7. Ada Maunya

Dari kejadian sebelumnya Tyas sudah mulai dapat memahami siapa istri dari Abang iparnya itu. Mulutnya ternyata sangat manis saat merayu dan pahit saat membenci.

"Cari apa Yas?" Tanya Tari pemilik warung.

"Cari sayur kak? Untuk besok biar gak bingung"  jawabnya sambil tangannya membolak-balik sayur yang ada dimeja.

Sebenarnya Tyas memang sudah mengenal sang pemilik warung, karena anaknya tari sempat les privat dulunya kepada Tyas. Namun semenjak menikah baru saat itu Tyas belanja kewarungnya. Karena sedikit jauh dari tempat dia tinggal. Tujuannya belanja kewarung tari juga sambil mencari informasi tentang kakak iparnya faedah. Karena Tyas tahu betul keakraban faedah dan juga tari.

"Yas? Betah gak disini?" Tanya Tari basa-basi.

"Sebelumnya sudah pernah tinggal disini, pasti betah lah kak, sebagian sudah kenal sama warganya?" Jawab Tyas. Dia tidak perlu banyak bicara, hanya mengambil sebagian penting saja yang akan ditanyakan kepada tari nantinya. Karena dari pertanyaan tari dia sudah bisa menyimpulkan bahwa tari sedang memancingnya.

"Eh kemarin nikah pasti banyak ya nominalnya? Soalnya dengar-dengar dibulatkan pakai uang tunai" pancing tari kembali.

"Alhamdulillah kak, yang dikasih lebih dari cukup"

"Apalagi faedah Sama Bandi ikut andil, pasti banyak, si Bandi kan agen sapi. Jelas banyak duitnya" tari bercerita seolah membanggakan keluarga tari dan Bandi.

"Duh kalau soal itu gak tahu kak? Intinya si keluarga kami tahunya yang ngasih pihak laki-laki. Kalau ada yang ngebantu si gak tahu? Kami juga pihak keluarga perempuan juga banyak persiapan, jadi acara itu gak sepenuhnya uang dari keluarga mas said. Alhamdulillah keluarga kami saling membantu, tanpa ada orang lain yang tahu." Tyas sengaja berucap seolah tidak perlu pamer pada orang lain kalau niatnya mamang tulus untuk membantu.

"Iya juga ya? Kalau niat bantu ngapain pamer ya kan Yas?" Kini tari terlihat sedang berfikir.

"Emang kak tari dapat cerita dari mana si, Sampek segitu tahunya" kini Tyas yang kembali memancing tari

"Gak dari siapa-siapa, cuma denger aja"  pungkasnya cepat, sambil merapikan bagian rak yang sedikit berantakan.

Tyas yang mendengar hanya menaikkan satu alisnya sambil menatap selidik kearah tari.

"Ih kak tari ada-ada saja, gak dari siapa-siapa tapi dengar. Bisa jadi dari orangnya langsung ni yang ngomong" ledek Tyas sambil sedikit tertawa agar  suasana tidak terlalu tegang.

"Ih ih gak aku yang ngomong ya Yas?" Sanggah tari cepat.

"Dih kak tari ini, ucapan kakak itu semangkin buat aku yakin kalau yang ngomong itu orangnya langsung" kini Tyas mulai menguasai obrolan mereka.

"Ih kamu jangan sampai labrak-labrak ya Yas, kakak beneran ni gak ada ngomong sama siapa-siapa, kalau ada sesuatu, kakak si cari tahunya langsung ke orangnya biar gak jadi fitnah." Ternyata tanpa banyak pertanyaan, tari justru memberikan penjelasan yang cukup mudah dimengerti.

"Uda ah, sayurku semuanya berapa ni jadinya" jawab Tyas memotong ucapan tari, karena ia melihat orang lain datang dengan tujuan yang sama seperti dirinya yaitu belanja.

Tari pun ikut sibuk dengan menjuali pembeli yang lain. Karena suasana warung semangkin ramai Tyas pun memutuskan untuk pulang.

"Kak tar, makasi ya sarapannya? Kayaknya telur yang kubawak gak bakal busuk kok kak" Tyas berucap dengan kalimat yang mengandung makna.

Ternyata tari mengerti maksud dari Tyas, lalu mengatakan iya.

Tyas langsung pulang membawa kantong belanjaannya, saat sedang menata belanjaan, terdengar suara orang lain yang sedang memanggil namanya. Dia berjalan cepat kepintu belakang yang langsung berhadapan dengan pintu belakang milik faedah.

"Yas? Ini ada sayur jengkol, katanya kamu suka? Kalau gak enak Jangan dibuang ya" ucap faedah sambil memegang mangkuk sayur yang akan diberikan kepada Tyas.

"Kalau Uda katanya jengkol, gak enak kata, orang, tapi buatku enak gak enak tetap ketelan kak" jawab Tyas dengan senyumnya. Walaupun dia masih bingung dengan sifat kakak iparnya itu, tapi dia masih tetap tidak mau ambil pusing dengan semuanya.

Faedah langsung kembali masuk kerumahnya dan menutup pintunya.

(Kemarin marah-marah gak jelas, sekarang  datang dengan senyum seramah mungkin, aneh sekali, apalagi saat Wika disuruh olehnya untuk datang kerumah, dan mengatakan jangan ambil air bersih lagi, sudah membuatku yakin, bahwa dia orang yang tidak dapat dipercaya) bathin Tyas berkata sendiri dengan menyimpan banyak pertanyaan.

Saaat sedang ingin istirahat siang,Tyas dikejutkan kembali oleh panggilan seseorang.

"Yas, oh Yas" suara yang tidak asing ditelinga Tyas.

Kreeettt...

"Oh kak faedah, ada pa kak?."

"Gini, hp kakak dari kemaren ngeblank ini, bisa minta tolong periksain gak? Saat tadi pagi mau minta tolong, gak jadi, soalnya kakak lihat kamu belum selesai pekerjaannya" alasan faedah kepad Tyas agar mendapatkan simpatinya.

(Ya Allah emang dia gak tahu, aku butuh istirahat, makan siang saja masih males, bawakannya pengen tidur, ini Mala disuruh ngerjain pekerjaan yang bagiku gak penting) lagi-lagi Tyas membathin sendiri.

"Ayolah Yas? Sebentar aja, butuh banget ni kakak" ucap ya kembali, padahal tyas sama sekali belum berucap apapun, tapi dia Mala memaksa.

Dengan anggukan pelan Tyas menyetujui untuk memeriksa handphone kakak iparnya.

Saat telepon genggam dipegang Tyas, dia mencoba membuka , namun ternyata layarnya terkunci. Lalu dia berkata kepada faedah bahwa handphonenya tidak bisa terbuka.

"Kesiniin Yas, kuncinya pakai wajah Kaka sendiri." Ucap faedah percaya diri.

Tyas yang melihat hanya senyum-senyum sendiri melihat tingkah kakak iparnya.

"Yank? Sayang, mas pulang ni, assalamualaikum" ucap dari balik pintu utama.

"Waalaikum sallam? Duh bawah apa itu mas?" Tanya Tyas penasaran.

Said tidak menjawab, dia hanya mengeluarkan isi kantong yang dia bawah dihadapan istrinya.

"Wah, banyak banget belanja. Buah id" sapa faedah kepada said.

"Iya kak, sekalian tadi  dari luar" jawab said singkat dan tidak mau  banyak bertanya.

Padahal dia ingin sekali bertanya kepada istrinya, mengapa ada faedah  didalam rumahnya . Seketika jawabannya terjawab setelah melihat benda pipih yang berbeda berada digenggaman istrinya.

"Yank? Teh manis dingin ya?, sama ambilkan makan juga ya? " Tyas mengangguk dan berjalan cepat menuju dapur.

Yang sebenarnya dalam pikiran said, dia hanya tidak ingin istrinya dimanfaatkan saja oleh faedah. Dia juga kesal dengan sikap faedah kakak iparnya itu. .

" Ni mas teh nya?" Tangan Tyas menyodorkan nampan yang berisi gelas dan teko  kepada suaminya .

"Oh ya yank, Uda siang istrahat dulu, minta tolong kok datangnya ganggu istahhat orang lain" bisik said mencekal tangan istrinya.

Tyas mengangguk dan mencari alasan yang logika menurutnya. Sejenak dia berjalan menemui faedah.

"Kak,  nanti sore aku periksa lagi ya, badanku mulai gak nyaman ni. Ngantuk berat." Bujuk Tyas

"Ehmmm ya Uda deh Yas, tapi kakak mohon selamatkan handphone kakak ya Yas?" Sambil matanya melirik kearah handphonenya.

Faedah akhirnya pergi meninggalkan mereka. Lalu said bertanya kepada istrinya.

"Yank? Kok bisa kak faedah disini, mana kelihatan akrab, MENCURIGAKAN"  Ucap Said kepada istrinya.

"Aku juga gak tahu mas, tadi juga tiba-tiba baik, antar sayur. Nah ini rupanya ada maunya mas" jawab Tyas sambil terkekeh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!