"Yas, tadi malam cocok gak pembersih wajahnya?" Sapa Nana pada Tyas yang sedang membersihkan sebagian piring kotor.
"Cocok kok kak, ehmm kakak mau masuk apa?" Tanya Tyas basa-basi.
"Cuma manasin aja Yas, kalau masak sayur lagi takutnya gak termakan." Ucap Nana sembari tersenyum.
(Ternyata Kak Nana kalau senyum gak keliatan garangnya. Tutur katanya juga lebih sopan) bathin Tyas.
" Yas kakak ntar mau mau bayar tagihan listrik? Ikut gak, biar sekalian jalan-jalan" ajak Nana.
"Ikut kak? Biar tahu suasana daerah sini juga"
Pekerjaan mereka pun dikerjakan sambil bertukar cerita, sampai akhirnya Tyas baru menyadari bahwa Nana bukan seperti orang yang pernah diceritakan oleh Faedah. Tapi masih tetap menjaga ucapannya agar tidak menimbulkan masalah.
----
Yas, ud siap belum keburu panas, karena nanti mau mampir sebentar kepasar, ada yang harus dicari" tanya Nana menghampiri tyas yang sedang merias wajahnya.
Tyas merupakan wanita yang tidak terlalu suka berhias, tetapi untuk tampil rapi dan bersih itu salah satu ciri khas darinya. Bahkan dia rela membersihkan telinga orang lain, atau memotong kuku orang lain. Karena saat matanya memandang kuku atau telinga orang lain yang kurang bersih membuatnya gemas sendiri.
"Sudah selesai kok kak, bentar ya tinggal pakai hijab aja" celotehnya.
"Mau pada kemana sih. Kok buru-buru, padahal Kakak rencana mau ajak kamu ke rumah uwak hari ini buk? (uwak maksudnya orangtua faedah). Tapi Uda mau pergi gak jadi.," Suara faedah yang sudah duduk di samping Tyas.
(Kok mangkin lama kelihatan banget perbedaannya, kak Nana yang punya kamar ini saja menghampiri cuma di depan pintu kamar lalu memilih menunggu diluar kamar. Lah ini Kak faedah yang juga menantu beraninya langsung masuk kekamar. Untung saja mas said gak didalam) bathin Tyas dengan sedikit kurang nyaman.
Kini Tyas semangkin bingung, harus memilih siapa. Dia mencoba memperlambat aktivitasnya sembari berfikir, bagaimana cara menengahi dan tidak menimbulkan sakit hati.
"Ehmm kak, gimana kalau kerumah uwaknya besok aja, aku mau nemenin kak Nana dulu, Uda janjian soalnya. Terus harus singgah kepasar. Kalau besok mungkin bisa lebih awal perginya, soalnya pengen nikmatin buah naga pertamanya uwak" sembari tersenyum Tyas berbicara.
"Oh Uda janjian aja? Ehmm iya deh, oh ya jangan sampai terlena kamu saat jalan-jalan. Ntar keterusan lagi hehehe" celotehnya yang membuat Tyas tidak mengerti dan Nana yang sudah menaikkan satu alisnya.
Akhirnya Tyas dan Nana segera pergi.
Saat diperjalanan Nana dan Tyas tidak banyak berbicara,hanya sesekali saja. Terkadang Nana yang menjelaskan daerahnya. Atau terkadang Tyas yang mencoba bertanya tentang aktivitas daerah tersebut.
Setelah sampai ke lokasi pembayaran tagihan listrik. Nana mencoba membujuk Tyas untuk singgah sebentar di salah satu warung untuk melepaskan penat dan juga mengisi perut sejenak.
"Yas kita mampir ke warung langganan kakak bentar ya? Haus, soalnya? " Ucap Nana sambil berjalan kearah sepeda motornya.
"Haus sekalian laper kan kak heheheh" jawab Tyas sembari tertawa kecil.
"Wih tahu aja kamu, kalau laper" kini Nana membalas dengan senyuman dan tawa kecil.
"Soalnya tadi kakak gak sarapan? Ya tahu lah, kayak orang gak berselera gitu soalnya" Tyas bertanya sambil matanya menyelidik ke raut wajah Nana.
