Bertengkar

"Sayang, maafin aku ya tidak bisa mengantar kamu. Mood Mauren sedang nggak baik dan ... aku tidak ingin membuatnya makin kacau." Jeevan melepaskan tangan Elsa. "Aku selesaikan dulu urusanku dengannya, ya. Aku akan memberikan pengertian padanya agar mau menerima kamu," sambungnya.

"Iya, Mas. Aku ... nanti pulang sendiri," jawab Elsa dengan penuh kekecewaan.

Sebenarnya, dia sangat ingin menahan Jeevan. Namun, apa bisa dikata. Mauren terlihat marah dan kecewa, pasti sangat sakit hati dengan perbuatannya.

"Nanti kamu hati-hati, ya. Kabari aku kalau sudah sampai rumah," kata Jeevan.

Dia merangkul tubuh Elsa dan mendaratkan kecupan mesra di keningnya. Kemudian, bangkit dan melangkah pergi menyusul Mauren.

Sepeninggalan Jeevan, Elsa menangis seorang diri. Dia duduk di dekat kaki kursi dengan wajah yang disembunyikan di antara dua lutut.

Banyak hal yang membuat perasaannya berkecamuk. Ada rasa sesal karena sudah mengkhianati Mauren, sahabat dekat yang selama ini selalu ada untuknya. Namun, di sisi lain dia juga ingin memperjuangkan perasaan. Dia ingin memilik Jeevan dalam ikatan halal meski sebatas istri kedua.

"Aku dan Mas Jeevan saling mencintai. Apa salah jika aku ingin mempertahan hubungan ini?" batin Elsa di sela-sela tangisnya.

Cukup lama Elsa larut dalam kesedihan, bahkan sampai jarum jam menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Kepala Elsa terasa pening dan tubuhnya juga nyeri karena terlalu lama duduk sambil menunduk.

Akhirnya, Elsa bangkit dan mengusap air mata dengan punggung tangan. Lantas, keluar ruangan dan bersiap pulang.

"Ahh, mati," desis Elsa ketika melihat ponselnya, yang ternyata mati karena kehabisan baterai.

Elsa terus berjalan hingga tiba di halaman kantor. Satpam menatapnya dengan sinis, tidak seperti hari-hari sebelumnya yang sangat hormat.

"Pak," panggil Elsa. Tak peduli meski satpam itu cuek, saat ini dia benar-benar membutuhkan pertolongan.

"Kenapa, Bu?" tanya satpam. Matanya menilik Elsa dari ujung kaki hingga ujung kepala, lalu tersenyum remeh saat melihat mata Elsa yang sembap.

"Boleh pinjam HP? Saya ingin pesan taxi, tapi HP saya mati," ucap Elsa.

"Maaf, Bu, saya tadi tidak bawa HP," jawab satpam, entah jujur atau tidak.

Karena tidak ada pilihan, akhirnya Elsa keluar gerbang dan berjalan menyusuri trotoar. Selangkah demi selangkah meninggalkan Gedung Victory, dengan perasaan yang makin lama makin tak karuan.

"Aku belum pernah melihat Mauren semarah tadi, apa dia benar-benar kecewa?" tanya Mauren pada angin malam yang menemani langkahnya.

"Bagaimana kalau dia nggak bisa memaafkan sikapku? Dibandingkan dia, aku bukan siapa-siapa. Pasti sangat mudah baginya untuk melakukan apa pun yang merugikanku." Elsa mengembuskan napas panjang. Rasa waswas dan khawatir mulai menganggu benaknya.

"Tapi, masih ada Mas Jeevan. Dia mencintaiku, jadi nggak mungkin membiarkan Mauren menyakitiku. Mas Jeevan pasti selalu membela." Elsa mengulum senyum. Dia kembali teringat dengan cinta Jeevan selama ini, sangat tulus dan manis.

Akan tetapi, senyuman itu menghilang dalam waktu singkat. Ingatan tentang gertakan Mauren yang mengancam cerai terus mengusik pikirannya. Bagaimana jika hal itu benar-benar terjadi? Bagaimana kehidupan Jeevan dan bagaimana kehidupannya? Elsa sangat tahu, semua harta yang dikelola Jeevan adalah milik Mauren. Jika wanita itu bersikeras pisah, habis sudah masa depan Jeevan.

"Ahh, apa yang harus kulakukan setelah ini?" Elsa mengusap wajahnya dengan kasar. Banyak dilema yang membuat hatinya bergejolak tak karuan.

Sekitar dua jam kemudian, Elsa tiba di kediamannya, sebuah rumah sederhana yang hanya memiliki satu kamar, itu pun tidak luas.

Elsa melemparkan tas kerjanya ke sembarang tempat dan kemudian duduk di tepi ranjang. Dia melepas high hells-nya sambil meringis sakit. Terlalu lama berjalan membuat kakinya lecet dan perih.

"Istirahat dulu, semoga besok ada jalan untuk melewati semua ini." Elsa merebahkan tubuhnya sambil memejam, rasanya sangat lelah saat ini.

