas ini siapa!" Ucap Tyas dengan wajah marahnya. Namun saat dia marah dengan wajahnya yang sedikit dia majukan kearah suaminya. said Mala semangkin suka dan gemas.
"Oh itu? Istrinya bang Dedi? Kenapa" ucap said santai sambil memeluk pinggang istrinya.
"Kenapa dia bisa ada dgroup obrolan bersama teman lelakimu" kini Tyas berucap sambil melepaskan tangan suaminya yang terus menggoda bagian tubuhnya.
Said tidak menjawab, hanya terus menggoda istrinya.
"Mas aku serius tanya kamu!" Kini ucapan Tyas sedikit tegas dan matanya menatap curiga.
"Itu bang Dedi, terkadang dia kalau hp dipake anaknya, balasnya pake nomor istrinya. Ntar kalau anaknya pakai hp istrinya dia balas pakai nomornya sendiri. Apalagi dia adminya jadi suka-suka dia mau dibuat gimana itu group. Ehmm kamu cemburu ya?????" Kini said menatap mata dan wajah istrinya yang terlihat malu-malu.
"Ih gak lah? Aneh aja soalnya? Apalagi pesannya itu mencolok banget di group, geli aku bacanya" sambil merinding Tyas mengungkapkan isi hatinya.
" Biar gak geli baca yang gituan, mending kita main bareng" ucap said mengelitik perut istrinya
Sehingga membuat Tyas memekik dengan suara kerasnya. Bisa jadi orang yang berada di ruangan tengah mendengar suaranya. Tyas terus meronta karena dia orang yang tidak bisa di gelitik.
"Mas Uda aku capek? Sakit perutku" ucapnya ampun.
"Tidur aja yuk" ucapnya sambil membelakangi tubuh suaminya.
"Ohh rupanya istriku ini orangnya gak suka basa-basi, mau langsung aja ya" ucap said memeluk istrinya dari belakang.
"Tahu gak dosa buat istri-istri yang tidur membelakangi suami" ucapnya kembali.
"Astaghfirullah halazim" Tyas berucap sambil membalikkan tubuhnya. Siapa sangka wajahnya Mala menabrak dada bidang suaminya. Yang tidak menggunakan atasan, Ntah kapan pria itu membuka kaosnya.
"Mas kok gak pakai baju emang gak dingin" Tyas mencoba berucap santai, padahal hatinya seperti orang yang gelisah terlihat dari wajahnya yang memerah.
"Ohh jadi kamu dingin, iya mas juga jadi dingin kalau gak pakai baju gini? Bagi selimut boleh kan?" Sambil masuk dan menggenggam tangan istrinya.
Tyas yang terlihat gugup saat tangannya di genggam, langsung menutup matanya rapat dan menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan untuk mengatasi rasa gugupnya.
"Kok tangan kamu dingin yank, terus matanya kenapa ditutup rapat-rapat gitu, kelihatan banget bohongnya. Ini lagi nafas kamu itu buat aku merinding, jangan di tiup ke dadaku?" Ucap said menggoda istrinya. "Oh ya detak jantungmu kedengaran ditelingaku yank, kamu gak pengen dengar" kini kepala said dengan sengaja menyandarkan di dada istrinya hanya untuk mendengar detak jantung.
Tapi perbuatannya membuat Tyas merinding dan seperti orang gelisah yang dia sendiri tidak tahu mengapa bisa seperti itu.
(Padahal aku Uda siapin kata-kata buat mas said agar menjauh sementara dariku, tapi mengapa bisa jadi begini) keluh Tyas didalam hati.
"Jangan gugup, mas gak terburu-buru. Santai aja" ucap said mencoba menenangkan hati istrinya. Padahal dia sendiri juga sedang mengatur jantungnya yang terus bergejolak.
Said pun mencoba mencium kening istrinya dengan lembut untuk pertama kali. Begitu juga dengan Tyas yang baru pertama kali disentuh oleh seorang lelaki yaitu suaminya. Lalu said melanjutkan mencium mata istrinya, hidung dan pipi. Lalu perlahan bibirnya menyentuh bibir istrinya.
Sepontan Tyas kaget dan langsung membuka matanya. Namun dengan cepat said mencoba lebih dalam ******* bibir istrinya.
Tyas yang tadinya malu lalu mencoba belajar mengimbangi ke agresifan suaminya. Hingga keadaan tidak lagi dingin, lalu said mencoba menciumi leher jenjang istrinya dan sesekali menggigit hingga meninggalkan bekas kemerahan.
Kini said mencoba membuka kancing piyama milik istrinya, namun tangan Tyas mencoba menahan dengan mata yang masih terpejam.
"A-aku gak bisa mas" Tyas tetap mencoba menepis tangan suaminya.
"Kenapa? Jangan takut?" Said mencoba menenangkannya.
Tyas tidak lagi dapat membalas ucapan suaminya, karena said mengecoh konsentrasinya. Said seperti mendapatkan mainan barunya, terus saja memanjakan istrinya dengan lembut agar Tyas tetap merasa nyaman saat berada didekatnya. Kini pakaian bagian atas Tyas juga sudah terbuka hanya meninggalkan pakaian dalam saja. Lalu said mengkecup bagian perut yang rata, sehingga membuat Tyas terkejut dan geli. Said tidak menghiraukannya, Mala semangkin gemas dengan ekspresi yang ada di wajah istrinya.
Lalu tangannya beralih ke celana tidur milik istrinya namun lagi-lagi tangannya ditepis oleh Tyas.
"Mas aku gak bisa ?" Kembali Tyas mengatakan tidak bisa.
"Kenapa? Kamu takut? Gak apa-apa kita santai aja. Atau kamu mau minum" rayu said.
Tyas hanya menganggukkan kepala tanpa menjawab apapun. Said langsung mengambil air putih di meja rias istrinya.
"Mas untuk malam ini aku gak bisa? Aku sedang datang bulan" ucap Tyas dengan hati-hati.
Said yang mendengar pun langsung menoleh ke arah istrinya.
"Kamu gak lagi bohong kan? Jangan karena takut kamu menunda ini yank?" Said kembali merayu sambil menggenggam tangan istrinya.
Tyas pun menggeleng.