Heeeeeemmm suara tarikan nafas panjang Nana.
"Gak tahu kenapa? Lapar tapi males makan Yas?" Kini wajah Nana berubah sedih dan tidak banyak bercerita.
( Kalau kak faedah dipancing begitu pasti deh langsung curhat dari A sampai Z) kembali Tyas membathin.
(Kayaknya gak perlu juga cerita sama Tyas, aku juga belum tahu aslinya dia gimana. Tapi kalau gak cerita, kasihan juga, bisa jadi kalau sudah sampai Riau dia Mala kaget). Nana pun membathin dalam hatinya.
Kini mereka berasumsi sendiri dalam pemikirannya masing-masing.
Sepeda motor pun dilaju dengan kecepatan sedang. Sesekali Tyas bertanya tentang gang, lalu kegiatan masyarakat yang hampir sama. Dan Nana menjawab sebisa yang dia jawab. Namun seketika sepeda motornya berhenti.
"Kenapa kak. " Tanya Tyas, lalu segera turun.
"Gak tahu, coba biar kakak cek dulu bensinnya" sambil menopang sepeda motor dengan tubuhnya lalu membuka jok motor dan melihat bensinnya, sesekali menggoncang kan sepeda motor untuk lebih memastikan.
"Habis Yas bensinnya? Terpaksa dorong kita, kakak lupa gak isi bensin" jawab nana.
"Gak apalah kak? Jauh gak kira-kira" tanya Tyas kembali.
"Lumayan sih hehehe" jawab nana.
Perkiraan Nana penjual bensin sekitar 500 meter dari lokasi dia kehabisan bensin. Mereka pun bekerja sama mendorong sepeda motornya, saat asik mendorong Nana merasakan tidak ada bantuan lagi. Dia merasa bekerja sendiri mendorong motornya. Langsung Nana melihat kearah belakang.
"Lo Yas kenapa? Capek?" Tanya Nana melihat adik iparnya bengong yang jaraknya sekitar 10 meter dari dia.
"Ehmm itu kak? Kakak lihat dirumah yang bakal kita lewati ada anjingnya. Serius aku trauma kalau ada anjing." Jawab Tyas sambil menatap anjing yang juga menatap ke arah mereka.
"Ohh gak papa, yang penting kamu jangan lari. Santai aja jalannya jangan takut, kalau di ikutin kamu, kamu balik kebelakang terus jongkok ambil pasir, pasti takut dia" jawab nana.
Tyas mencoba ingin melewatinya, dengan menarik nafas panjang dia mencoba berjalan santai sudah hampir mendekati Nana dan sepeda motornya, lalu dia membantu mendorongny. Saat situasi sudah melewati beberapa meter dari anjing tersebut, sontak anjing itu mengekori mereka. Tyas mencoba bertahan, dan hampir tidak bernafas.
"Yas ingat jangan lari. Fokus kedepan, biar aja itu cuma ikutin aja, gak papa." Nana pmemperingatkan.
"Iya kak?" Jawab Tyas tapi matanya melirik kebelakang dan menangkap anak anjing yang sudah mengendus kakinya. Sontak dia pun kaget dan berlari pontang panting sambil meninggalkan Nana yang mendorong motornya.
Melihat Tyas yang berlari serta anak anjing yang mengikuti, sontak induknya juga mengejar dari arah belakang yang tidak terlalu jauh dari sepeda motor mereka. Sontak Nana yang tadinya santai jadi kaget dan ikut berlari dibelakang Tyas. Bahkan Nana lebih sulit berlari karena membawa motornya.
Anjing semangkin dekat sementara sudah berlari lebih jauh dari Tyas, Nana yang bingung langsung melemparkan sepeda motornya dipinggir jalan tepat direrumputan dan berlari mengejar ketertinggal Tyas. Bahkan anjing yang mengejar ikut menggonggong sehingga menimbulkan keberisikan.
Seketika sesorang keluar dari pagar, lalu meneriaki nama seseorang. Tyas dan Nana masih mencoba berlari, namun tiba-tiba anjing tersebut berhenti dan putar balik. Ternyata anjing itu mendekati orang yang berteriak.
