15.Preettt

"Yank? Uda dipikirin belum mau lahiran dimana?" Dengan suara lembut said bertanya pada Tyas.

"Kamu kan tahu sendiri yank? Kalau aku pengennya lahiran di tempat mamak aku. Tapi si kalau kamu gak kasih juga gak apa-apa mas." Jawab Tyas dengan wajah yang mengharapkan suaminya menyetujui keinginannya.

Said diam sejenak ingin menggoda istrinya, dia masih terus melanjutkan untuk menghabiskan makanannya.

" Gak apa-apa kok mas. Kamu kan kepala rumah tangga, jadi terserah kamu aja." Tyas melangkahkan kakinya meninggalkan suaminya yang sedang makan.

Said melirik ke arah Tyas.

"Yank? Mas belum habisin makananya Lo, kok Uda ditinggal. Lagian mas belum jawab pertanyaan kamu, kok Uda ngambil kesimpulan sendiri. Bisa jadi seudzon itu" ungkap said.

Tyas lalu berbalik dan duduk kembali didekat suaminya.

" Tiga hari lagi kita berangkat ya ke rumah mamak. Biar ada waktu lama disana, hamilnya kan masih masuk 30 Minggu, jadi biar puas jalan-jalan dulu disana." Ucap said sembari merapikan bekas makannya.

Tyas Mala diam memandangi suaminya tanpa berkata satu kata pun.

"Gimana? Mau gak?" Tawar said kembali.

"Mau lah mas, tapi kerjaan mas disini gimana?" Kini Tyas merasa dirinya merepotkan suaminya.

"Gampang? Mas antar kamu dulu, ntar ada seminggu mas balik lagi kesini, ntar kalau sudah 2 Minggu waktu melahirkan. Mas datang lagi nemenin kamu, terus kita bisa lama disini.

"Ya uda iya mas? Lagian kalau kamu nungguin aku terus, ntar kerjaan kamu gak selesai-selesai. Kalau gitu aku mulai beres-beres dari sekarang ya mas" girang Tyas mendengar putusan suaminya.

Said hanya mengangguk dan ikut membantu istrinya, walaupun pada akhirnya said sendiri yang membereskan semuanya, karena Tyas tidak lagi kuat menopang tubuhnya.

Walaupun begitu said tidak merasa dimanfaatkan, justru dia merasa bahagia dapat meringankan pekerjaan istrinya.

"Uda selesai yank" said berkata sambil merenggangkan otot-otot ditubuhnya.

"Maaf ya mas? Mala jadi kamu yang ngerjain semuanya" tyas mendekati suaminya sambil memijit punggung suaminya.

"Kalau merayunya cuma begini mas si bisa yank?" Ucap said meledek istrinya.

Tyas kesal dengan said yang sedang meledeknya, lalu meninggalkan said sendiri dan pergi kedapur membereskan pekerjaannya.

"Hallo cak. Bisa gantiin sementara kan cak?" Terdengar suara said sedang menelepon temannya.

Tyas langsung memasang telinga, dan fokus mendengarkan ucapan said.

"Iya? Gak lama lah cak? Ya sampai puas jalan-jalan dulu hahahah"  kini said tertawa terbahak-bahak.

"Oke oke! Bisa di atur kalau Soal itu."  Said terus saja bicara, sementara Tyas tidak mengerti apa yang sedang dibicakan suami dan temannya.

"Ohh ya karena aku Uda muak cak. Capek aku. MUAK KALI AKU LIHAT TINGKAHNYA. MANGKANYA mending pulang kampung aja lah cak. Jalan terbaik." ucap said.

Deggh...

Tyas tidak dapat lagi berkata apa-apa, dia menangis dibalik dinding ruangan, dia menangis mengguguh dan terisak-isak. Lalu said tidak asing dengan suara istrinya langsung mematikan telepon dan menghampiri istrinya.

"Kok nangis kenapa??" Said heran dengan tingkah istrinya.

"Kalau mas muak sama aku, kenapa gak bilang dari awal, jangan cari alasan ini itu"

Said memukul kepalanya, bingung dengan tingkah istrinya yang selalu saja salah paham.

"Ish kamu itu belum dengarin penjelasan mas kan yank" said terus membujuk istrinya yang bertingkah seperti anak kecil.

" Gak perlu, aku Uda dengar semuanya!!" Tyas menangkis tangan suaminya.

"Mas itu muak dengan sikap kak faedah yang selalu buat kamu sakit hati yank? Mangkanya kamu mas kirim lebih cepat ke kampung. Biar gak makan hati" tanpa diminta said langsung berbicara.

"Gak bohong kan?" Ucap Tyas.

"Gak lah? Lagian gak logika juga mas muak sama istri dan calon anak."

Hampir setiap hari Tyas dan said selalu beradu mulut, tapi salah satu dari mereka pasti ada yang mengalah. Bagi mereka rumah tangga itu seperti sayuran. Jika dimasak tanpa garam, pasti rasanya tidak akan enak.

"Mas? Kalau dipikir-pikir kak faedah ada manfaatnya juga mas?" Tanggapan Tyas tiba-tiba setelah reda dari tangisannya.

"Apa manfaatnya?" Dengan alis yang bertaut said merasa heran.

"Iya lah mas, dia bisa menguatkan iman kita." Jawab Tyas asal.

Said yang mendengar hanya diam mencerna ucapan istrinya. Namun tiba-tiba dia Mala tertawa terbahak-bahak.

AhahahahHhHahaah.

"Berarti dia setan yank," ucap said dengan suara tertawa yang semangkin besar.

"Kok setan si mas" kini Tyas yang merasa heran dengan ucapan suaminya.

"Iyalah yank? Kamu bilang kan menguatkan iman, itu berarti dia tukang goda dan tukang cari masalah, kayak setan-setan pada umumnya kan." Jelas said pada istrinya.

Tyas langsung tertawa mendengar penuturan suaminya, mereka sama-sama tertawa dan saling membayangkan faedah yang berubah menjadi setan.

"Tau gak yank wajahnya ngeyakinkan juga kalau jadi setan. Apalagi kalau pas pakai alis tebal kayak karton apa itu sih yank? Yang suaranya besar. Aish lupa mas"  dengan suara riuh said menjelaskan.

"Sinchan Lo mas? Iya bener juga. Tapi dia begitu Uda merasa cantik Lo mas" timpal Tyas membalas ucapan suaminya.

"Cantik apanya!! Mukanya, muka berak begitu yank yank? Babarblas gak ada senyumnya, panta* sapinya mas kalau didandani mungkin dia kalah jauh" dengan jahilnya said sampai lupa diri.

"Nek aku arep gumoh mas" kini Tyas mangkin tertawa, lalu sesaat dia teringat "astaghfirullah halazim yank? Dosa tau, ih mas ini. Ya Allah amit ya Allah." Ucap Tyas menyadari perkataannya sambil mengetuk-ngetuk keningnya.

"Hahaha amit ya Allah, apaan itu berdoa begitu, aish sudah terlanjur yank? Anggap aja bonus dari Allah" ucap said kembali.

"Ih buruan ngucap yank!! Dasar gara-gara setan ini kita sampai lupa diri"  ucap Tyas menyesali.

"Iya setannya si faedah yank." Sambung said menggoda istrinya.

"Mas!! Ih ngucap gak." Bentak Tyas.

Said yang masih tertawa menuruti istrinya dengan suara tersendat-sendat.

"As, astagh.. firu, firullah hal azim. Hahah Hem Hem hak hak" said tidak dapat menahan tawanya.

"Mala ketawa ini is" Tyas memukul bokong suaminya dan juga ikut tertawa. " Kenapa masih tertawa coba" tanya Tyas.

"Masih ngebayangin muka beraknya yang dikasih alis, terus kamu bilang dia setan kan yank,, hak hak" tutur said.

"Aku gak ada bilang dia setan. Aku cuma bilang dia ada manfaatnya karena bisa nguatkan iman kita." Rajuk Tyas dengan tawa yang ditahan.

Said mencoba menahan tawanya berkali-kali, walaupun dia tidak sanggup hingga akhirnya.

Pret pret hak hak pret.

Gara-gara said menahan tawanya kentutnya Mala keluar dengan diiringi suara tawanya.

Sesaat said terdiam melihat wajah istrinya.

"Is kentut kamu mas!!" Pukul Tyas di bokong suaminya.

Preeeeeeeetttttttttt

Siapa sangka pukulan Tyas Mala mengeluarkan kentut tarakhir yang panjang seperti kereta api.

Mereka sama-sama tertawa dengan kejadian tersebut. Sampai Tyas mengeluarkan air mata, bahkan saat mengerjakan sesuatu, jika teringat Tyas tidak dapat menahan tawanya.

---------

Buat pembaca? Pernah gak ngalamin kejadian lucu, walaupun sudah berlalu tapi kalau pas ingat Mala tertawa sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!