Tertangkap Basah

Satu bulan kemudian. Elsa masih setia menjalankan tugasnya—menyelidiki Jeevan. Meski belum ada perkembangan yang berarti, tetapi dia terus berupaya.

Hari ini, dia kembali melaporkan kepergian Jeevan yang hampir setengah hari. Menurut jadwal, Jeevan pergi bersama investor baru. Mereka meninjau lokasi pemasaran yang letaknya cukup jauh dari kantor Victory.

"Gimana, Ren, udah ketemu sama Pak Jeevan?" tanya Elsa ketika menelepon sahabatnya.

"Udah, El. Tapi, dia memang kerja. Barusan banget dia pergi makan bareng investor itu, nggak ada orang lain," jawab Mauren dari seberang sana.

Elsa mengulum senyum, lalu bertanya tentang keputusan Mauren untuk selanjutnya.

"Udahan aja, El. Sepertinya, Mas Jeevan memang nggak nyeleweng. Kamu benar, dia memang sibuk dengan kerjaan. Sedangkan untuk posesifnya yang nggak kayak dulu, mungkin sedang berusaha ngertiin karierku. Dulu, aku juga sih yang nyuruh dia untuk selalu mengerti."

Elsa bernapas lega setelah mendengar jawaban Mauren, memang keputusan seperti itu yang sangat dia nantikan.

"Yakin nggak lanjut lagi?" Elsa berbasa-basi.

"Nggak usah. Cukup segini aja aku udah yakin sama Mas Jeevan. Sebagai ucapan terima kasih, minggu depan aku ajak jalan-jalan. Nanti kutraktir belanja dan juga makan-makan. Oke?"

"Siap, Bos." Elsa turut tertawa ketika Mauren tertawa renyah. Namun, jauh di dalam hatinya ada sekelumit rasa sesak yang amat mengganjal.

Setelah sambungan telepon berakhir, Elsa mengusap wajahnya dengan kasar. Lantas, menggeleng-geleng sambil meyakinkan diri bahwa cintanya tidak salah.

"Tenang, harus tenang. Masalah udah aman, aku nggak boleh mikir yang macem-macem. Ini juga bukan mauku, dia pasti bisa ngerti," batin Elsa.

Pada waktu yang sama di tempat yang berbeda, Mauren menimang-nimang ponselnya sambil mondar-mandir ke sana kemari.

"Untuk pertama kalinya aku ragu dengan ucapan Elsa," gumam Mauren.

Setelah cukup lama berpikir keras, Mauren menyalakan kembali ponselnya. Dia menghubungi Siska—staf pemasaran di Kantor Victory. Dulu, wanita itu pernah menjadi asistennya selama seminggu. Harapan Mauren, semoga Siska masih mau berpihak padanya.

"Bisa kita bertemu, ada hal penting yang ingin saya bicarakan!" ujar Mauren ketika Siska sudah menerima panggilannya.

"Saya masih bekerja, Bu. Bagaimana kalau nanti sore saja?" jawab Siska.

"Baik."

_____

Tepat pukul 04.00 sore, Mauren bertemu dengan Siska di restoran yang tak jauh dari Kantor Victory. Mereka datang hampir bersamaan, jadi tidak perlu menunggu lama.

"Maaf, Bu, saya baru datang. Belum sempat memesankan minuman untuk Anda," ucap Siska ketika Mauren sudah duduk di kursi.

"Tidak apa-apa, kita bisa pesan sekarang."

Usai memesan minuman, Siska menanyakan perihal maksud pertemuan mereka. Namun, Mauren tak segera menjawab. Dia malah melayangkan pertanyaan untuk Siska.

"Kamu bisa menemui saya sekarang, apa tidak lembur?" tanya Mauren.

"Tidak, Bu. Saya jarang lembur, paling hanya sekali-dua kali dalam sebulan."

Mauren mengernyit, "Apa kantor tidak sibuk?"

"Sibuk, Bu, tapi tidak sampai lembur. Masih bisa kami atasi dengan jam kerja normal," jawab Mauren.

"Apakah seluruh staf tidak ada yang lembur?" Mauren terus bertanya.

"Setahu saya jarang, Bu. Hanya satu-dua saja dan itu tidak setiap hari. Kalau boleh tahu, ada apa ya, Bu?"

"Suami saya sering lembur sampai larut, katanya kantor sangat sibuk. Saya ada tugas untuk kamu, selidiki suami saya dan cari tahu wanita mana yang dekat dengannya," ujar Mauren langsung pada intinya.

Siska gelagapan, bahkan raut wajahnya mendadak pucat.

"Maaf, Bu, kalau soal itu saya tidak berani. Saya tidak mau dipecat karena mengusik ranah pribadinya Pak Jeevan," ucapnya.

"Dipecat? Kamu tidak tahu itu kantor siapa?" Suara Mauren mulai meninggi. Dia makin yakin jika Jeevan menyembunyikan sesuatu darinya.

"Saya tahu kantor itu punya Ibu, tapi___"

"Melihat kegugupanmu, saya tebak kamu tahu apa yang disembunyikan suami saya. Jadi, cepat beri tahu saya informasi apa pun yang kamu punya," pungkas Mauren dengan cepat.

"Maaf, Bu, saya tidak berani." Siska beranjak. "Jika hanya ini yang akan Ibu bahas, maaf saya tidak bisa. Saya permisi, Bu," sambungnya.

Mauren geram, lantas dia berteriak ketika Siska baru saja melangkahkan kakinya.

"Tiga persen saham Victory!"

Siska langsung menghentikan langkah dan menatap Mauren dengan cepat.

Mauren tersenyum miring saat melihat Siska mulai tertarik dengan tawarannya.

"Jika kamu mau memberi tahu saya, maka tiga persen saham Victory akan menjadi milikmu."

Siska gemetaran. Dengan susah payah dia kembali duduk dan mengatur detak jantung yang sempat berantakan. Tiga persen saham Victory adalah sesuatu yang tak pernah dibayangkan. Ah, jangankan tiga, satu saja dia tak berani bermimpi untuk memiliki. Setelah sedikit tenang, Siska mulai bicara dengan terbata-bata.

"Saya tidak akan mengambil imbalan yang sebesar itu. Saya tahu, menutupi kesalahan bukanlah hal baik. Tapi, mau bagaimana lagi, saya hanya orang biasa yang butuh pekerjaan. Bu, untuk mengatakan kebenaran, saya masih tidak bisa. Tapi, saya akan memberikan petunjuk agar Anda bisa melihat sendiri kebenarannya. Nanti malam, silakan Ibu datang ke kantor. Dari yang pernah saya tahu, juga dari yang pernah teman-teman tahu, Pak Jeevan sering menghabiskan waktu di lantai atas. Coba Ibu datang, siapa tahu beruntung dan menemukan jawabannya," terang Siska.

"Kantor? Apa wanita itu juga karyawan kantor?" Mauren tersentak hingga memelotot tajam.

Siska mengangguk, "Setahu saya begitu, Bu."

Mauren mengerjap cepat. Dia tak habis pikir dengan informasi yang baru saja didapat. Secara logika, jika wanita itu karyawan kantor, maka seharusnya Elsa sangat paham. Namun kenyataannya, Elsa sedikit pun tidak tahu.

"Apa dia sudah kompromi sama Mas Jeevan, atau jangan-jangan ... ah, ucapan wanita itu. Tidak mungkin benar, kan?" batin Mauren.

_______

Di atas dinginnya lantai marmer, Mauren berjalan tanpa alas kaki. Dia sengaja melepasnya agar tidak menimbulkan suara ketukan. Dia ingin memergoki suaminya yang masih berada di kantor, terbukti dari mobil yang terparkir di tempatnya.

"Aku sudah kehilangan uang lima juta, aku nggak boleh gagal," batin Mauren sambil terus berjalan.