Nana pun berhenti lalu duduk di pinggir jalan. Tyas pun mellihat kebelakang saat dirasa aman dia pun berhenti lalu menghampiri kakak iparnya Nana.
"Wes di omong Ojo mbelayu." Ucap Nana. Ngos-ngosan sambil menjitak kepala adik iparnya.
"Hahaha panik kak, la dia ngendus-ngendus." Lalu seketika mereka tertawa terbahak-bahak sendiri seperti orang yang hilang kewarasannya.
Saat meluruskan kaki menghilangkan rasa capek, ada seseorang yang menghampiri mereka.
"Kenapa kak?" Ucap wanita sekitar 30 tahun.
" Kehabisan bensin kak," jawab nana cepat.
" Oh gitu, ya Uda saya belikan dulu kak disana, " jawab wanita itu.
"Ya sudah biar aku ikut kak, sama beli minuman dingin" jawab Tyas meminta persetujuan dari Nana.
"Ya udah iya, Ojo kesuwen (jangan lama-lama)" ucap Nana kepada Tyas .
"Yo" jawabnya singkat.
Akhirrnya mereka dibantu seseorang lalu mereka pun melanjutkan perjalanan menuju warung langganan Nana. Duduk dan memesan makanannya. Saat Tyas sedang asik mengipas tubuhnya dengan potongan kardus yang diminta dari warung, Nana pun bertanya padanya.
"Yas kalau kamu gak lari, wes aman kita , iki malah mblayu montang manting" Nana sengaja meledek.
"La Kakak yang kasih arahan aja lari kenceng sampai motornya di buang kesegala arah" Tyas mencoba membalikkan ledekannya.
"Kamu tahu gak ekspresimu waktu lari tadi, geli aku liatnya, mulutmu maju mundur kayak tarik nafas mau lari meraton."
"Eh sayangnya aku gak ngelihat ekspresi kakak, aku yakin pasti lebih parah, orang bisa lepas kendali gitu." Ungkap Tyas.
Dengan sendirinya mereka akrab dan bercerita tanpa sungkan.
"Oh ya lagian kamu kok takut sama anjing sih" tanya Nana.
"Gini awalnya kak, pertama aku sama mamak mau keacara resepsi saudara, nah rumahnya jauh lewati kebun sawit, aku yang ngebonceng, mamak Bawak ayam tu waktu itu. Nah tiba-tiba ada anjing ngejar, kakak tahu waktu itu motorku masih merk KTM, tahu sendiri lajunya gimana? Nah asli ku gas habis, yang buat tambah parah lagi, mamak dibelakang jerit jerit, Sampai kami kehabisan minyak baru berhenti motornya, padahal anjingnya Uda gak ngejar." Ungkapnya sambil menyeruput es teh dingin. Nana pun tidak tahan dengan cerita Tyas yang sesekali memperagakan.
"Kakak tahu kejadian yang buat tambah trauma lagi" ungkapnya kembali.
"Apa " jawab Tyas yang juga ikut menyeruput esnya.
"Kejadian kedua, waktu aku sama temanku ana, mau kerumah kak Mira, nah habis itu gak langsung pulang kerumah, singgah dirumah temenku putri nah rumah temenku itu, lingkungannya banyak yang piara anjing, pertama aku coba santai tapi tiba-tiba gonggong terus ngejar kami, nah parahnya temen yang aku ana duduk dibelakang bukannya coba usir anjingnya Mala ketawa-ketawa sampai nangis, kakak tahu posisi dia, dia duduk dibelakang ketawa terus ngeletakin kalender yang digulung ke dagunya. Sampai-sampai kami jatuh dari motor, kepalaku langsung kena stang motor, untungnya gak kenapa-kenapa " kembali Tyas menceritakan pengalaman pribadinya.
"Hahahahahh Allahuakbar? Ora nggenah. Kalau gitu ini pengalaman ketigamu. Kalau dibuat film lawak pasti nangis kakak" ungkap Nana masih dengan ekspresi tawanya.