"Kalau mas gak percaya, mas boleh lihat? Tapi apa tidak menjijikkan jika aku harus kasih tahu" Tyas menunduk ditepi ranjang.
"Aku gak jijik, tapi itu gak perlu aku percaya kamu?" Said memeluk lalu mencium kening istrinya" kalau begitu sekarang kita istirahat, besok pekerjaan kita banyak. Pasti dandang besok jatah buat kita, simpan tenaga banyak ( dandang adalah istilah panci besar yang untuk menanak nasi).
Tyas pun bangkit dan beranjak ingin kembali membaringkan tubuhnya ke ranjang.
"Yank?" Said menghentikan langkah istrinya.
"Iya mas?"
"Aku percaya dengan kamu, jadi gak perlu nunjukin juga" ucap said menggoda istrinya.
"Terimakasih mas?" Kini Tyas kembali ingin menaikkan kakinya.
(Sepertinya dia gak sadar, kalau PMS nya menodai celananya) batin said sambil melihat istrinya.
"Yank? Kamu tembus coba kamu lihat," kembali said menghentikan langka Tyas.
"Astaghfirullah halazim mas, aku belum pakai pembalut, lupa stok aku, Uda malam begini pakai apa coba" ucap Tyas bingung.
Said berfikir sejenak lalu melihat jam tangan yang terletak dimeja rias istrinya.
"Belum tengah malam tepat, aku akan ajak Diki buat cari di indomaret " ucap said sambil mengenakan bajunya kembali.
"Oh jadi temenmu yang ikut nginap di resepsi kita salah satunya Diki? Pantesan jahil, yang mana sih orangnya, lagian kenapa mesti sama dia sih mas! Kan bisa sama aku" kini Tyas merajuk.
"Yank kamu dalam keadaan begitu emang bisa ditahan keluarnya, ntar kalau kamu disana banjir-banjir Gimana?"
"Ya udah deh? Tapi jangan beritahu temenmu kalau beli pembalut, bisa di ejek kita". Kembali Tyas memberitahukan idenya kepada said.
"Iya iya. Y Uda istirahat dulu ya.."
Said pun beranjak pergi meninggalkan kamar istrinya.
(Kenapa ide selesai datang bulan Mala jadi beneran datang bulan sih) gerutu said dalam hatinya.
"Mau kemana id?" Ucap buk Surti ibu dari Tyas.
"Keluar sebentar buk cari keperluan buat Tyas, mendadak sakit" ucap said sembari tersenyum.
Kakinya pun melangkah ke ruang tamu mencari keberadaan temannya. Ternyata Diki tidak ada, yang terlihat hanya keluarganya saja yang sudah terlelap, kakinya pun melangkah keluar, ternyata Diki berada di luar bersama keponakan Tyas yang umurnya sekitar 20 tahun.
"Lo om mau kemana?" Ucap Farid melihat ke arahku.
"Mau ke Indomaret sebentar, ada yang harus dicari, kamu dik aku cari-cari juga" said berjalan ke arah mereka sambil menepuk punggung Diki.
"Aku tahu yang kamu cari? Besok aja lah, puasa dulu aja puasa?" Ucap Diki cengengesan sembari makan kacang sambil berjongkok.
"Sebentar ini darurat?" Said menarik kera baju temannya.
"Aku masih dapat hukuman ini, lihat kartuku bagus ini" Diki pun tak tinggal diam saat dipaksa oleh said.sengaja dia mengambil kotoran hidungnya lalu di letakkan dilengan temannya.
"Ih jorok nyong" ucap said sambil menjitak kepala temannya.
Saat bersamaan kartu Diki dinyatakan sebagai pemenang, akhirnya salah satu dari mereka yang ikut main menggantikan posisi Diki yang berjongkok.
"Ayuk! Malam pertama bukannya main sama istri, Mala gangguin temen, kamu tahu gak ini malam jum'at, kamu gentayangan kaya kuntilanak" cericos Diki sambil memakai sendal dan berjalan untuk menaiki sepeda motor yang dipakai said.
"Huss kebiasaan cangkemmu" ucap said meremas bibir Diki. (Cangkem itu maksudnya mulut)
"Om lewat jalan sana aja, dari sini agak serem" goda Farid kepada said dan Diki.
Said dan Diki saling bertatapan.
"Hahahah lawak " kini Farid cengengesan merasa tidak bersalah.
Said dan Diki pun beranjak pergi meninggalkan halaman rumah Tyas menuju Indomaret yang tidak terlalu jauh dari rumah Tyas.
"Cari apaan sih tengah malam gini, kembang, apa menyan" Diki kembali berucap yang sama sekali tidak disukai said.
"Jangan sampai kuturunkan disini kamu dik, ngomong kok ngasal" ucap said menambah kecepatan pada sepeda motornya.
Tidak ada lagi yang dikatakan Diki sepanjang perjalanan. Sampailah mereka dihalaman Indomaret, segera said dan Diki masuk mencari apa yang dicari.
" Jangan-jangan kamu cari Kon**m kan?" Lagi-lagi Diki berucap seenaknya saja.
"Aku udah Halal, ngapain pakai begituan, emangnya kamu gak bertanggungjawab, aku coba lihat, halalin dulu baru sentuh" said membalas Diki dengan ucapan menyindir.
Cukup lama said dan Diki muter-muter mencari sesuatu tapi belum dijumpai.
"Kamu cari apa biar kubantu" ucap Diki gak sabar.
"Janji kamu jangan lemes ya" ucap said memastikan temannya."tapi gak jadi, aku tanya kakak itu aja".
Said berjalan menjauhi Diki , sementara Diki mengikuti dari arah gang lain. Sengaja ingin menguping pembicaraan temannya.
"Ehmm mbak? Ehmm anu, ada pengaman buat wanita" ucap said kepada salah satu pekerja.
Wanita itu terkejut dan bingung menjawab pertanyaan said
"Maksudnya gimana bang? Pengaman wanita tidak ada, adanya di bidan bang, atau di apotek, tapi kalau pengaman buat pria ada bang" ucap pekerja tersebut.
Diki yang menguping cengengesan mendengar temannya menanyakan soal pengaman. Tapi dia tetap menunggu ucapan said kembali.