Tak lama setelah itu, Elsa sudah terlelap. Sejenak ia melupakan masalahnya dalam buaian mimpi.

_____________

Beberapa jam yang lalu, di kediaman Mauren.

"Sayang! Tunggu, Sayang!" panggil Jeevan. Dia berlari menyusul sang istri yang lebih dulu memasuki rumah.

Namun, Mauren sama sekali tak peduli. Dia terus berjalan dan mengabaikan panggilan Jeevan. Bahkan, Mauren langsung naik ke lantai dua dan masuk ke kamar.

"Sayang, dengarkan aku! Jangan diam seperti ini, kita perlu bicara!" Suara Jeevan makin meninggi. Dia sedikit kesal dengan sikap Mauren yang cuek.

Alih-alih menjawab, Mauren justru meletakkan tas dan kunci mobil. Kemudian, melangkah menuju kamar mandi.

Jeevan makin geram. Alhasil, dia gagal mengontrol emosi.

"Mauren!" bentak Jeevan ketika istrinya sudah membuka pintu kamar mandi.

Mauren menoleh dengan mata yang memicing. Amarah yang hampir reda kembali tersulut saat mendengar bentakan Jeevan.

"Aku sudah menuruti keinginanmu. Aku pulang dan meninggalkan Elsa sendirian. Tapi, masih begini sikapmu. Egois kamu!" kata Jeevan seraya menatap tajam ke arah Mauren.

"Egois?" Mauren berbalik dan berjalan menghampiri Jeevan. "Aku marah karena dikhianati dan itu kamu anggap egois? Lalu, menurutmu aku harus bersikap seperti apa? Menerima dan mengalah, iya?" sambungnya dengan intonasi tinggi.

"Setidaknya dengerin penjelasan aku, jangan diam kayak gini," sahut Jeevan.

"Penjelasan seperti apa lagi, Mas? Udah jelas-jelas kamu selingkuh dan itu bikin aku sakit. Aku cuma mau meredam emosi, tapi kamu malah mancing lagi. Oh, atau kamu nyesel karena pulang ke sini? Kamu masih mau nganterin ****** itu dan berdua-duaan melepas hasrat, begitu?" Napas Mauren memburu, bahkan dadanya sampai naik-turun.

"Jaga ucapanmu, Mauren!" bentak Jeevan. Tangannya terangkat dan siap menampar Mauren, tetapi terhenti dan hanya gemetaran di awang-awang.

"Kenapa berhenti? Ayo, pukul aja!" teriak Mauren.

"Jangan membuatku makin marah, Mauren! Kita bicarakan ini baik-baik, jangan pakai emosi." Intonasi Jeevan mulai menurun, tetapi masih terdengar tegas.

"Membahas perselingkuhan kamu, aku nggak bisa kalau nggak emosi."

"Mauren___"

"Apa sih hebatnya Elsa? Kalau hanya andal di ranjang, itu bukan kelebihan. Itu wajar karena dia perempuan murahan. Pasti banyak pria yang sudah ngelatih dia," pungkas Mauren.

"Cukup, Mauren! Elsa bukan wanita murahan, apalagi ****** seperti yang kamu teriakkan. Dia wanita baik yang punya perasaan tulus. Dia tahu cara mencintai dan memperlakukan orang yang dicintai," bela Jeevan yang lantas membuat Mauren makin kecewa.

"Terus saja bela dia, Mas! Sama-sama pengkhianat, nggak kaget kalau saling membenarkan." Mauren berteriak sambil mendorong kasar tubuh Jeevan.

"Berhenti menyebut aku dan Elsa pengkhianat! Sebelum kamu nyalahin kami, introspeksi diri dulu. Udah bener belum jadi istri!" sahut Jeevan.

Mauren memelotot, "Dasar suami brengsek! Nggak tahu terima kasih kamu, Jeevan!"

Jeevan tidak menjawab, tetapi langsung mencengkeram kedua bahu Mauren dan mendorongnya hingga membentur dinding.

"Kurang apa aku selama ini? Sudah banyak hal yang kulakukan untukmu, tapi apa balasanmu? Jangan karena harta, jadi kamu angkuh dan menutup mata!" kata Jeevan tepat di wajah Mauren.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Kartini Kartini

Kartini Kartini

ketahuan tapi masih aja gak mau sadar mengaku salah ini malah istri yang disalahin eh iya kan sama" ulat bulumana mau mengaku kan sama sama bikin gatel

2024-03-31

1

novi 99

novi 99

pasangan pengkhianat, pasangan gila yang... pasangan gak tau diri...

