Rencana yang Tersusun Rapi

Dering alarm yang cukup nyaring mengusik ketenangan Jeevan yang masih berkelana dalam mimpi. Antara rela dan tidak, dia mulai membuka mata dan berusaha mengumpulkan kesadaran.

"Ahh." Jeevan menggeliat. Punggungnya terasa sakit dan nyeri, apalagi saat digunakan untuk bangkit. Jeevan sampai meringis dibuatnya.

Selama ini, dia terbiasa kerja kantoran. Bangun tidur langsung mandi dan makan, lantas berangkat kerja dengan menggunakan mobil. Berbeda jauh dengan kemarin, pagi-pagi sekali dia bangun dan mencari sarapan. Kemudian, jalan kaki menuju binatu.

Persiapannya saja sudah melelahkan, belum lagi pekerjaan menuntutnya menaiki motor seharian. Jeevan berkeliling kota mengantarkan pakaian pelanggan, melawan terik matahari yang seakan membakar kulitnya. Sehari penuh Jeevan bekerja bermandikan peluh.

"Harus kuat. Ini baru hari kedua, nggak boleh nyerah. Demi Elsa dan demi masa depan," ucap Jeevan menyemangati diri sendiri.

Lantas, dia beranjak dan kemudian menyambar handuk. Sebelum keluar kamar, Jeevan menyempatkan diri melihat ponselnya. Ternyata, ada banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari Elsa. Kekasihnya itu meminta maaf karena seharian kemarin tidak mengirim kabar, dia juga mengatakan bahwa hari ini mulai kerja sebagai ART.

Demi melepas rasa rindu, Jeevan langsung menelepon Elsa. Satu sapaan ramah dari sang pujaan hati mampu meredakan rasa nyeri di sekujur tubuhnya.

"Kamu kerja di mana, Sayang?" tanya Jeevan usai berbasa-basi dengan kalimat manis.

"Di vila puncak, Mas. Orangnya lagi liburan bareng cucu, jadi butuh ART buat bantu-bantu di sana. ART yang di rumah nggak bisa ikut karena menemani anak bungsu mereka yang masih sekolah," dusta Elsa.

"Di puncak? Terus pulang perginya gimana?" Jeevan merasa khawatir karena jarak kontrakan Elsa dan kawasan puncak cukup jauh. Jeevan tidak tega jika membiarkannya pulang sendiri pada malam hari.

"Aku kerja full time, Mas. Aku pulang kalau orangnya udah balik. Nggak lama kok, cuma dua minggu," ucap Elsa.

"Jadi selama itu kita nggak bisa ketemu?" Jeevan sedikit keberatan.

"Mas, hanya dua minggu. Setelah itu, kita bisa ketemu lagi. Kondisi sekarang lagi buruk, Mas, kita harus banyak-banyakin sabar," kata Elsa dengan lemah lembut. Jeevan pun langsung trenyuh karenanya.

Namun, obrolan mereka tak berlangsung lama. Jeevan bergegas mandi dan di sana pun Elsa juga bersiap-siap. Mereka terpaksa memendam rindu demi memperjuangkan hubungan yang sebenarnya sudah retak.

___________

Pukul 07.00 malam di kediaman Mauren. Wanita cantik dengan tubuh ideal itu baru saja menginjakkan kaki di kamarnya. Dia meletakkan tasnya ke sembarang tempat, dan kemudian merebahkan tubuh di atas ranjang.

Hari ini adalah hari yang melelahkan bagi Mauren. Bagaimana tidak, dari pagi sampai sore tidak ada istirahatnya. Selain rapat membahas peluncuran produk baru, ada juga rapat pemilihan staf baru.

Sejak Jeevan dan Elsa keluar dari Victory, banyak karyawan lain yang Mauren pecat secara tidak terhormat, termasuk Sunandar yang kini sudah mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Mauren memang tidak main-main dalam mengambil tindakan. Dia bertekad mempertahankan Victory dan membawa perusahaan tersebut pada posisi yang lebih tinggi. Selain demi orang tua, Mauren melakukan itu juga demi cita-cita yang sudah dikorbankan.

"Lelah banget. Boleh nggak sih kalau langsung tidur aja, nggak usah mandi?" gumam Mauren dengan mata yang terpejam.

Cukup lama Mauren berbaring sambil menikmati kehangatan ranjang yang kini dihuni seorang diri, sampai akhirnya rasa kantuk benar-benar menyerang dan membuatnya nyaris terlelap.

Akan tetapi, indahnya mimpi yang hampir membuai kembali pergi, semua karena dering ponsel yang berada tepat di dekat telinga. Mauren tersentak dan terpaksa membuka mata, lantas meraih ponsel tanpa melihat siapa peneleponnya.

"Halo," sapa Mauren dengan suara serak.

"Udah tidur, ya? Gila, masih sore loh!" seru seseorang dari seberang sana.

"Kamu siapa sih?" Mauren mengucek mata dan melihat nama sang penelepon. Lantas, senyumnya langsung mengembang dan semangatnya kembali penuh.

"Sorry, sorry, aku tadi setengah tidur. Gimana? Ada kabar baik?" sambung Mauren dengan cepat.

"Lebih dari baik."

"Oh ya?" Mata Mauren berbinar.

"Iya lah. Jadi begini___"

Seseorang di seberang menjelaskan kabar baiknya dengan detail, dan Mauren sangat puas mendengarnya.

"Sip," puji Mauren. "Oh ya, kirimin nomor Zenna. Aku butuh perannya."

"Peran apa?"

"Panjang deh, nanti aja kamu tanya sendiri sama Zenna," ucap Mauren.

"Baiklah. Kalau gitu habis ini aku kirim nomornya, sekalian nomor___"

"Iya, kirim aja. Udah siap kok." Mauren memotong ucapan orang itu karena sudah tahu apa yang dimaksud.

"Thank you, benar-benar sahabat deh. Sering-sering dong kayak gini."

"Dasar kamu!"

Usai berbicara dengan orang tersebut, Mauren bergegas menghubungi Zenna—seorang wanita yang baru hitungan hari menjadi temannya.

"Halo, ini siapa, ya?" tanya Zenna ketika sambungan telepon terhubung.

"Aku Mauren."

Zenna pun menyambut ramah dan menanyakan apa kepentingannya. Dengan senang hati Mauren mengutarakan niatnya. Zenna sangat tertarik dengan apa yang ditawarkan Mauren karena imbalannya cukup menggiurkan. Alhasil, kesepakatan di antara keduanya deal detik itu juga.

"Aku akan mendalami peranku. Kupastikan kamu puas dan mengajakku bekerja sama lagi." Zenna berkata dengan penuh percaya diri.

"Kuharap kerja sama kita selanjutnya versi bisnis, bukan yang kayak gini," sahut Mauren.

Zenna tertawa renyah, "Serius mulu kamu, Ren. Sekali-kali bercanda dong biar nggak suntuk, kayak aku gini."

"Kamu sih bercandanya kelewatan, masa pernikahan juga dibikin candaan. Ikrarnya pakai kalimat Tuhan loh, dosa kamu," protes Mauren.

"Kan kedua pihak udah oke, nggak ada yang keberatan, malah masing-masing merasa senang. Jadi, ya nggak apa-apa dong. Kecuali kalau bercandanya menyakiti salah satu pihak, itu baru dosa, semacam ... Jeevan ke kamu."

"Nggak usah disebut! Sengaja kamu, ya?" gerutu Mauren, yang lantas hanya ditanggapi dengan tawa.

Mauren hanya bisa menggeleng-geleng ketika mendengar teori pernikahan versi Zenna, yang amat sangat jauh dari norma yang ada. Entah dari mana wanita itu mendapatkan teori yang demikian. Lebih mengherankan lagi, dia juga menemukan pasangan yang sama persis seperti dirinya.

"Ada baiknya sih punya pendapat seperti Zenna, jadi nggak terjebak rasa naif kayak aku kemarin. Tapi, sebentar lagi semuanya akan berakhir kok. Aku akan mengembalikan apa yang pernah aku rasakan. Sengaja kulebihkan karena yang kukorbankan sangat besar. Aku melepas cita-cita karena mereka berdua. Sekarang, jangan harap lagi hatiku akan melunak atau membuka pintu maaf. Tidak akan pernah!" geram Mauren usai mengakhiri sambungan teleponnya dengan Zenna.

Ketika Mauren masih larut dalam emosi, pintu kamar diketuk dari luar.

"Nyonya!" teriak Inah.

"Iya, Bi."

"Ada tamu yang mencari Nyonya, beliau sedang menunggu di bawah."

Mauren mengernyit heran, "Siapa yang bertamu, aku nggak ada janji dengan siapa pun?"

*Sedang menunggu kopi untuk bekal begadang, mana tahu entar malem bisa up lagi☺☺☺☺

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Kartini Kartini

Kartini Kartini

bener tu mauren jangan kasih kesempatan dan maaf lagi itu udah keter kalian udah selingkuh zina korupsi udah kdrt moga aja gak ada orang kaya gitu lagi

2024-04-01

1

mhymhy

mhymhy

keyak nya zenna am ezra laki bini dech

2024-02-15

1

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

mkin penasaran Maureen pnya rencana apa lagi ya

2023-04-20

1

lihat semua
Episodes
1 Awal Kisah
2 Curiga
3 Tertangkap Basah
4 Murka
5 Bertengkar
6 Tawaran Poligami
7 Mulai Bertindak
8 Bertemu Elsa
9 Membela Elsa
10 Pemikiran Elsa
11 Membuang Jeevan
12 Dilema
13 Penawaran Menarik
14 Salah Mengira
15 Mundur
16 Ancaman
17 Pilihan yang Sulit
18 Deal!
19 Rencana yang Tersusun Rapi
20 Keputusan Baru
21 Entah Apa
22 Oh, Tidak!
23 Uang Tambahan
24 Tertangkap Basah
25 Kekecewaan Jeevan
26 Mengemis Cinta
27 Kasus Lama
28 Bukti dari Ezra
29 Rahasia Masa Lalu Elsa
30 Enam Bulan Kemudian
31 Entah Siapa Dia
32 Kaget
33 Seperti Aktor
34 Perjalanan Tak Mengenakkan
35 Tuan Andika
36 Karendra Dirgantara
37 Saya Mencintai Anda
38 Ibu Tiri
39 Antara Elsa dan Rendra
40 Menguak Identitas Andika
41 Kebenaran tentang Andika
42 Andika Tidak Masuk Kerja
43 Beauty SC
44 Balas Dendam
45 Tersandung Kasus
46 Tepat Waktu
47 Kehancuran Elsa
48 Sandiwara Rendra
49 Aku Mencintaimu
50 Tamparan Untuk Jeevan
51 Sesal yang Nyata
52 Pulang
53 Pertengkaran
54 Perubahan Sikap
55 Antara Andika dan Rendra
56 Masa Lalu Rendra
57 Mengakui Rasa
58 Makin Terluka
59 Pesan dari Rendra
60 Lamaran
61 Kasmaran
62 Patah Hati
63 Laki-laki Macam Apa Aku?
64 Berniat Pergi
65 Prewedding
66 Detik-Detik Akad
67 Sah
68 Hadiah Pernikahan
69 Pergi
70 Dalam Perjalanan
71 Sesal
72 Paris
73 Lahirnya Sang Buah Hati
74 Keanu dan Keanne
75 U-1
76 Ujung Kisah
77 Akhir Kata
78 Izinkan Aku Mencintai Istrimu
79 Kesucian Cinta yang Ternoda
80 Tentang Rasa
81 Noda
82 Cinta Ini Membunuhku
83 Sekeping Asa dalam Sebuah Rasa
84 Billionaire Courier
85 Keanu Abian Dirgantara
86 Promo (Bukan) Orang Ketiga
87 Promo Novel Mutiara Yang Ternista
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Awal Kisah
2
Curiga
3
Tertangkap Basah
4
Murka
5
Bertengkar
6
Tawaran Poligami
7
Mulai Bertindak
8
Bertemu Elsa
9
Membela Elsa
10
Pemikiran Elsa
11
Membuang Jeevan
12
Dilema
13
Penawaran Menarik
14
Salah Mengira
15
Mundur
16
Ancaman
17
Pilihan yang Sulit
18
Deal!
19
Rencana yang Tersusun Rapi
20
Keputusan Baru
21
Entah Apa
22
Oh, Tidak!
23
Uang Tambahan
24
Tertangkap Basah
25
Kekecewaan Jeevan
26
Mengemis Cinta
27
Kasus Lama
28
Bukti dari Ezra
29
Rahasia Masa Lalu Elsa
30
Enam Bulan Kemudian
31
Entah Siapa Dia
32
Kaget
33
Seperti Aktor
34
Perjalanan Tak Mengenakkan
35
Tuan Andika
36
Karendra Dirgantara
37
Saya Mencintai Anda
38
Ibu Tiri
39
Antara Elsa dan Rendra
40
Menguak Identitas Andika
41
Kebenaran tentang Andika
42
Andika Tidak Masuk Kerja
43
Beauty SC
44
Balas Dendam
45
Tersandung Kasus
46
Tepat Waktu
47
Kehancuran Elsa
48
Sandiwara Rendra
49
Aku Mencintaimu
50
Tamparan Untuk Jeevan
51
Sesal yang Nyata
52
Pulang
53
Pertengkaran
54
Perubahan Sikap
55
Antara Andika dan Rendra
56
Masa Lalu Rendra
57
Mengakui Rasa
58
Makin Terluka
59
Pesan dari Rendra
60
Lamaran
61
Kasmaran
62
Patah Hati
63
Laki-laki Macam Apa Aku?
64
Berniat Pergi
65
Prewedding
66
Detik-Detik Akad
67
Sah
68
Hadiah Pernikahan
69
Pergi
70
Dalam Perjalanan
71
Sesal
72
Paris
73
Lahirnya Sang Buah Hati
74
Keanu dan Keanne
75
U-1
76
Ujung Kisah
77
Akhir Kata
78
Izinkan Aku Mencintai Istrimu
79
Kesucian Cinta yang Ternoda
80
Tentang Rasa
81
Noda
82
Cinta Ini Membunuhku
83
Sekeping Asa dalam Sebuah Rasa
84
Billionaire Courier
85
Keanu Abian Dirgantara
86
Promo (Bukan) Orang Ketiga
87
Promo Novel Mutiara Yang Ternista

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!