19. Menyambut Putri

Empat hari Tyas dirumah sakit, namun tidak dengan putri kecilnya. Pihak rumah sakit belum memperbolehkan buah hati Tyas dan said untuk dibawa pulang, Karena berat badan putrinya belum mencapai target pada. Umumnya.

Tyas pun harus merelakan demi kebaikan putrinya, Tyas dan said. Lebih memilih menginap ditempat kost bulanan yang lebih dekat dengan rumah sakit. Dengan begitu mereka bisa setiap hari datang kerumah sakit memberikan asi. Dan Alhamdulillah berat tubuh buah hati mereka berkembang lebih cepat dari perkiraan.

"Alhamdulillah yah, si adek sudah boleh dibawa pulang?" Tyas Masih belum menyangka Allah memberikan kesehatan lebih cepat dari yang hambanya rencanakan.

" Iya bun. Tadi ibuk juga sudah ayah kabarin, mereka mau datang semuanya. Jadi besok kita sudah bisa buat syukuran buat putri kita besok." Ucap said penuh semangat.

Mereka terus memperhatikan putrinya yang sudah ada didalam gendongan Tyas. Sesekali putrinya menguap, dengan bibir mungil merah merona serta mata yang tidak memiliki lipatan pada kelopaknya, juga hidung yang mungil tapi masih terlihat mancung, membuat Tyas gemas Ingin menggigit pipinya yang sudah mulai terlihat gembul.

***

Sampai dirumah Tyas, semua orang menyambut dengan tangis haru dan ingin berlomba menimang buah hatinya. Tyas meletakkan putrinya ke kasur bayi kau membuka kain penutup tubuhnya dan semua orang sangat amat terharu.

"Ya Allah cucu nenek.. anak kuat, anak pintar, anak sehat?" Tangis ibu said mencium pipi cucunya.

"Bibirnya merah ya buk? Ya Allah mungil, tapi nanti kalau sudah besar pasti mintel ini ya nek, jadi tambah cantik" timpal Surti ibu Tyas yang juga ikut mencium cucunya.

Semua orang antusias dan selalu ingin menggendong, nammun mereka mengurungkan niat karena tubuh mungilnya belum boleh sembarangan orang menggendong.

"Besok kita buat acaranya ya buk?" Ucap said kepada ibunya.

"Iya, lebih cepat lebih baik. Kamu sudah bicara sama mertuamu id?" Tanya Wati kepada anaknya.

"Sudah buk? Mereka juga setuju. Mala semua bahan sudah dibeli sama mamak." Ungkap said.

Hari itu mereka cukup bahagia menyambut kedatangan buah hati said dan Tyas. Sampai ada yang lupa waktu tidak pulang kerumah demi sekedar silaturahmi dan berbincang soal kondisi Tyas. Bu Wati selaku mertua Tyas juga sangat memperhatikan menantunya, dia menganggap Tyas seperti putrinya sendiri, begitu juga Nana yang turut hadir, menganggap Tyas seperti adiknya sendiri.

Bu Surti sangat amat bahagia melihat putrinya yang di diperlakukan dengan baik oleh mertua dan kakak iparnya Nana. Namun apalah daya Surti belum tahu jika anaknya juga menahan bathin setelah apa yang sudah dilakukan oleh faedah yang kedudukannya juga sama seperti Tyas, yaitu Menantu.

Keesokan harinya acara aqiqah digelar sederhana dan mengundang sebagian orang-orang untuk mendoakan si jabang bayi.

Buah hati said dan juga Tyas akhirnya dikelilingkan dengan nyanyian sholawat-sholawat nabi, dan tak lupa menggunting sedikit rambutnya, lalu didoakan bersama.

"Putri Khumaira binti said Prasetio semoga kelak jadi anak yang Sholehah, berbakti kepada orang tua, teguh iman dan takwa dan penerus bangsa yang membanggakan. Aamiin aamiin allahumma aamiin." Sang pemimpin doa mengakhiri doanya.

"Aamiin aamiin aamiin ya Allah" ucap semua orang serentak.

"Panggilannya siapa Yas?" Tanya ibunya said.

"Umay buk? Tadinya mau dipanggil putri, tapi kayak uda sering aja dengar nama itu, terus kata mas said panggil maira. Tapi budenya namanya Mira. Jadi kayanya  bagusan umay aja buk? Jelas Tyas pada mertuanya.

"Bagus kok Yas. Ibuk suka. Ya dek umay? Ini nenek, nenek pengen cium, tapi nenek lagi gak enak hidungnya? Jadi besok aja ya naak?" Jawab bu Wati sambil mengajak bicara cucunya.

"Lagi flu ya buk?" Tanya Tyas.

"Iya baru tadi pagi rasanya kok begini hidung sama badannya. Padahal ibuk pengen cium umay tiap hari?" Bu Wati memasang wajah datar, lalu tersenyum kembali.

"Tyas kebelakang dulu ya buk, minta tolong jagain si adek bentar ya buk.?" Tyas pamit ke arah dapur.

Saat dia ingin berjalan kebelakang, dia bersimpangan dengan Nana kakak iparnya yang sedang membawa teh buat ibunya.

"Kak mau bawa teh buat siapa?" Sapa Tyas.

"Ibu Yas? Didalam gak."

"Iya didalam? Tadi ibuk bilang dari pagi kurang fit, kayanya flu kak, Jangan bawain teh kak, biasanya kalau flu bisa lari ke batuk, minum teh yang pake gula kurang nyaman kalau untuk leher. Ntar aku buatin lagi buat ibuk siapa tahu cocok, tehnya biar buat aku aja." Ungkap Tyas.

"Oh Yaudahh gak apa-apa. Tapi kamu masih belum sehat Lo? Biar kakak aja yang buat, kamu bilang aja bahan-bahannya apa aja" sanggah Nana.

"Isss udah sembuh, gak ribet kok kak." Lalu Tyas berjalan ke meja dapur.

Tyas merebus air panas, lalu memasukkan air lemon kedalam gelas, jahe yang sudah dibakar, lalu memasukkan madu. Sementara di gelas lain sudah ada satu batang serai lalu disiram dengan air panas beberapa detik lalu mengangkat serainya dan air yang bekas menyiram serai tadi dimasukkan kedalam gelas berisi air lemon. Tyas terus saja meracik, sementara Nana yang sudah kembali dari kamar Tyas lalu duduk memperhatikan tangan Tyas yang begitu lihai.

Oeeee oaaaa haa aaa .. o o oaaa....

Suara umay mengejutkan Tyas dan Nana, Tyas langsung segera ke kamar, dan Nana membawa racikan untuk ibunya yang sudah diselesaikan Tyas. Bu Wati menikmati racikan dari Tyas.

"Kok seger ya di tenggorokan, hidungnya jga jadi plong Yas. Ini ibuk baru ini Lo ngerasain minuman seperti ini. Seringnya Mala jamu, dikasih tau siapa Yas racikan seperti ini" tanya Wati kepada manantunya.

Tidak lama Bu Surti masuk ke kamar Tyas karena ingin melihat cucunya.

" Wahhh belum tidur buk?" Surti basa-basi kepada besannya.

"Nah ini buk yang punya resepnya?" Tyas memeluk tubuh Surti yang sudah duduk disampingnya.

" Ih uda punya anak, masih manja. Emang resep apa Yas" Surti terlihat bingung dengan tingkah Tyas.

"Ini Lo buk, ramuan buat flu dan batuk" sambung Wati menimpali ucapan Surti.

"Oooohhh itu resep turun temurun buk? Bukan resep saya" sanggah Surti.

Mereka tertawa bersama sampai larut malam bercerita kesana kemari tidak tentu arah. Terkadang Surti atau Wati menceritakan pengalaman pertama saat menikah. Pengalaman merintis usaha, kehidupan rumah tangga sampai lupa waktu.

Sementara Tyas sudah menutup mata dan diiringi suara dengkuran, ditambah dengan bibir yang sedikit terbuka membuat said bernafsu ingin mengecup. Namun ibu dan mertuanya belum keluar dari kamar mereka. Said hanya memperhatikan istrinya yang terlihat lebih cantik paskah melahirkan.

Ternyata Surti dan Wati sudah paham dengan sikap said, jadi mereka sengaja tidak keluar kamar, apalagi sedari awal mereka memang menggelar karpet untuk mereka duduk. Jadi mereka bercerita sambil tiduran, bahkan sudah ada yang memang sudah tidur.

Said kesal dengan sikap ibu-ibu yang seperti sengaja menjauhkan dirinya dengan istri dan anaknya. Dia memasang wajah juteknya namun tetap saja mereka enggan pergi.

Akhirnya said menyerah dan tidur di ruangan bersama abang iparnya, sebelum meletakkan tubuhnya, said mendengus kesal.

Disisi lain Surti dan Wati tertawa dengan sikap said.

"Aku tahu pasti said. Tergoda melihat Tyas yang baru lahiran" ucap Surti pelan.

"Iya kan memang aura wanita kalau siap lahiran berbeda, lebih segar dan tidak membosankan. Padahal itu adalah cobaan dari Allah untuk seorang pria". Wati membenarkan ucapan besannya.

Penyambutan umay kalah itu membuat drama sendiri buat said dan para ibu mertua.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!