"Dih gak mungkin aku pakai begituan, itu Lo mbak? Apa sih itu, yang suka ada iklannya di TV, aku tahu tapi kok susah ya bilangnya" ucap said bingung.
Diki yang paham kemana arah pembicaraan said langsung nongol.
"Pembalut mbak? Letaknya dibagian mana ya?" Ucap Diki kepada wanita pekerja itu.
"Ohh pembalut.. disana bang, mari saya tunjukkan." Pekerja itu berjalan mendahului dan berhenti di sudut ruangan.
"Itu bang, dipilih aja mau yang mana? " Lalu wanita itu pergi meninggalkan mereka berdua.
"Yang mana ya, kira-kira yang mana dik?" Said tambah dilema melihat semua merk-nya.
"Tadi gak butuh, sekarang tanya!! Aku mana ngerti? Tapi tunggu aku tanya Wulan dulu" ucap Diki.
"Wulan siapa?" Said tambah bingung.
"Mbak yang tadi namanya Wulan?"
"Sok tahu kamu." Said melengos.
Diki Berjalan sedikit kearah depan..
"Kakak Wulan?" Ucap Diki lembut.
"Iya bang, eh kok kenal ya?" Wanita itu malu-malu.
"Butuh bantuan ni.. boleh minta waktunya sebentar?" Goda Diki.
"Boleh, apa itu? " Wanita itu menghampiri dan mulai mengikuti langkah Diki yang mengarah kearah said.
"Gini kak? Temenku cari pembalut buat istrinya, yang bagus yang mana ya, atau yang biasa dipakai banyak wanita" Diki berkata dengan luwesnya kepada lawan bicaranya.
Kini wanita yang bernama Wulan itu mala jadi malu atas pertanyaan yang dilontarkan oleh Diki
"Ehmm istrinya gak bilang merk-nya apa ya bang, atau biasanya pakai yang biasa atau yang bersayap gitu" ucap wanita itu lagi.
Kini Diki terkikik dan said bingung
"Saya terlepon dulu mbak?" Ucap said sembari pergi sedikit jauh untuk menghubungi istrinya.
Sementara Diki Mala menggoda pekerja yang bernama Wulan.
"Mbak mau kemana? Sini dulu aja, ntar kalau temen saya butuh bantuan gimana?" Wanita itu hanya mengangguk.
"Oh ya kak temen saya baru nikah hari ini, harusnya malam pertama Mala gak jadi, kasian saya lihatnya" ejek Dani dibelakang temannya.
"Bang tapi kelihatan polos temennya, pasti setia tu orangnya" sindir wanita itu sambil matanya melirik ke Diki.
"Saya juga polos kak? Tapi untuk tahu sesuatu juga bukan berarti berpengalaman kak, kan edukasi" gaya Diki dengan percaya diri.
"Ih Abangnya sewot, merasa ya bang ya?" Ejek wanita itu menimpali perkataan Diki
"Ih kakak ini, ya gak lah.. oh ya kak Wulan orang mana?" Ucap Diki basa-basi.
"Dekat sini kok, oh ya kok tahu nama saya Wulan"
"Tu dari nametag nya" balas Diki. "Oh ya bole gak minta nomor WA nya"
"Pekerjaan kami di awasi oleh CCTV bang" tolaknya halus.
"Oh gitu? Gini aja deh, kakak boleh balik ke pekerjaan kakak, tapi ntar selipin di kantong belanjaan kami nomor kakak" rayu Diki.
"Ehmm ok deh, kalau begitu saya kembali bekerja ya bang" ucap wanita bernama Wulan"
Dari kejauhan said pun kembali ketempat Diki menunggu.
"Gimana, mau jalur darat apa jalur udara" ucap Diki.
"Maksudmu?" Jawab said bingung.
"Ya yang bersayap apa yang biasa" goda Diki.
Ternyata wanita bernama Wulan mendengar percakapan mereka sambil terkikik saat merapikan rak yang tidak jauh dari tempat said dan Diki berdiri.
"Ini aku dikirimi foto ini, habisnya penjelasannya buat bingung, merk-nya itu bacanya buat bingung, belum warnanya lagi, ukurannya juga" ribet banget wanita.
"Sini biar aku yang cari!" Diki merebut ponsel temannya sembari melihat dan mengambil dua wadah dan memberikannya kepada said.
"Kok dua" said mengernyitkan alisnya.
"Wanita itu PMS normalnya 7 hari, setidaknya satu hari 2 Sampai 3x ganti, itu juga belum tentu cukup." Lalu Diki berhenti berucap karena ada wanita yang sedang memperhatikan dirinya. " Ehmm masak kamu gak tahu soal itu, kelihatan banget sekolah sering bolos" kembali Diki meralat ucpannya.
"Aku selain sekolah soal cewek juga aku gak paham. Emangnya kamu yang sering" tiba-tiba mulut said berhenti karena Diki langsung menyerobot belanjaan Diki dengan cepat, sembari berkata.
" Sering disayang guru kan? Uda yuk , bisa jadi habis kamu pulang kelamaan, apalagi kata orang cewek kalau PMS suka marah-marah" ucap Diki sambil jalan mendekati kasir.
Mereka pun membayar belanjaan, Diki terus menatap wanita yang bernama Wulan.
"Tunggu aku mau beli cemilan dulu," Diki kembali ke rak cemilan yang sedang disusun oleh Wulan.
"Uda ditulis belum, kamu Uda janji lo, tahu hukum janji kan" Diki tidak kehabisan cara.
"Saya tidak pernah berjanji bang?" Ucap wanita itu tidak mau kalah.
"Kakak Uda bilang ok deh. Itu tandanya iya. Jadi harus tanggung jawab"
"Y Uda tunggu sebentar " wanita bernama Wulan jalan mendekati meja kasir.
Diki pun menenteng belanjaannya ke arah kasir juga.
Wanita bernama Wulan itu menuliskan sesuatu pada kertas lalu memasukkan kedalam kantong plastik belanjaan mereka.
Akhirnya mereka pun bergegas pulang sambil menenteng belanjaan, tapi Diki meminta said agar dia yang terus menenteng belanjaan sampai kerumah dengan alasan takut cemilannya dimakan oleh said.
Saat di jalan masuk gang ke rumah tyas, Diki di kejutkan bayangan putih dari arah kebun kelapa sawit.
"Id itu apaan, astaghfirullah, Allahuakbar, laillahaillallah.."
"Apaan sih" spontan said pun melihat kearah yang dilihat Diki. Lalu mereka terkejut bersama dan langsung tancap gas dengan kecepatan tinggi. Untung saja jalannya sudah rapi dan tidak ada lagi kendaraan yang berlalu-lalang.
Sesampainya dirumah mereka disambut Tyas dan teman yang lain.
"Kenapa ngos-ngosan gitu, kaya dikejar hantu kamu mas, padahal kan naik motor?" Ucap Tyas
"Husss memang kami dikejar setan? Tu dekat kebun sawit sebelum jembatan" ucap Diki .
Kini Tyas dan Farid tertawa bersama sambil terpingkal-pingkal. Bahkan Farid sambil jongkok berdiri mendengar kelanjutan cerita kami.
Tyas pun tertawa sambil mengeluarkan airmata
"Apaan sih Mala tertawa" ucap mas said dan Diki sambil dengan mata kesal
"Itu si parmen mas, orang yang kurang waras dikampung ini? Kerjanya cari barang bekas sambil nakuti orang pake karung goni yang dia Bawak kalau malam hari" ucap Tyas sambil memegang perutnya.
"Pantesan suara ketawanya lucu" ucap Diki menimpali perkataan Tyas.
"Lucu tapi mukul-mukul pahaku, suruh tancap gas paling cepat." Ucap said kesal pada Diki.
"Kaget aku id" ucap Diki mengatur nafasnya.
"Itu yang aku bilang tadi oom, tapi karena aku percaya oom gak mungkin takut hal begituan jadi aku gak bilang" ucap Farid
"Apa ini" ucap Tyas memegang kertas kecil dari dalam kantong.
"Oh itu punyaku. Sini, aku susah dapatinnya ni" ucap Diki sambil mengambil kertas ditangan Tyas.
Tyas hanya menaikkan satu alisnya, memandang aneh ke arah Diki teman dari suaminya.
"LAAAAA apaan ni, diprank aku." Gerutu Diki kesal.
Dengan cepat said memungut kertas yang sengaja dibuang temannya. Tidak berapa lama said tertawa besar sambil memukul bahu temannya.
"Kenapa si mas, minta nomor tog*l darimana si, nomornya aneh" ucap Tyas bingung.
Said yang masih tertawa mencoba menjelaskan.
"Gini Lo yank, si Diki naksir cewek, pekerja juga di Indomaret. Dari awal datang sampai akhir ngerayu aja kerjanya, pakek maksa pulak dia minta nomor cewek itu. Gak taunya yang dikasih kayak gitu" lagi lagi said gak bisa menahan tawanya.
Diki spontan menoyor kepala said.
"Coba lihat." Ucap Yudi salah satu teman said yang juga ikut menginap.
[0452 coba buka CD anda. Nomor togel sudah tertera]
"Hahahaha kau agresif kali, coba kutengok CDmu, pake nomor rupannya" ucap Yudi.
"Kalian tengok besok ya?" Ucap Diki percaya diri.
Itulah Diki Dimana terlihat ada wanita cantik, maka dengan percaya diri dia merasa akan cepat diterima. Beda lagi dengan Yudi yang pembawaannya sedikit lebih tenang dan tidak banyak bicara.
Malam itu pun mereka akhiri dengan beristirahat, walaupun dalam hati masing-masing menyimpan sesuatu yang mungkin orang lain tidak ketahui.
----------------
05:30 Tyas bangun dari tidurnya. Lalu ia memandangi wajah suaminya yang masih terlelap, dia masih belum menyangka bisa berjodoh dengan orang yang sangat sempurna di hatinya. Dia beranjak turun lalu membantu keluarga yang sedang menyiapkan sarapan. Didapur benar-benar sibuk dengan kegiatan masing-masing, yang disiapkan juga tidak kalah banyak seperti acara resepsi. Karena keluarga said akan pamit pulang pagi itu juga, belum lagi adat di daerah khas Sumatera selesai resepsi ada acara pembubaran panitia, dan memasak makanan 2 jenis. 1 makanan yang sudah pasti ada seperti Bubur Sum-Sum (Bubur sum-sum diharuskan ada selesai acara resepsi) dan yang kedua makanan berkuah segar, seperti bakso, mie SOP, soto, atau mie ayam. Yang nantinya akan dibagikan kepada orang yang ikut membantu acara resepsi tersebut.
"Yas, yuk bantu hidangin makanan ke ruang tamu, biar pada sarapan semua. Keluarga said juga mumpung sudah pada bangun dan mandi. " Ucap Surti ibu dari Tyas.
"Iya Mak?" (Mamak itu ibu. Disumatera juga banyak memanggil sebutan Ibuk dengan kata mamak)
Sembari menghidangkan makanan mertuanya juga terus melirik ke arah Tyas sambil tersenyum, Tyas juga masih belum percaya bahwa ibunya said merestui hubungan mereka. Padahal sebelumnya dia orang yang pertama menentang hubungan tersebut. Karena ia tidak mau membuat Riska kecewa.
(Yang pengen tahu Riska siapa? Ada di novel sebelumnya. Judulnya :PERNIKAHAN DASAR CINTA)
Setelah acara resepsi drumah Tyas selesai, kini harus disibukkan kembali di acara rumah mertua. Karena kami sama-sama bersuku Jawa, jadi adatnya setelah acara resepsi dirumah wanita selesai maka sepasarnya acara dirumah pria. (Sepasar maksudnya sepekan, tapi biasanya hanya berjarak 5 hari saja).
"Yankkeperluan Uda selesai semua kan?" Tanya said pada istrinya.
"Uda mas..?? Tinggal mandinya aja" jawab Tyas pada suaminya.
"Ehmm yank? Kamu masih PMS" tanya said setengah berbisik.
Tyas yang mendengarnya hanya menganggukkan kepala, lalu terlihat wajah kecewa di wajah suaminya.
Tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka karena disibukkan dengan kesibukan masing-masing.
Kemudian mobil rentalan dan satu bus sedang melaju ke rumah said. Jarak tempuhnya lumayan memakan waktu, karena lokasi rumah said sedikit jauh dari kota. Untuk masuk ke lokasi rumahnya harus lebih dulu melewati perkebunan kelapa sawit milik salah satu pejabat di Indonesia, Yaitu Abu Rizal Bakrie.
Setelah sampai di kediaman said mereka pun disambut hangat oleh keluarga pria. Segala hidangan dijamukan, mereka dilayani dengan sangat baik.
Acara yang sangat dinantikan oleh Tyas dan said, Namun ada hal mengganjal yang membuat hati Tyas terasa sakit.
Saat itu Tyas bertemu dengan Faedah, istri dari bang Bandi. Bang Bandi adalah Abang kandung dari said, jadi statusnya ipar, jadi Tyas dan Faedah posisinya sama-sama sebagai menantu.
"Buk yuk ke tempat tetangga sebelah sana liat kolam pancing. Biar gak suntuk disini." Ucap kak faedah ramah. Karena memang dia juga salah satu orang yang paling berjasa dalam hubungan Tyas dan said. (Faedah memanggil Tyas dengan sebutan Ibuk, maksudnya untuk mengisyaratkan panggilan anaknya terhadap dia).
"Jauh gak kak? Mamak asam uratnya masih belum sembuh, jadi gak bisa jauh-jauh" tanya Tyas kepada faedah.
"Gak? Tu samping rumah? Cuma nyebrangi lahan yang banyak ditumbuhi rumput, tapi rumputnya pendek kok buk? Yuk" ajak faedah kembali.
Akhirnya Tyas serta ibu dan kakaknya mengikuti arah kaki faedah melangkah.
Tidak berapa lama faedah berhenti disalah satu gubuk tempat kolam pemancingan tersebut.
"Oh ya nek? Kok si Yani sama si Iyan buru-buru banget pulangnya? Harusnya kalau kesini kan lebih seru lagi" pancing faedah kebada ibu Tyas.
"Iya anaknya yang 1 kan Uda kelas 6, katanya mengejar waktu ujian yang tidak lama lagi" jawab ibu Tyas.
"Aku sebenarnya bingung dengan sikapnya Yani Nek, Uda di tinggal main judi terus, eh belum lagi narkobanya" kini faedah berucap yang tidak perlu diberitahukan.
Saat itu juga wajah ibu Tyas berubah .
"Oh ya buk, katanya Ibuk juga Uda cerai sama suami ya buk, gara-gara narkoba juga ya" tanya faedah kepada Mira kakak Tyas.
Kini wajah Tyas semangkin tegang dengan ucapan faedah. Belum lagi Mira yang sudah melirik kearahnya dengan sorot mata yang tajam. Tyas hanya bisa menggeleng kearah kakaknya Mira.
"Maaf ya buk? Kemaren waktu acara resepsi, tetangga Ibuk sempat cerita tentang rumahtangga Ibuk" sambung kak faedah kembali.
"Gak papa kak? Lagian emang bener ceritanya, sebenarnya kalau narkoba mungkin aku bisa maafin dan mencoba untuk merubah, tapi kesalahan dia yang lain yang buat aku melangkah mundur". Ucap Mira tanpa penyesalan.
"Apa itu buk" tanya faedah penasaran.
(Kenapa kak faedah berubah gini, biasanya dia selalu nutupin kesalahan. Ini Mala bongkar aib kakak kandungku. Sekarang Mala ungkit rumah tangga kak Mira. Kenapa sekarang baru ketahuan sifat aslinya) bathin Tyas.
"Judi dan juga main perempuan" jawab Mira tegas.
"Ya Allah buk, kirain aku aja yang punya sakit hati kayak gini " kembali faedah memancing permasalahan.
"Maksudnya" ucap Surti ibu Tyas.
"Aku buk pernah hampir cerai sama ayahnya anak-anak, ya bisa dibilang kasusnya sebelas duabelas lah sama mantan suaminya Ibuk, ( sapaan buat Mira, yang mengisyaratkan panggilan untuk anaknya).
Surti langsung melirik kearah wajah anaknya Tyas dengan tatapan khawatir.
"Mak? Uda mau ashar yuk kesana lagi, gak enak kalau kelamaan. Soalnya tadi kata ibuknya mas said. Kami harus nyambut tamu" ajak Tyas kepada ibu dan kakaknya Mira.
Karna Tyas tidak mau melihat keluarganya khawatir dengannya.
(Astaghfirullah.. aib suami saja dibuka apalagi denganku nanti yang akan menjadi iparnya). Bathin Tyas kembali, ada sedikit kecemasan diwajah Tyas.
Akhirnya mereka kembali ke rumah said. Acara berlangsung dengan lancar, hanya saja wajah Nana Kakak said yang nomor dua terlihat sangat tidak bersahabat.
Waktu itu didalam kamar Tyas mencoba bercerita dengan suaminya said.
"Mas? Kayaknya kak Nana gak suka sama aku, wajahnya itu Lo hampir gak pernah senyum, takut aku jadinya" keluh Tyas kepada suaminya.
"Kak Nana memang orangnya serem, tapi kalau Uda dekat, kamu nanti bisa nilai sendiri. Gak usah memikirkan yang belum tentu kebenarannya." Said berucap sembari membuka kemeja yang melekat di tubuhnya, sehingga meninggalkan kaus tanpa lengan yang membentuk tubuhnya.
"Tapi kak faedah bilang Kak Nana itu orang yang kurang bersahabat dengan dia." Kini kekhawatiran Tyas tidak dapat dipendam. Bahkan kata yang harusnya dia sembunyikan malah jadi keceplosan.
"Yank?? Aku sudah lama tinggal dengan kakak kandung dan Abang kandungku sendiri. Aku juga bisa membedakan dan merasakan mana yang tulus, tapi aku gak pernah menjelekkan kejelekan seseorang. Nanti sayang bisa membedakan ya sendiri" ucap said menasehati sambil mencium pucuk kepala istrinya.