Sejenak mereka diam dengan pikiran masing-masing.
(Ternyata Tyas orang yang enak diajak ngobrol, lebih masuk akal dan gak dibuat-buat kalau cerita) kembali Nana membathin.
(Kak Nana sepertinya gak seperti yang dibilang sama kak faedah? Mala gak judes sama sekali, Uda gitu sepanjang perjalanan gak pernah menceritakan tentang orang lain seperti yang dibilang kak faedah) Begitupun bathin Tyas.
Lalu tanpa mereka sadari mereka tertawa bersama sambil menikmati 2 mangkuk bakso tumis yang sudah dipesan.
Saat mereka selesai dengan makanannya, mereka pun bergegas pergi ke pasar. Dan menyelesaikan belanjaan dengan cepat. Karena cuaca yang tiba-tiba mendung seperti akan turun hujan.
Ternyata yang mereka khawatirkan terjadi saat perjalan pulang dipertengan kebun kelapa sawit mereka diguyur hujan dan tidak mungkin berhenti karena tidak ada tempat berteduh. Mereka melanjutkan perjalanan sambil bersenda gurau.
"Apes kita Yas, mana abis bensin, dikejar anjing, sekarang hujan. Ini karna kamu gak mandi wajib ini" pungkas Nana menyalahkan adik iparnya dengan candaan.
"Serius kak belum ngapa-ngapain. Baru siap datang bulan aku" jawab Tyas polos.
"Ngeres pikiranmu, nah itu belum siap datang bulan berarti kan belum mandi wajib. Pikiranmu wes mbalarah pasti" ejek Nana kembali.
" Ala Yo wes jangan dibahas. Ayuk mule, apes bareng-bareng kita. " Jawab Tyas dibelakang sambil merasa malu.
Sesampainya dirumah.
"Lo kok hujan-hujanan. Kok Ra mampir sek na" ucap Wati ibunya said dan Nana.
"Wes apes dari awal buk, Iki Tyas durung mandi wajib ( Uda sial dari awal buk, ini Tyas belum mandi wajib) ucap Nana sembarang.
Ibu mertuanya melirik kearah tyas sambil senyum-senyum.
"Hehehe belum siap datang bulan buk, emang ngaruh bisa apes gitu ya" ucap Tyas polos.
"Hussss gak bener itu. Mbakyumu Nana emang gitu, ya udah mandi dulu terus ganti biar gak masuk angin. Biar Ibuk buatkan teh dulu" ucap ibu mertua Tyas.
"Buk eneng kejadian aneh, engko tak Wei wero (Buk ada kejadian aneh, nanti saya kasih tahu)" ucap Nana dengan logat mereka.
"Wes Ndang adus sek ( Uda mandi dulu) sanggah ibunya.
Dariarah lain terlihat ada mata yang kurang senang dengan kebahagiaan mereka. Faedah nampak kesal sesekali membuang muka sambil mengeluarkan bibir bawahnya yang ditekan dengan bibir atasnya. Yang artinya mengejek, tapi yang menyadari hal itu hanya Nana saja, ibunya tidak fokus memperhatikannya. Karena sibuk membuat teh untuk mereka berdua.
Setelah teh buatan bu Wati selesai, dari arah belakang faedah menghampiri.
"Eh mau kemana dah" tanya Bu Wati.
"Buat teh buk? Buat mas Bandi sama aku, dingin soalnya" jawabnya dengan ekspresi datar.
" Oh gitu, kalau gak ini aja, nanti ibu buat lagi" jawab Bu Wati yang peka dengan sikap faedah.
Dari arah kamar mandi, Tyas yang mendengarnya langsung memotong.
"Iya kak ambil aja dulu, nanti aku buat sendiri, soalnya mau makan dulu, takutnya keburu dingin juga" terlihat jelas Tyas menengahi.
" Gak usah" jawab faedah dengan wajah masam.
Tyas yang tidak enak hati mencoba kembali membujuk faedah , namun dari arah belakang faedah, Nana sembari menggelengkan kepala kearah tyas , dengan isyarat untuk diam.
(Kenapa begini) bathin Tyas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments