2 bulan kemudian..
"Yakin kamu id, mau balik keriau, kenapa gak kerja disini saja, istrimu juga hamil muda" ucap Bu Wati kepada putranya.
"Buk disana selain keluarga kita, keluarga Tyas juga ada, lagian disana juga sudah ramai. Kebun kelapa sawit siapa yang mau ngelola kalau gak aku sendiri buk? Bang Bandi juga kan sibuk dengan bisnisnya? Sedangkan kebun kelapa sawit milik dia saja dipasrahkan orang lain" jelas said kepada ibunya.
"Kenapa kamu gak pasrahkan juga id, kan disini juga bisa bekerja, sembari terima gaji dari sana" kembali Bu Wati mencoba merayu putranya.
"Buk?? Bukan aku gak percaya sama pekerjaan orang lain. Tapi aku merasa lebih nyaman kalau aku yang mengerjakannya sendiri, toh kebun itu juga masih pemberian dari ibu, aku gak mau di anggap tidak mandiri" kembali said mengungkapkan uneg-unegnya.
Beberapa hari setelah obrolan itu akhirnya hari yang ditunggu untuk merantau kembali keriau tiba. Said mengangkat barang-barang yang sudah siap dikoper , dan memasukkannya kedalam mobil pribadi yang juga tujuannya searah dengan mereka. Tyas tidak diperbolehkan capek, dia hanya terus menggenggam tangan mertuanya, memberikan kekuatan bahwa orang yang akan dikhawatirkan baik-baik saja. Rencana mereka berangkat, pagi hari karena tujuannya akan singgah sebentar ke kampung halaman Tyas.
--------
Sesampainya dirumah ibu Surti, ibu dari Tyas. Mereka disambut hangat dan baik, tentu mereka juga sudah tahu tentang rencana itu. Sehingga bekal juga ikut dibawakan oleh Surti kepada mereka. Tangis haru juga kembali dirasakan oleh said dan Tyas. Sebelumnya hal sama juga dirasakan saat dirumah ibu ya said.
"Disana jangan berantem, yang akur Yo nduk? Mamak gak bisa bawak'in banyak bekal, tapi semoga kamu sehat selalu" ucap Surti Sem Ari memeluk erat putri bungsunya.
" Jangan lupa kabarin ya dek, kalau sudah sampai. Oh ya id jangan boleh dulu Tyas naik motor sendiri ya. Soalnya lagi hamil muda, Uda gitu dia ini kalau naik motor suka gak fokus." Ucap Mira memberi pesan kepada keduanya.
Dari arah luar tampak seorang wanita beserta suami dan anak perempuannya.
" Uda mau berangkat Yas? Bahkan menginap saja kamu belum Yas?" Peluk wanita bernama Yati tesebut. Yati adalah kakak tertua dari Tyas yang sudah bersuami dan memiliki 3 orang anak, diantaranya 2 anak laki-laki dan satu anak perempuan.
"Gimana lagi kak, pencarian mas said kan disana, tapi gak usah khawatir. Aku juga sudah pernah tinggal disana, jadi gak akan sulit berbaur dengan keadaan" jawab Tyas kepada kakak sulungnya.
"Id? Ini anak payah banget kalau disuruh makan, nanti kalau disana dia gak mau makan, cekoki aja" pesan Yati Kepada said sambil merenggangkan pelukannya bersama Tyas.
Tyas yang melihat hanya tersenyum menanggapi ucapan kakaknya.
----------
Perjalanan mereka menujuh Riau cukup memakan banyak waktu, menempuh hampir 20 jam. Namun karena sudah terbiasa mereka hanya menikmati setiap perjalanan mereka.
Setelah perjalanan jauh mereka pun hampir sampai di desa yang akan menjadi tujuan mereka. Tyas dan said sama-sama memutuskan untuk memberi kabar keluarga masing-masing.
"Oh ya mas, berarti kita nanti akan tinggal bersebelahan dengan kak faedah ya?" Tanya Tyas kepada suaminya. Namun dia sedikit merasa tidak akan nyaman. Tapi pikaran seperti segera ia buang jauh-jauh, mengingat faedah yang turut berjuang atas hubungan mereka selama ini.
" Iya yank? Rumah tempat kak Nana dulu tinggal" jawab said dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya, lalu terlihat gigi kelincinya menambah aurah wajahnya semangkin terlihat lebih manis.
Waktu yang melelahkanpun akhirnya terbayar dengan sambutan faedah. Mereka disuruh bersih-bersih lalu segera makan dan beristirahat, untuk menenangkan otot-otot yang tegang, Karena kelamaan terduduk.
Anak-anak faedah dan Bandi juga terlihat ramah dan sesekali manja kearah said. Hanya Wika putri sulung faedah dan Bandi yang karakternya keras kepala dan juga judes, setiap ucapan selalu dibalas dengan jawaban ketus.
"Oh ya buk? Nanti malam tidur disini dulu saja? Besok baru bersih-bersih ya" tawar faedah kepada Tyas.
"Takut ngerepotin kak, kata mas said biar tidur disana aja, rumahnya juga kan selama ini ditempati mas said, pasti tidak terlalu berantakan" tolak Tyas halus kepada iparnya. Ntah mengapa perasaan untuk menolak ajakan faedah datang begitu saja.
"Ya sudah kalau begitu, gak apa" jawab faedah yang terlihat wajah kecewa didepan Tyas.
Seminggu kedatangan Tyas dan said, faedah sedikit demi sedikit menunjukkan sifat aslinya tanpa ia sadari. Namun sikap Tyas masih mencoba biasa saja, dan tidak mau ambil pyusing.
"Kak ini ada kue, tapi cuma sedikit, tapi entah apa deh rasanya." Tyas memberikan sedikit hasil makanan yang sudah ia buat kepada tetangganya. Tepatnya kepada kakak iparnya.
"Iya! Terimakasih. " Jawab faedah ketus.
( Aneh kak faedah ini kenapa ya sifatnya berubah-ubah. Mangkin kesini mangkin kelihatan banget palsunya. Hemmm ternyata selama ini dia oplosan hihihi) Tyas membathin sambil jalan arah pulang.
Tyas masih mencoba berfikir positif kepada kakak iparnya faedah. Sampai tiba waktu dimana ia menceritakan kejadian itu kepada suaminya. Namun suaminya tidak memberikan jawaban apapun tentang faedah, hanya tersenyum saja, lalu memilih untuk pergi sebentar aja. Disaat bersamaan kakak Tyas Yani datang menemuinya, dan memberikan sedikit hasil panen sayur yang dia dapat dari kebun milik suaminya.
"Eh kak Yani? Sini masuk? Ohga darimana tadi kak yan?". Smbut Tyas
"Dari rumah? Oh ya ini ada sedikit buat kamu" jawab Yani kakak tys
"Alhamdulillah? Terimakasih ya kak?" Pungkas Tyas.
"Oh ya Yas, kakak dapat gosip tentang kamu, dan juga keluarga said. Kakak mau tanya boleh? Ungkap Yani meminta persetujuan adiknya.
"Apa itu kak?" Dengan cepat Tyas bertanya kepada kakaknya.
Sesaat suana hening lalu Yani mulai dengan tarikan nafas panjang.
"Hemmmmm? Gini apa bener, waktu resepsi kalian, Bandi dan faedah memberi kalian uang secara cuma-cuma, sebanyak 15 juta" selidik Yani kepada kaki adiknya.
Namun adiknya hanya terlihat biasa saja, bahkan beberapa saat ia Mala mengembangkan senyum manisnya.
"Menurut kakak? Setelah bertanya begini, apa yang kakak tanggap dari diriku kak" tanya Tyas.
"Biasa saja, itu berarti benar kan?
"Kak? Kalau diberinya secara langsung kami tidak pernah menerima, tapi gak tahu juga kalau mas said, nanti Yas coba tanyakan. Lagian sudah seminggu ini dia agak angkuh kak, bahkan di tegur saja dia tidak mau menjawab. Yang aku sendiri tidak tahu penyebabnya" keluh Tyas kepad kakaknya.
"Ini yang ibu kakak khawatirkan diantara kalian." Ucap Yani.
Tyas dan Yani sedikit membicarakan apa saja yang ia ketahui tentang gosip pemberian uang itu. Bahkan sesekali Tyas harus mengetatkan rahangnya. Tapi dia juga tidak sepenuhnya percaya kepada Yani, setelah apa yang dia lakukan pada Tyas sebelum hari pernikahannya. Ya walaupu orang itu adalah saudara kandungnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments