Dilema

Dilan : Nyonya Jehana akan mengikuti fashion show di Paris. Dia memintamu menjadi modelnya, bersama Carroline dan Alice. Kamu pasti setuju kan, Ren?

"Nyonya Jehana." Mauren bergumam sambil bangkit dari tidurnya.

Jehana adalah desainer andal yang sudah berkecimpung di beberapa negara. Dia sering mengikuti event dan pulang membawa piagam penghargaan.

Sungguh suatu keberuntungan bisa dipinang menjadi modelnya, terlebih lagi disandingkan dengan Carroline dan Alice, dua model papan atas yang jam tayangnya di negara-negara adidaya.

"Ini adalah impianku, tapi___"

Mauren tak bisa melanjutkan kalimatnya. Pasalnya, dia terjebak dilema yang rumit. Di satu sisi, dia sangat ingin memamerkan bakatnya di Paris dan mencuri perhatian pengunjung yang berasal dari beberapa negara. Dengan begitu, namanya akan dikenal di semua tempat dan kariernya akan melonjak.

Namun, di sisi lain Mauren enggan pergi. Dia tidak mau meninggalkan Victory begitu saja, terlebih lagi di saat hubungannya dengan Jeevan belum resmi bercerai. Entah mana yang harus Mauren pilih, mengejar cita-cita dan mengesampingkan bisnis, atau mempertahankan bisnis dan mengesampingkan cita-cita.

Dilan : Dua belas hari lagi. Masih ada banyak waktu. Bisa kan, Ren?

Dilan kembali mengirimkan pesan, tetapi lagi-lagi hanya diabaikan oleh Mauren. Entahlah, dia belum ada kalimat untuk menjawab pesan itu.

"Dua belas hari, mana cukup. Aku masih sibuk mengurus kantor, belum lagi urusan perceraian, juga urusan mantan teman yang akan kuberi pelajaran. Mana bisa aku pergi jika masalah di sini belum beres. Ahh, menyebalkan!"

Tak lama kemudian, ponsel Mauren berdering nyaring. Satu nama yang terpampang di layar adalah Dilan.

Dengan sedikit ragu Mauren mengusap tombol hijau, lantas menyapa ramah setelah sambungan telepon terhubung.

"Akhirnya ditanggapi juga. Dari tadi loh aku kirim pesan, tapi nggak kamu balas. Aku bawa kesempatan bagus 'tuh, antusias dong," ujar Dilan dari seberang sana.

"Sorry, aku tadi masih ada tamu. Jadi, belum belum sempat balas pesan kamu," dusta Mauren.

"Sekarang udah baca, kan?"

"Udah."

"Setuju, kan?" tanya Dilan.

Cukup lama Mauren terdiam. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Di satu sisi ingin pergi dan mengejar cita-cita, tetapi di sisi lain ingin menjaga bisnis yang sudah diamanatkan padanya.

"Mauren!"

"Aku bingung, Lan." Mauren menjawab pelan. Dia tahu tanggapannya akan mengecewakan manajer yang sudah berjasa dalam keriernya.

"Kenapa? Suamimu nggak kasih izin?" Dilan kembali bertanya.

"Bukan begitu." Mauren menyahut sambil mengembuskan napas kasar.

"Lalu?"

"Gimana kalau besok aja kita bahas ini? Sekarang ... kondisiku lagi kurang fit," jawab Mauren.

"Baiklah, sekalian pikir matang-matang. Jangan sampai salah ambil keputusan," kata Dilan sebelum sambungan telepon berakhir.

Malam itu, Mauren hampir tidak tidur. Kabar yang dibawa Dilan sukses menggoyahkan niatnya yang akan keluar dari dunia hiburan. Ibaratnya, tangga menuju puncak sudah ada di depan mata, hanya saja butuh pengorbanan besar untuk menitinya.

Di tempat yang berbeda, Jeevan juga tak bisa menutup mata. Padahal, saat itu jarum jam sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari.

Jeevan masih terjaga di dalam kamar yang sempit dan pengap. Pikirannya menerawang ke segala arah, membayangkan pernikahan yang sudah di ambang kehancuran, juga memikirkan jalan untuk mendapatkan uang. Jeevan sadar, mengalahkan Mauren di pengadilan adalah hal sukar.

"Sial, tega benar Mauren ngelakuin ini ke aku. Gimana coba caranya ngomong ke Elsa," gerutu Jeevan.

Beberapa jam yang lalu, Jeevan berputar-putar mencari kos-kosan. Namun, kebanyakan meminta bayaran di awal, sedangkan Jeevan tidak punya uang. Alhasil, di sinilah dia sekarang, kos-kosan sempit dan sederhana yang letaknya jauh dari jalan raya.

"Sempit, banyak nyamuk lagi. Masa iya tempat tinggalku sekarang jadi begini." Jeevan menatap ke sekeliling dengan perasaan enggan.

Andai dilogika, memang sangat bodoh meninggalkan Mauren yang punya segalanya demi Elsa yang tak punya apa-apa.

Akan tetapi, dalam diri Elsa-lah Jeevan menemukan rasa nyaman. Keahlian wanita itu dalam menghangatkan ranjang membuatnya tak bisa berpaling. Sementara Mauren, menurut Jeevan sangat pasif dan datar, sama sekali tidak menantang, malah terkesan membosankan.

"Andai saja kamu lebih mikirin aku, Ren. Semua ini nggak akan terjadi. Aku nggak akan selingkuh dan kita nggak perlu cerai. Dengan begitu, hidup kita akan baik-baik saja," gumam Jeevan.

______________

Deru kendaraan sudah berlalu lalang di jalanan, tetapi Elsa masih duduk malas di dalam kamarnya. Berulang kali matanya menilik ponsel yang sedari tadi hanya diam, lantas bibirnya berdecak kesal karena tak ada kabar dari Jeevan. Entah ke mana lelaki itu, ditelepon tidak diangkat, di-chat pun tidak dibaca.

"Ke kantor nggak, ya?" gumam Elsa. "Mauren datang lagi nggak sih hari ini?"

Setelah cukup lama menduga dan mengira, akhirnya ponsel yang digenggam berdering. Elsa tersenyum lebar dan lekas menatap ponselnya.

Akan tetapi, senyum Elsa memudar dalam hitungan detik. Pasalnya, bukan Jeevan yang menelepon, melainkan Mauren.

"Ngapain dia telfon aku? Angkat nggak, ya?" Elsa gugup dan bingung.

Pada panggilan pertama, Elsa mengabaikannya begitu saja. Namun, pada panggilan kedua Elsa menjawabnya meski dalam benak sangat berat.

"Ada apa?" tanya Elsa dengan nada datar.

"Datang ke kantor dan cepat ke ruanganku!" perintah Mauren dengan tegas.

"Untuk apa?"

"Nggak usah banyak tanya! Turuti aja kalau mau aman!" jawab Mauren dengan sinis.

"Kenapa aku harus nurut? Memangnya kamu siapa?" Elsa merasa tersinggung dengan ucapan Mauren yang menurutnya sok berkuasa.

Mauren tertawa, "Kamu lupa kalau aku atasanmu?"

"Atasanku Mas Jeevan, bukan kamu," sahut Elsa dengan cepat.

"Oh ya? Sejak kapan Mas Jeevan jadi pemilik Victory? Kamu nggak sedang amnesia kan, El?"

"Dasar wanita sombong!" umpat Elsa.

"Iya, aku memang sombong. Tapi ... gimana ya, masalahnya memang ada sih yang aku sombongin, nggak kayak ... kamu." Mauren kembali tertawa.

"Pantas Mas Jeevan nggak betah. Kamu___"

"Udah, nggak usah banyak omong, apalagi ungkit-ungkit laki yang hasil merebut, belum tentu juga dia setia sama kamu. Sekarang, cepat temui aku sebelum kesabaranku habis!" pungkas Mauren dengan nada tinggi.

"Jangan belagu, Ren! Aku tahu Victory punya kamu, tapi aku kerja hanya ke Mas Jeevan. Selama kamu yang menjabat di sana, aku tidak akan pernah datang ke kantor itu. Kamu pikir, hanya Victory yang bisa menggaji karyawan? Asal kamu tahu, ya, tanpa Victory aku juga bisa kerja kantoran." Elsa mulai emosi.

"Kalau kamu cerdas, pasti tahu aturan perusahaan. Nggak masalah kalau kamu berhenti, asal ada izin tertulis. Selama itu belum ada, kamu masih karyawan Victory dan wajib patuh dengan aturan di sana. Atau ... kamu mau dipecat secara tidak terhormat, atau mungkin di-black list sekalian?" sahut Mauren dengan santai.

"Kamu!" geram Elsa.

"Buruan datang! Masih ingat, kan, kalau zaman sekarang apa pun bisa terjadi karena uang."

Tanpa menunggu tanggapan Elsa, Mauren mengakhiri sambungan telepon secara sepihak. Dia tersenyum miring saat meletakkan ponselnya. Sementara di tempat lain, Elsa bergeming cukup lama. Perasaannya mendadak kacau usai mendengar ucapan Mauren yang menyiratkan ancaman.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Kartini Kartini

Kartini Kartini

jangan mau maren dan jangan goyah tetap teguh, sabar ,kuat dan bangkit jangan beri kesempatan pada mereka berdua atau yang lain nya

2024-03-31

1

Dwi Hallina

Dwi Hallina

tu untk para istri"jgn pasif d ranjang yg aktif dong klu parlu serang duluan, dan utk para pelakor wajarlah klu hebat d ranjang kan modal utamanya cm itu😅😅😅

2023-11-29

0

Vina Eka Wahyuni

Vina Eka Wahyuni

hancurkan plakoorrr

2023-10-15

2

lihat semua
Episodes
1 Awal Kisah
2 Curiga
3 Tertangkap Basah
4 Murka
5 Bertengkar
6 Tawaran Poligami
7 Mulai Bertindak
8 Bertemu Elsa
9 Membela Elsa
10 Pemikiran Elsa
11 Membuang Jeevan
12 Dilema
13 Penawaran Menarik
14 Salah Mengira
15 Mundur
16 Ancaman
17 Pilihan yang Sulit
18 Deal!
19 Rencana yang Tersusun Rapi
20 Keputusan Baru
21 Entah Apa
22 Oh, Tidak!
23 Uang Tambahan
24 Tertangkap Basah
25 Kekecewaan Jeevan
26 Mengemis Cinta
27 Kasus Lama
28 Bukti dari Ezra
29 Rahasia Masa Lalu Elsa
30 Enam Bulan Kemudian
31 Entah Siapa Dia
32 Kaget
33 Seperti Aktor
34 Perjalanan Tak Mengenakkan
35 Tuan Andika
36 Karendra Dirgantara
37 Saya Mencintai Anda
38 Ibu Tiri
39 Antara Elsa dan Rendra
40 Menguak Identitas Andika
41 Kebenaran tentang Andika
42 Andika Tidak Masuk Kerja
43 Beauty SC
44 Balas Dendam
45 Tersandung Kasus
46 Tepat Waktu
47 Kehancuran Elsa
48 Sandiwara Rendra
49 Aku Mencintaimu
50 Tamparan Untuk Jeevan
51 Sesal yang Nyata
52 Pulang
53 Pertengkaran
54 Perubahan Sikap
55 Antara Andika dan Rendra
56 Masa Lalu Rendra
57 Mengakui Rasa
58 Makin Terluka
59 Pesan dari Rendra
60 Lamaran
61 Kasmaran
62 Patah Hati
63 Laki-laki Macam Apa Aku?
64 Berniat Pergi
65 Prewedding
66 Detik-Detik Akad
67 Sah
68 Hadiah Pernikahan
69 Pergi
70 Dalam Perjalanan
71 Sesal
72 Paris
73 Lahirnya Sang Buah Hati
74 Keanu dan Keanne
75 U-1
76 Ujung Kisah
77 Akhir Kata
78 Izinkan Aku Mencintai Istrimu
79 Kesucian Cinta yang Ternoda
80 Tentang Rasa
81 Noda
82 Cinta Ini Membunuhku
83 Sekeping Asa dalam Sebuah Rasa
84 Billionaire Courier
85 Keanu Abian Dirgantara
86 Promo (Bukan) Orang Ketiga
87 Promo Novel Mutiara Yang Ternista
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Awal Kisah
2
Curiga
3
Tertangkap Basah
4
Murka
5
Bertengkar
6
Tawaran Poligami
7
Mulai Bertindak
8
Bertemu Elsa
9
Membela Elsa
10
Pemikiran Elsa
11
Membuang Jeevan
12
Dilema
13
Penawaran Menarik
14
Salah Mengira
15
Mundur
16
Ancaman
17
Pilihan yang Sulit
18
Deal!
19
Rencana yang Tersusun Rapi
20
Keputusan Baru
21
Entah Apa
22
Oh, Tidak!
23
Uang Tambahan
24
Tertangkap Basah
25
Kekecewaan Jeevan
26
Mengemis Cinta
27
Kasus Lama
28
Bukti dari Ezra
29
Rahasia Masa Lalu Elsa
30
Enam Bulan Kemudian
31
Entah Siapa Dia
32
Kaget
33
Seperti Aktor
34
Perjalanan Tak Mengenakkan
35
Tuan Andika
36
Karendra Dirgantara
37
Saya Mencintai Anda
38
Ibu Tiri
39
Antara Elsa dan Rendra
40
Menguak Identitas Andika
41
Kebenaran tentang Andika
42
Andika Tidak Masuk Kerja
43
Beauty SC
44
Balas Dendam
45
Tersandung Kasus
46
Tepat Waktu
47
Kehancuran Elsa
48
Sandiwara Rendra
49
Aku Mencintaimu
50
Tamparan Untuk Jeevan
51
Sesal yang Nyata
52
Pulang
53
Pertengkaran
54
Perubahan Sikap
55
Antara Andika dan Rendra
56
Masa Lalu Rendra
57
Mengakui Rasa
58
Makin Terluka
59
Pesan dari Rendra
60
Lamaran
61
Kasmaran
62
Patah Hati
63
Laki-laki Macam Apa Aku?
64
Berniat Pergi
65
Prewedding
66
Detik-Detik Akad
67
Sah
68
Hadiah Pernikahan
69
Pergi
70
Dalam Perjalanan
71
Sesal
72
Paris
73
Lahirnya Sang Buah Hati
74
Keanu dan Keanne
75
U-1
76
Ujung Kisah
77
Akhir Kata
78
Izinkan Aku Mencintai Istrimu
79
Kesucian Cinta yang Ternoda
80
Tentang Rasa
81
Noda
82
Cinta Ini Membunuhku
83
Sekeping Asa dalam Sebuah Rasa
84
Billionaire Courier
85
Keanu Abian Dirgantara
86
Promo (Bukan) Orang Ketiga
87
Promo Novel Mutiara Yang Ternista

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!