13. Cari Air

Said terlihat murung pagi itu melihat istrinya yang kesal karena pakaian yang terus menumpuk dan tidak bisa dicuci sekaligus. Karena keterbatasan air, dan juga sulit mencari air dimasa-masa kemarau.

Daerah yang ditinggali oleh said dan Tyas memang sering terjadi kekeringan, walaupun pada dasarnya air bisa diperoleh dengan cara membuat sumur bor, namun sayangnya yang dihasilkan dari sumur bor bukan air yang dapat langsung digunakan. Air yang keluar memang terlihat jernih, namun semangkin bertambah waktu, air pun berubah warna, seperti berminyak lalu akan menjadi berwarna kuning kecoklatan. Dan dalam waktu 48 jam baru dapat disaring menggunakan alat buatan.

"Mas? Aku gak papa kok, Uda gak usah merasa bersalah gitu. Kita kan baru beberapa bulan berumahtangga, mungkin ini cobaan buat kita." Komentar Tyas saat melihat suaminya yang tidak seperti biasanya.

Biasanya said lah yang selalu memberikan nasihat, kini justru Tyas yang memberikannya. Walaupun keluarga mereka baru seumur jagung, namun ternyata mereka bisa saling melengkapi. Disaat Tyas marah, said selalu memperingatkan, begitu juga sebaliknya. Bahkan sebelumnya banyak yang ragu akan pernikahan mereka, karena said dan Tyas sama-sama terlahir sebagai anak bungsu. Banyak yang mengira mereka akan memiliki sifat keras kepala dan manja. Alhamdulillah mereka dapat mematahkan argumen itu.

Mau kemana mas?" Tyas bertanya pada suaminya yang sudah melangkah keluar rumah dan memutar kunci motornya.

"Keluar sebentar, oh ya galon air yang kemaren untuk acara 7 bulanan masih ada semua kan yank?" Said mala balik tanya kepada istrinya.

"Masih mas? Mau untuk apa." Tyas heran dengan tingkah suaminya.

"Mas mau bawa dulu, penting." Kini kaki said sudah melangkah kembali masuk kedalam rumah mengambil galon-galon air yang belum lama mereka pinjam untuk acara 7 bulanan.

Dia memasukkan kekeranjang yang sudah melekat di motornya, lalu pergi meninggalkan istrinya yang sedang mematung memperhatikan suaminya.

Setelah melihat suaminya pergi meninggalkan halaman rumahnya, Tyas kembali masuk, lalu mengerjakan pekerjaan yang belum selesai.

Sekitar setengah jam dia bergulat dengan isi rumahnya, dia mendengar suara motor suaminya yang berhenti didepan pintu belakangnya. Dia berlari kecil, menghampiri suaminya.

"Ya Allah yank? Ngambil dimana ini, kok bisa cepat dapat air bersih, kan lagi musim kemarau yank" cerca Tyas.

"Kok gak bilang Alhamdulillah dulu si yank?" Ucap said yang sedang mengangkat galon-galon tersebut.

"Iya Alhamdulillah mas?" Ucap Tyas sembari memberikan senyum termanisnya.

"Yank dari sekarang kamu tu harus panggil mas 'AYAH' sebentar lagi anak kita lahir Lo? Kamu masih aja panggil sebutan kaya emak-emak jaman dulu" selesai said berucap, dia baru menyadari kata-katanya, dia melirik ke istrinya, karena takut istrinya bakal nangis dan marah lagi. Mengingat istrinya yang sensitive semenjak hamil, membuat said berhati-hati dalam berbicara. Namun hari itu Tyas Mala tertawa girang sampai membuat pipinya yang putih dan gembul memerah.

"Oh jadi ceritanya merajuk? Ih mas itu kayak anak kecil, tapi cerewetnya kayak simbahku dikampung" Tyas tidak tahan melihat tingkah suaminya.

Said terus saja mengangkat galon satu persatu, karena tidak tahan dengan tingkah istrinya. Said kembali pamit untuk mengambil air yang kedua kalinya.

Said dan Tyas tidak menyadari ada sepasang mata yang sedang mengawasi mereka.S

elesainya said mengambil air, mereka pun beristirahat bersama sampai tidak terasa mereka sudah terlelap.

Sore harinya Tyas kedatangan tamu, sementara said sendiri sudah terlebih dahulu pergi untuk membereskan sapinya.

" Yas, kok kakak lihat si said angkutin air, emang gak punya air ya Yas" tanya murni yang langsung tanpa basa-basi.

Tyas lalu melangkah mendekati murni.

"Kak? Kami gak enak kalau terus-terusan ngambil air di tempat kak faedah? Lagian Wika sudah nyampaikan pesan dari kak faedah." Ucap Tyas.

"Nyampek'in apaan Yas? Gak boleh ambil air ya Yas" cerca murni yang tak sabaran.

"Kata kak faedah jangan ambil air bersih yang ada di sumur saringan, soalnya mereka katanya gak kebagian. Jadi tadi mas said ngambil gak sepenuhnya kok kak, cuma ambil air bersih aja, untuk kebutuhan." Tyas tampak berhati-hati dalam berbicara. Karena setelah apa yang di alami semenjak menikah, dia langsung pilih-pilih saat berbicara. Lebih tepatnya mengontrol ucapan agar tidak menjadi bumerang.

"Ih gak mungkin lah gak kebagian Yas, sumur saringan dia itu kan dalam banget. Kamu kalau gak ada air, ambil kerumah kakak aja." Tawar murni kepada Tyas.

"Nanti aku bilang ke mas said kak." Senyum Tyas pun mereka setelah mendapatkan tawaran dari tetangganya. Yang sebenarnya juga masih ada ikatan saudara dengan Tyas.

"Lagian kamu baru sebentar juga Uda pasang listrik sendiri, dia juga gak pernah merasa kasihan sama kamu! Padahal kan kalian adiknya ya, oh ya tapi kemarin kakak lihat juga si said sempat dikasih kerjaan ya sama bang bandi." Kini murni juga berbicara seperti tidak suka melihat sikap faedah.

"Iya kemarin dikasih kerjaan Sama bang Bandi, tapi gara-gara kerjaan itu kamu ribut dirumah, hehehe. Eh tapi kakak kan temen akrabnya kok nyeritain sih, emang gak takut aku laporin. Atau takutnya Mala aku yang dilaporin." ledek Tyas kepada murni.

"Kakak sih percaya kamu Yas, kakak itu selama ini ambil jalan aman saja, males ribut-ribut, soalnya Uda pernah. Dia bilang ke orang-orang kalau kakak iri sama dia, nah padahal justru yang sebaliknya. Tapi kakak males ngomong sama orang-orang! Toh yang lihat juga orang lain. Kamu harus contoh itu hihihi" tawa murni yang sedang membanggakan diri. "Oh ya ribut kenapa Yas" sambung murni kembali.

"Masalah gaji sih, bang Bandi titipin gaji ke kak faedah. Terus sama kak faedah dititipin ke aku, awalnya sih aku bilang suruh kasih ke mas said langsung, tapi dia gak mau, katanya aku kan istrinya jadi berhak juga. Nah dia kasih 300 ribu kak. Ternyata bang said bilang ke mas said gajinya Uda dikasih 350 Ribu. Eh giliran mas saidnya pulang, aku kasiin tu gaji dia, eh dia mala tanyak kenapa 300 ribu? Ya aku jelasin. Aku begini-begini juga gak mau kali kak nipu orang, apalagi suami sendiri." Curhat Tyas pada murni, akhirnya dia mulai nyaman dengan kehadiran murni.

Setelah obrolan itu Tyas berinisiatif untuk menceritakannya kepada suaminya.

Pukul 19:45 wib Tyas mulai mendekati suaminya, mereka saling bercanda dan membicarakan rencana-rencana untuk kedepan. Sampai Tyas sudah mulai nyaman dengan obrolan, mulailah dia berbicara serius dengan suaminya.

"Mas? Tadi kak murni datang Lo kesini" ucap Tyas.

"Ehmm terus ngapain." Sambut said

"Nah itu dia mas? Aku juga mau sekalian ngebujuk kamu sih mas,?" Kali ini Tyas berbicara lebih serius.

"Apaan?."

"Kak murni nawarin air buat di ambil, kan bisa lebih dekat mas ngambilnya." Bujuk Tyas kepada suaminya.

"Kamu yakin? Mas disuruh ngambil di tempat kak murni. Kalau kelihatan sama si bulus gimana? Uda wajah keriput, mangkin keriput ntar dia." Ucapan said justru membuat Tyas kebingungan.