2024-02-07

1

Carameellmaniss~

Carameellmaniss~

Kecewaaaa laahhh ngeliat shbt nya sendiri selingkuh sm suaminyaaa dsr jalaangg tak tahu maluu

2023-10-19

0

lihat semua
Episodes
1 Awal Kisah
2 Curiga
3 Tertangkap Basah
4 Murka
5 Bertengkar
6 Tawaran Poligami
7 Mulai Bertindak
8 Bertemu Elsa
9 Membela Elsa
10 Pemikiran Elsa
11 Membuang Jeevan
12 Dilema
13 Penawaran Menarik
14 Salah Mengira
15 Mundur
16 Ancaman
17 Pilihan yang Sulit
18 Deal!
19 Rencana yang Tersusun Rapi
20 Keputusan Baru
21 Entah Apa
22 Oh, Tidak!
23 Uang Tambahan
24 Tertangkap Basah
25 Kekecewaan Jeevan
26 Mengemis Cinta
27 Kasus Lama
28 Bukti dari Ezra
29 Rahasia Masa Lalu Elsa
30 Enam Bulan Kemudian
31 Entah Siapa Dia
32 Kaget
33 Seperti Aktor
34 Perjalanan Tak Mengenakkan
35 Tuan Andika
36 Karendra Dirgantara
37 Saya Mencintai Anda
38 Ibu Tiri
39 Antara Elsa dan Rendra
40 Menguak Identitas Andika
41 Kebenaran tentang Andika
42 Andika Tidak Masuk Kerja
43 Beauty SC
44 Balas Dendam
45 Tersandung Kasus
46 Tepat Waktu
47 Kehancuran Elsa
48 Sandiwara Rendra
49 Aku Mencintaimu
50 Tamparan Untuk Jeevan
51 Sesal yang Nyata
52 Pulang
53 Pertengkaran
54 Perubahan Sikap
55 Antara Andika dan Rendra
56 Masa Lalu Rendra
57 Mengakui Rasa
58 Makin Terluka
59 Pesan dari Rendra
60 Lamaran
61 Kasmaran
62 Patah Hati
63 Laki-laki Macam Apa Aku?
64 Berniat Pergi
65 Prewedding
66 Detik-Detik Akad
67 Sah
68 Hadiah Pernikahan
69 Pergi
70 Dalam Perjalanan
71 Sesal
72 Paris
73 Lahirnya Sang Buah Hati
74 Keanu dan Keanne
75 U-1
76 Ujung Kisah
77 Akhir Kata
78 Izinkan Aku Mencintai Istrimu
79 Kesucian Cinta yang Ternoda
80 Tentang Rasa
81 Noda
82 Cinta Ini Membunuhku
83 Sekeping Asa dalam Sebuah Rasa
84 Billionaire Courier
85 Keanu Abian Dirgantara
86 Promo (Bukan) Orang Ketiga
87 Promo Novel Mutiara Yang Ternista
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Awal Kisah
2
Curiga
3
Tertangkap Basah
4
Murka
5
Bertengkar
6
Tawaran Poligami
7
Mulai Bertindak
8
Bertemu Elsa
9
Membela Elsa
10
Pemikiran Elsa
11
Membuang Jeevan
12
Dilema
13
Penawaran Menarik
14
Salah Mengira
15
Mundur
16
Ancaman
17
Pilihan yang Sulit
18
Deal!
19
Rencana yang Tersusun Rapi
20
Keputusan Baru
21
Entah Apa
22
Oh, Tidak!
23
Uang Tambahan
24
Tertangkap Basah
25
Kekecewaan Jeevan
26
Mengemis Cinta
27
Kasus Lama
28
Bukti dari Ezra
29
Rahasia Masa Lalu Elsa
30
Enam Bulan Kemudian
31
Entah Siapa Dia
32
Kaget
33
Seperti Aktor
34
Perjalanan Tak Mengenakkan
35
Tuan Andika
36
Karendra Dirgantara
37
Saya Mencintai Anda
38
Ibu Tiri
39
Antara Elsa dan Rendra
40
Menguak Identitas Andika
41
Kebenaran tentang Andika
42
Andika Tidak Masuk Kerja
43
Beauty SC
44
Balas Dendam
45
Tersandung Kasus
46
Tepat Waktu
47
Kehancuran Elsa
48
Sandiwara Rendra
49
Aku Mencintaimu
50
Tamparan Untuk Jeevan
51
Sesal yang Nyata
52
Pulang
53
Pertengkaran
54
Perubahan Sikap
55
Antara Andika dan Rendra
56
Masa Lalu Rendra
57
Mengakui Rasa
58
Makin Terluka
59
Pesan dari Rendra
60
Lamaran
61
Kasmaran
62
Patah Hati
63
Laki-laki Macam Apa Aku?
64
Berniat Pergi
65
Prewedding
66
Detik-Detik Akad
67
Sah
68
Hadiah Pernikahan
69
Pergi
70
Dalam Perjalanan
71
Sesal
72
Paris
73
Lahirnya Sang Buah Hati
74
Keanu dan Keanne
75
U-1
76
Ujung Kisah
77
Akhir Kata
78
Izinkan Aku Mencintai Istrimu
79
Kesucian Cinta yang Ternoda
80
Tentang Rasa
81
Noda
82
Cinta Ini Membunuhku
83
Sekeping Asa dalam Sebuah Rasa
84
Billionaire Courier
85
Keanu Abian Dirgantara
86
Promo (Bukan) Orang Ketiga
87
Promo Novel Mutiara Yang Ternista

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!