"Tapi ada satu hal yang aku gak suka dari kak faedah, dia berani membuka aib kak Yani dan bang ian langsung ke mamak dan kak Mira, aku cuma gak mau mamak khawatir, dia punya penyakit lambung. Jika ada pikiran yang menggangu itu bisa langsung kambuh" kini Tyas berucap dengan airmata yang tidak bisa ditahan.
"Tenang? Kita bisa melewatiny" said masih mencoba menenangkan istrinya. Walaupun didalam hatinya ia tidak terima dengan kelakuan kakak iparnya.
"Uda gitu yang buat aku gak nyaman lagi dekat sama dia, dia berani menceritakan aib suaminya didepan mamak dan juga kak Mira. Mungkin kalau kami orang lain dia boleh bercerita, tapi apa dia gak sadar kalau aku, anak dari orang yang dia ajak cerita juga menantu dirumah suaminya!" Kini Tyas teramat kesal dengan apa yang sudah terjad.
"Id, Yas? Boleh masuk? Kakak mau ambil selimut dulu." Suara dari balik pintu kamar yang mengejutkan mereka.
"Iya kak boleh? Gak dikunci" jawab said.
Setelahnya kak nanalangsung masuk sesekali sepasang netranya melirik ke arah Tyas yang berpura-pura membersihkan wajahnya.
"Yas, kalau susah bersihkan wajahnya, Ntar kakak ambilin pembersih wajah kakak, tapi kakak Antar selimut dulu ke orangtuamu. Tadi kakak lupa siapinnya" ucap Nana sambil mengambil beberapa selimut dengan matanya yang terus memperhatikan wajah Tyas.
"Oh iya boleh juga kak, agak susah memang ini. Tebel banget makeupnya. Sampek mataku perih gini" Tyas menimpali ucapan kakak iparnya dengan berbohong.
[Sedikit flasback ke cerita yang ada sangkut pautnya sama cerita ini. Sebelumnya ada di cerita PERNIKAHAN DASAR CINTA. Yang mana Tyas salah satu anak perantau dari sumatera ke Riau, dan diriau dia tinggal bersama kakaknya yang bernama Yani dan iparnya yang bernama Ian. Dan kebetulan rumahnya satu dusun dengan Faedah dan Bandi abang dan ipar dari said. Disanalah said dan Tyas bertemu dan melewati lika-liku bersama).
"Yas, tadi malam cocok gak pembersih wajahnya?" Sapa Nana pada Tyas yang sedang membersihkan sebagian piring kotor.
"Cocok kok kak, ehmm kakak mau masuk apa?" Tanya Tyas basa-basi.
"Cuma manasin aja Yas, kalau masak sayur lagi takutnya gak termakan." Ucap Nana sembari tersenyum.
(Ternyata Kak Nana kalau senyum gak keliatan garangnya. Tutur katanya juga lebih sopan) bathin Tyas.
" Yas kakak ntar mau mau bayar tagihan listrik? Ikut gak, biar sekalian jalan-jalan" ajak Nana.
"Ikut kak? Biar tahu suasana daerah sini juga"
Pekerjaan mereka pun dikerjakan sambil bertukar cerita, sampai akhirnya Tyas baru menyadari bahwa Nana bukan seperti orang yang pernah diceritakan oleh Faedah. Tapi masih tetap menjaga ucapannya agar tidak menimbulkan masalah.
----
Yas, ud siap belum keburu panas, karena nanti mau mampir sebentar kepasar, ada yang harus dicari" tanya Nana menghampiri tyas yang sedang merias wajahnya.
Tyas merupakan wanita yang tidak terlalu suka berhias, tetapi untuk tampil rapi dan bersih itu salah satu ciri khas darinya. Bahkan dia rela membersihkan telinga orang lain, atau memotong kuku orang lain. Karena saat matanya memandang kuku atau telinga orang lain yang kurang bersih membuatnya gemas sendiri.
"Sudah selesai kok kak, bentar ya tinggal pakai hijab aja" celotehnya.
"Mau pada kemana sih. Kok buru-buru, padahal Kakak rencana mau ajak kamu ke rumah uwak hari ini buk? (uwak maksudnya orangtua faedah). Tapi Uda mau pergi gak jadi.," Suara faedah yang sudah duduk di samping Tyas.
(Kok mangkin lama kelihatan banget perbedaannya, kak Nana yang punya kamar ini saja menghampiri cuma di depan pintu kamar lalu memilih menunggu diluar kamar. Lah ini Kak faedah yang juga menantu beraninya langsung masuk kekamar. Untung saja mas said gak didalam) bathin Tyas dengan sedikit kurang nyaman.
Kini Tyas semangkin bingung, harus memilih siapa. Dia mencoba memperlambat aktivitasnya sembari berfikir, bagaimana cara menengahi dan tidak menimbulkan sakit hati.
"Ehmm kak, gimana kalau kerumah uwaknya besok aja, aku mau nemenin kak Nana dulu, Uda janjian soalnya. Terus harus singgah kepasar. Kalau besok mungkin bisa lebih awal perginya, soalnya pengen nikmatin buah naga pertamanya uwak" sembari tersenyum Tyas berbicara.
"Oh Uda janjian aja? Ehmm iya deh, oh ya jangan sampai terlena kamu saat jalan-jalan. Ntar keterusan lagi hehehe" celotehnya yang membuat Tyas tidak mengerti dan Nana yang sudah menaikkan satu alisnya.
Akhirnya Tyas dan Nana segera pergi.
Saat diperjalanan Nana dan Tyas tidak banyak berbicara,hanya sesekali saja. Terkadang Nana yang menjelaskan daerahnya. Atau terkadang Tyas yang mencoba bertanya tentang aktivitas daerah tersebut.
Setelah sampai ke lokasi pembayaran tagihan listrik. Nana mencoba membujuk Tyas untuk singgah sebentar di salah satu warung untuk melepaskan penat dan juga mengisi perut sejenak.
"Yas kita mampir ke warung langganan kakak bentar ya? Haus, soalnya? " Ucap Nana sambil berjalan kearah sepeda motornya.
"Haus sekalian laper kan kak heheheh" jawab Tyas sembari tertawa kecil.
"Wih tahu aja kamu, kalau laper" kini Nana membalas dengan senyuman dan tawa kecil.