Beberapa menit lalu, dia menyuap satpam agar tidak memberitahukan kedatangannya kepada Jeevan. Sama seperti Siska, satpam itu juga gelagapan dan tidak mau memberitahukan siapa selingkuhan Jeevan. Entah ancaman seperti apa yang sudah Jeevan lontarkan, hingga seluruh karyawan pro padanya.

"Aku sangat memercayaimu, tapi kamu malah berulah, Mas. Kamu tidak lupa, kan, kalau kantor ini milikku?" batin Mauren dengan penuh emosi.

Tak lama kemudian, Mauren tiba di ruangan Jeevan. Namun, tidak ada siapa pun di sana. Lantas, Mauren langsung menuju lantai atas, seperti petunjuk Siska.

Setibanya di sana, Mauren belum menemukan tanda-tanda keberadaan seseorang. Suasana sangat hening, bahkan sekadar bisik-bisik pun tidak ada. Namun, Mauren tak menyerah, dia terus mencari ke seluruh penjuru. Sampai akhirnya, dia tiba di ruangan yang paling ujung, ruangan yang dulu menjadi tempat favorit orang tuanya, ruangan yang konon katanya sering dijadikan tempat dinner romantis oleh mereka.

Mauren berjalan makin pelan ketika mendekati ruangan itu, pintunya sedikit terbuka dan itu membuat dada Mauren makin bergemuruh.

Dengan jantung yang makin berdetak cepat, Mauren mendorong pintu dengan sangat pelan, sehingga tak menimbulkan suara sedikit pun.

Bagaikan petir di antara terik matahari, pemandangan di depan sana membuat Mauren nyaris hilang kendali. Seorang lelaki yang dia yakini adalah Jeevan, sedang duduk sambil memeluk seorang wanita. Tangannya dengan luwes membelai lembut bahu wanita tersebut, seolah dialah sosok yang paling disayangi.

Hanya dalam hitungan detik, emosi Mauren tak bisa dibendung lagi. Dia mendekati Jeevan sambil berteriak keras.

"Mas Jeevan!"

Mendengar teriakan Mauren, dua orang itu bangkit dan menoleh dengan cepat. Mauren sangat terkejut saat mendapati sosok wanita yang sedang bersama suaminya.

"Elsa!"

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Kartini Kartini

Kartini Kartini

bagai pagar makan tanaman sama hal ya elsa merebut suami dari sahabatnya sendiri mauren emang miris sahabat yang dekat bagai saudara menikung dari belakang dan suami juga sama dan satu kata.....murahan

2024-03-31

1

Salma Suku

Salma Suku

Ya ampun teman macam apa tuh...
Pagar makan tanaman....

2024-01-19

1

YNa Msa

YNa Msa

Sampe Ga bs Napas baca ny..
Skrg percaya kan sm Mata kepala Mu Sendiri itu Sahabat Mu yg Setia

2024-01-18

1

lihat semua
Episodes
1 Awal Kisah
2 Curiga
3 Tertangkap Basah
4 Murka
5 Bertengkar
6 Tawaran Poligami
7 Mulai Bertindak
8 Bertemu Elsa
9 Membela Elsa
10 Pemikiran Elsa
11 Membuang Jeevan
12 Dilema
13 Penawaran Menarik
14 Salah Mengira
15 Mundur
16 Ancaman
17 Pilihan yang Sulit
18 Deal!
19 Rencana yang Tersusun Rapi
20 Keputusan Baru
21 Entah Apa
22 Oh, Tidak!
23 Uang Tambahan
24 Tertangkap Basah
25 Kekecewaan Jeevan
26 Mengemis Cinta
27 Kasus Lama
28 Bukti dari Ezra
29 Rahasia Masa Lalu Elsa
30 Enam Bulan Kemudian
31 Entah Siapa Dia
32 Kaget
33 Seperti Aktor
34 Perjalanan Tak Mengenakkan
35 Tuan Andika
36 Karendra Dirgantara
37 Saya Mencintai Anda
38 Ibu Tiri
39 Antara Elsa dan Rendra
40 Menguak Identitas Andika
41 Kebenaran tentang Andika
42 Andika Tidak Masuk Kerja
43 Beauty SC
44 Balas Dendam
45 Tersandung Kasus
46 Tepat Waktu
47 Kehancuran Elsa
48 Sandiwara Rendra
49 Aku Mencintaimu
50 Tamparan Untuk Jeevan
51 Sesal yang Nyata
52 Pulang
53 Pertengkaran
54 Perubahan Sikap
55 Antara Andika dan Rendra
56 Masa Lalu Rendra
57 Mengakui Rasa
58 Makin Terluka
59 Pesan dari Rendra
60 Lamaran
61 Kasmaran
62 Patah Hati
63 Laki-laki Macam Apa Aku?
64 Berniat Pergi
65 Prewedding
66 Detik-Detik Akad
67 Sah
68 Hadiah Pernikahan
69 Pergi
70 Dalam Perjalanan
71 Sesal
72 Paris
73 Lahirnya Sang Buah Hati
74 Keanu dan Keanne
75 U-1
76 Ujung Kisah
77 Akhir Kata
78 Izinkan Aku Mencintai Istrimu
79 Kesucian Cinta yang Ternoda
80 Tentang Rasa
81 Noda
82 Cinta Ini Membunuhku
83 Sekeping Asa dalam Sebuah Rasa
84 Billionaire Courier
85 Keanu Abian Dirgantara
86 Promo (Bukan) Orang Ketiga
87 Promo Novel Mutiara Yang Ternista
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Awal Kisah
2
Curiga
3
Tertangkap Basah
4
Murka
5
Bertengkar
6
Tawaran Poligami
7
Mulai Bertindak
8
Bertemu Elsa
9
Membela Elsa
10
Pemikiran Elsa
11
Membuang Jeevan
12
Dilema
13
Penawaran Menarik
14
Salah Mengira
15
Mundur
16
Ancaman
17
Pilihan yang Sulit
18
Deal!
19
Rencana yang Tersusun Rapi
20
Keputusan Baru
21
Entah Apa
22
Oh, Tidak!
23
Uang Tambahan
24
Tertangkap Basah
25
Kekecewaan Jeevan
26
Mengemis Cinta
27
Kasus Lama
28
Bukti dari Ezra
29
Rahasia Masa Lalu Elsa
30
Enam Bulan Kemudian
31
Entah Siapa Dia
32
Kaget
33
Seperti Aktor
34
Perjalanan Tak Mengenakkan
35
Tuan Andika
36
Karendra Dirgantara
37
Saya Mencintai Anda
38
Ibu Tiri
39
Antara Elsa dan Rendra
40
Menguak Identitas Andika
41
Kebenaran tentang Andika
42
Andika Tidak Masuk Kerja
43
Beauty SC
44
Balas Dendam
45
Tersandung Kasus
46
Tepat Waktu
47
Kehancuran Elsa
48
Sandiwara Rendra
49
Aku Mencintaimu
50
Tamparan Untuk Jeevan
51
Sesal yang Nyata
52
Pulang
53
Pertengkaran
54
Perubahan Sikap
55
Antara Andika dan Rendra
56
Masa Lalu Rendra
57
Mengakui Rasa
58
Makin Terluka
59
Pesan dari Rendra
60
Lamaran
61
Kasmaran
62
Patah Hati
63
Laki-laki Macam Apa Aku?
64
Berniat Pergi
65
Prewedding
66
Detik-Detik Akad
67
Sah
68
Hadiah Pernikahan
69
Pergi
70
Dalam Perjalanan
71
Sesal
72
Paris
73
Lahirnya Sang Buah Hati
74
Keanu dan Keanne
75
U-1
76
Ujung Kisah
77
Akhir Kata
78
Izinkan Aku Mencintai Istrimu
79
Kesucian Cinta yang Ternoda
80
Tentang Rasa
81
Noda
82
Cinta Ini Membunuhku
83
Sekeping Asa dalam Sebuah Rasa
84
Billionaire Courier
85
Keanu Abian Dirgantara
86
Promo (Bukan) Orang Ketiga
87
Promo Novel Mutiara Yang Ternista

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!