"Bulus apa!!." Sanggahnya.

"Ya itu kak faedah, kan otak bulus dia, lagian yank bukan pas keliatan dia, yang buat gak enaknya. Tapi kalau keliatan banyak orang? Apalagi ngambilnya dirumah tetangga. Orang yang bakal ngelihat pasti bisa bilang kalau keluarga kita lagi gak rukun." Said ternyata memikirkan hal panjang.

Karena dia takut kalau terjadi hal-hal yang tidak enak nantinya. Namun Tyas sepertinya tidak menyukai pendapat suaminya.

"Kok gitu wajahnya?." Tanya said pada istrinya.

"Ya biar orang lain tahu sekalian mas, kalau lagi gak akur. Toh nyatanya dia sendiri yang buat semuanya kayak gini, biar orang lain juga tahu siapa dia yang sebenarnya. Lah kamu sendiri aja bisa bilang dia otak bulus kan mas. Kamu ingat gak gajimu yang dikasih kak faedah, dia yang korupsi tapi kamu yang salah paham sama aku mas." Kini Tyas sudah mulai berani menentang ucapan said.

"Yank? Aku percaya kamu, seandainya pun memang iya uang itu ada sama kamu aku gak masalah yank? Dan aku juga gak percaya sama kebohongan si faedah itu. Tapi kalau kamu dendam terus mau balas sakit hati dia, yang ada hati kamu juga jadi kotor kan? Kamu lagi hamil Lo? Emang mau anak kita punya sifat yang gak baik." Panjang lebar said menasihati istrinya.

"TERSERAH!! kamu itu secara gak langsung nuduh aku mas!! Kamu pikir aku gak capek mendem sakit hati terus tiap hari. Yang ada aku capek badan juga capek bathin tinggal disini. Aku pengen pindah mas, mendingan digubuk repot daripada tinggal berdampingan sama si otak bulus itu." Marah Tyas yang dilampiaskan ke suaminya.

"Pindah kemana yank? Kamu kan tahu sendiri, ini tanah Ibuk, bang Bandi sudah dikasih nah mas juga sudah dikasih, dan ini juga punya Kak Nana yang sudah dibangun rumah. Kita tinggal nempatin aja apa susahnya si yank? Sabar aja yank, dia mau bilang apa biarin aja."

"Kamu sih gak ngerasain diposisi aku mas? Ini perasaan paling sakit yang aku rasain selama hidupku mas!!" Tyas sudah banjir air mata dihadapan suaminya. Saat tangan said ingin menghapus air mata istrinya, justru tangan itu langsung ditepis oleh Tyas. "Ibumu juga! Hanya bisa berbicara sabar tapi tidak memikirkan hati orang lain? Padahal dia juga pernah bilang kan, bagaimana sikap faedah sama kak nana dulu, yang begitu tidak dia sukai. Ya begitulah yang telah dibuat kak faedah terhadapku. Tapi kalian gak bisa buat apa-apa kan, DASAR KELUARGA TIDAK TEGAS!!!" Bentak Tyas dengan diiringi tangis sesenggukan.

Said yang mendengar kalimat itu langsung mengepalkan tangannya dan menghantamkan Kedinding rumah yang terbuat dari papan kayu.

Bugghh!!!

Tyas terkejut atas apa yang telah diperbuat oleh suaminya.

"Terus aku harus apa!! Ha!! Mengikuti caramu yang salah!! Ketegasan seseorang itu bukan dengan cara seperti itu.!! Bentak said kembali pada istrinya.

Tyas terus menangis, namun suara tangisnya semangkin membuatnya tersengal-sengal, bahkan untuk menghirup udara saja dia kesulitan. Dia terus meremas jari-jarinya dan beringsut mundur lalu masuk kedalam kamar sambil menelangkupkan badannya. Dia lupa Jika keadaannya sedang hamil dan dapat membahayakan bayinya, begitu juga said yang tidak menyusul langkah istrinya. Karena ingin membiarkan istrinya berpikir dan istirahat.

Sampai suara tangis tidak terdengar kembali, bagi said Tyas adalah orang yang tahan menangis saat hatinya sedang kacau. Dengan jalan pelan said mengintip istrinya, Namun..

"Astaghfirullah halazim yank?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!