"Soalnya tadi kakak gak sarapan? Ya tahu lah, kayak orang gak berselera gitu soalnya" Tyas bertanya sambil matanya menyelidik ke raut wajah Nana.
Heeeeeemmm suara tarikan nafas panjang Nana.
"Gak tahu kenapa? Lapar tapi males makan Yas?" Kini wajah Nana berubah sedih dan tidak banyak bercerita.
( Kalau kak faedah dipancing begitu pasti deh langsung curhat dari A sampai Z) kembali Tyas membathin.
(Kayaknya gak perlu juga cerita sama Tyas, aku juga belum tahu aslinya dia gimana. Tapi kalau gak cerita, kasihan juga, bisa jadi kalau sudah sampai Riau dia Mala kaget). Nana pun membathin dalam hatinya.
Kini mereka berasumsi sendiri dalam pemikirannya masing-masing.
Sepeda motor pun dilaju dengan kecepatan sedang. Sesekali Tyas bertanya tentang gang, lalu kegiatan masyarakat yang hampir sama. Dan Nana menjawab sebisa yang dia jawab. Namun seketika sepeda motornya berhenti.
"Kenapa kak. " Tanya Tyas, lalu segera turun.
"Gak tahu, coba biar kakak cek dulu bensinnya" sambil menopang sepeda motor dengan tubuhnya lalu membuka jok motor dan melihat bensinnya, sesekali menggoncang kan sepeda motor untuk lebih memastikan.
"Habis Yas bensinnya? Terpaksa dorong kita, kakak lupa gak isi bensin" jawab nana.
"Gak apalah kak? Jauh gak kira-kira" tanya Tyas kembali.
"Lumayan sih hehehe" jawab nana.
Perkiraan Nana penjual bensin sekitar 500 meter dari lokasi dia kehabisan bensin. Mereka pun bekerja sama mendorong sepeda motornya, saat asik mendorong Nana merasakan tidak ada bantuan lagi. Dia merasa bekerja sendiri mendorong motornya. Langsung Nana melihat kearah belakang.
"Lo Yas kenapa? Capek?" Tanya Nana melihat adik iparnya bengong yang jaraknya sekitar 10 meter dari dia.
"Ehmm itu kak? Kakak lihat dirumah yang bakal kita lewati ada anjingnya. Serius aku trauma kalau ada anjing." Jawab Tyas sambil menatap anjing yang juga menatap ke arah mereka.
"Ohh gak papa, yang penting kamu jangan lari. Santai aja jalannya jangan takut, kalau di ikutin kamu, kamu balik kebelakang terus jongkok ambil pasir, pasti takut dia" jawab nana.
Tyas mencoba ingin melewatinya, dengan menarik nafas panjang dia mencoba berjalan santai sudah hampir mendekati Nana dan sepeda motornya, lalu dia membantu mendorongny. Saat situasi sudah melewati beberapa meter dari anjing tersebut, sontak anjing itu mengekori mereka. Tyas mencoba bertahan, dan hampir tidak bernafas.
"Yas ingat jangan lari. Fokus kedepan, biar aja itu cuma ikutin aja, gak papa." Nana pmemperingatkan.
"Iya kak?" Jawab Tyas tapi matanya melirik kebelakang dan menangkap anak anjing yang sudah mengendus kakinya. Sontak dia pun kaget dan berlari pontang panting sambil meninggalkan Nana yang mendorong motornya.
Melihat Tyas yang berlari serta anak anjing yang mengikuti, sontak induknya juga mengejar dari arah belakang yang tidak terlalu jauh dari sepeda motor mereka. Sontak Nana yang tadinya santai jadi kaget dan ikut berlari dibelakang Tyas. Bahkan Nana lebih sulit berlari karena membawa motornya.
Anjing semangkin dekat sementara sudah berlari lebih jauh dari Tyas, Nana yang bingung langsung melemparkan sepeda motornya dipinggir jalan tepat direrumputan dan berlari mengejar ketertinggal Tyas. Bahkan anjing yang mengejar ikut menggonggong sehingga menimbulkan keberisikan.
Seketika sesorang keluar dari pagar, lalu meneriaki nama seseorang. Tyas dan Nana masih mencoba berlari, namun tiba-tiba anjing tersebut berhenti dan putar balik. Ternyata anjing itu mendekati orang yang berteriak.
Nana pun berhenti lalu duduk di pinggir jalan. Tyas pun mellihat kebelakang saat dirasa aman dia pun berhenti lalu menghampiri kakak iparnya Nana.
"Wes di omong Ojo mbelayu." Ucap Nana. Ngos-ngosan sambil menjitak kepala adik iparnya.
"Hahaha panik kak, la dia ngendus-ngendus." Lalu seketika mereka tertawa terbahak-bahak sendiri seperti orang yang hilang kewarasannya.
Saat meluruskan kaki menghilangkan rasa capek, ada seseorang yang menghampiri mereka.
"Kenapa kak?" Ucap wanita sekitar 30 tahun.
" Kehabisan bensin kak," jawab nana cepat.
" Oh gitu, ya Uda saya belikan dulu kak disana, " jawab wanita itu.
"Ya sudah biar aku ikut kak, sama beli minuman dingin" jawab Tyas meminta persetujuan dari Nana.
"Ya udah iya, Ojo kesuwen (jangan lama-lama)" ucap Nana kepada Tyas .
"Yo" jawabnya singkat.
Akhirrnya mereka dibantu seseorang lalu mereka pun melanjutkan perjalanan menuju warung langganan Nana. Duduk dan memesan makanannya. Saat Tyas sedang asik mengipas tubuhnya dengan potongan kardus yang diminta dari warung, Nana pun bertanya padanya.
"Yas kalau kamu gak lari, wes aman kita , iki malah mblayu montang manting" Nana sengaja meledek.
"La Kakak yang kasih arahan aja lari kenceng sampai motornya di buang kesegala arah" Tyas mencoba membalikkan ledekannya.
"Kamu tahu gak ekspresimu waktu lari tadi, geli aku liatnya, mulutmu maju mundur kayak tarik nafas mau lari meraton."
"Eh sayangnya aku gak ngelihat ekspresi kakak, aku yakin pasti lebih parah, orang bisa lepas kendali gitu." Ungkap Tyas.
Dengan sendirinya mereka akrab dan bercerita tanpa sungkan.
"Oh ya lagian kamu kok takut sama anjing sih" tanya Nana.
"Gini awalnya kak, pertama aku sama mamak mau keacara resepsi saudara, nah rumahnya jauh lewati kebun sawit, aku yang ngebonceng, mamak Bawak ayam tu waktu itu. Nah tiba-tiba ada anjing ngejar, kakak tahu waktu itu motorku masih merk KTM, tahu sendiri lajunya gimana? Nah asli ku gas habis, yang buat tambah parah lagi, mamak dibelakang jerit jerit, Sampai kami kehabisan minyak baru berhenti motornya, padahal anjingnya Uda gak ngejar." Ungkapnya sambil menyeruput es teh dingin. Nana pun tidak tahan dengan cerita Tyas yang sesekali memperagakan.
"Kakak tahu kejadian yang buat tambah trauma lagi" ungkapnya kembali.
"Apa " jawab Tyas yang juga ikut menyeruput esnya.
"Kejadian kedua, waktu aku sama temanku ana, mau kerumah kak Mira, nah habis itu gak langsung pulang kerumah, singgah dirumah temenku putri nah rumah temenku itu, lingkungannya banyak yang piara anjing, pertama aku coba santai tapi tiba-tiba gonggong terus ngejar kami, nah parahnya temen yang aku ana duduk dibelakang bukannya coba usir anjingnya Mala ketawa-ketawa sampai nangis, kakak tahu posisi dia, dia duduk dibelakang ketawa terus ngeletakin kalender yang digulung ke dagunya. Sampai-sampai kami jatuh dari motor, kepalaku langsung kena stang motor, untungnya gak kenapa-kenapa " kembali Tyas menceritakan pengalaman pribadinya.
"Hahahahahh Allahuakbar? Ora nggenah. Kalau gitu ini pengalaman ketigamu. Kalau dibuat film lawak pasti nangis kakak" ungkap Nana masih dengan ekspresi tawanya.
Sejenak mereka diam dengan pikiran masing-masing.
(Ternyata Tyas orang yang enak diajak ngobrol, lebih masuk akal dan gak dibuat-buat kalau cerita) kembali Nana membathin.
(Kak Nana sepertinya gak seperti yang dibilang sama kak faedah? Mala gak judes sama sekali, Uda gitu sepanjang perjalanan gak pernah menceritakan tentang orang lain seperti yang dibilang kak faedah) Begitupun bathin Tyas.
Lalu tanpa mereka sadari mereka tertawa bersama sambil menikmati 2 mangkuk bakso tumis yang sudah dipesan.
Saat mereka selesai dengan makanannya, mereka pun bergegas pergi ke pasar. Dan menyelesaikan belanjaan dengan cepat. Karena cuaca yang tiba-tiba mendung seperti akan turun hujan.
Ternyata yang mereka khawatirkan terjadi saat perjalan pulang dipertengan kebun kelapa sawit mereka diguyur hujan dan tidak mungkin berhenti karena tidak ada tempat berteduh. Mereka melanjutkan perjalanan sambil bersenda gurau.
"Apes kita Yas, mana abis bensin, dikejar anjing, sekarang hujan. Ini karna kamu gak mandi wajib ini" pungkas Nana menyalahkan adik iparnya dengan candaan.
"Serius kak belum ngapa-ngapain. Baru siap datang bulan aku" jawab Tyas polos.
"Ngeres pikiranmu, nah itu belum siap datang bulan berarti kan belum mandi wajib. Pikiranmu wes mbalarah pasti" ejek Nana kembali.
" Ala Yo wes jangan dibahas. Ayuk mule, apes bareng-bareng kita. " Jawab Tyas dibelakang sambil merasa malu.
Sesampainya dirumah.
"Lo kok hujan-hujanan. Kok Ra mampir sek na" ucap Wati ibunya said dan Nana.
"Wes apes dari awal buk, Iki Tyas durung mandi wajib ( Uda sial dari awal buk, ini Tyas belum mandi wajib) ucap Nana sembarang.
Ibu mertuanya melirik kearah tyas sambil senyum-senyum.
"Hehehe belum siap datang bulan buk, emang ngaruh bisa apes gitu ya" ucap Tyas polos.
"Hussss gak bener itu. Mbakyumu Nana emang gitu, ya udah mandi dulu terus ganti biar gak masuk angin. Biar Ibuk buatkan teh dulu" ucap ibu mertua Tyas.
"Buk eneng kejadian aneh, engko tak Wei wero (Buk ada kejadian aneh, nanti saya kasih tahu)" ucap Nana dengan logat mereka.
"Wes Ndang adus sek ( Uda mandi dulu) sanggah ibunya.
Dariarah lain terlihat ada mata yang kurang senang dengan kebahagiaan mereka. Faedah nampak kesal sesekali membuang muka sambil mengeluarkan bibir bawahnya yang ditekan dengan bibir atasnya. Yang artinya mengejek, tapi yang menyadari hal itu hanya Nana saja, ibunya tidak fokus memperhatikannya. Karena sibuk membuat teh untuk mereka berdua.
Setelah teh buatan bu Wati selesai, dari arah belakang faedah menghampiri.
"Eh mau kemana dah" tanya Bu Wati.
"Buat teh buk? Buat mas Bandi sama aku, dingin soalnya" jawabnya dengan ekspresi datar.
" Oh gitu, kalau gak ini aja, nanti ibu buat lagi" jawab Bu Wati yang peka dengan sikap faedah.
Dari arah kamar mandi, Tyas yang mendengarnya langsung memotong.
"Iya kak ambil aja dulu, nanti aku buat sendiri, soalnya mau makan dulu, takutnya keburu dingin juga" terlihat jelas Tyas menengahi.
" Gak usah" jawab faedah dengan wajah masam.
Tyas yang tidak enak hati mencoba kembali membujuk faedah , namun dari arah belakang faedah, Nana sembari menggelengkan kepala kearah tyas , dengan isyarat untuk diam.
(Kenapa begini) bathin Tyas.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!