Salah Mengira

Di antara bising perbincangan dan gelak tawa para pengunjung, Elsa duduk termenung di sudut ruangan. Sembari memainkan gelas minuman, pikirannya terus mengingat-ingat ucapan Mauren. Jauh di dasar hati, sempat terselip rasa cemas. Dia takut jika keadaan Jeevan sesuai dengan perkataan Mauren karena sampai saat ini lelaki itu belum memberi kabar.

"Harus berapa lama lagi aku menunggu, Mas?" gumam Elsa.

Karena ponselnya masih saja diam, maka perhatian Elsa beralih pada tas kerja yang kini diletakkan di atas meja. Di dalam sana ada bukti bahwa dirinya sudah resmi resign dari Kantor Victory.

Di tempat lain, mungkin sulit mendapat gaji yang sama besar seperti di Victory. Akan tetapi mau bagaimana lagi, sang pemilik sudah marah karena dikhianati.

"Untung sempat nabung, coba kalau enggak, mampus beneran aku. Ahh, harus pinter-pinter ngolah uang sekarang. Jangan sampai tabungan itu terkuras tanpa ada wujudnya," batin Elsa.

Tak lama kemudian, ponselnya berdering nyaring. Renungan Elsa buyar seketika dan senyumnya langsung terkulum ketika menatap nama sang penelepon—Mas Jeevan.

"Halo, Mas. Sejak semalam loh aku menunggu kabar dari kamu," ucap Elsa sebelum Jeevan sempat menyapa.

"Maaf ya, Sayang. Semalam ada sedikit masalah, jadi ... aku belum bisa hubungi kamu," jawab Jeevan.

"Masalah apa, Mas?" Elsa mulai waswas.

Cukup lama tidak ada jawaban dari Jeevan, hanya embusan napas yang berulang kali terdengar di telinga Elsa.

"Mas," panggil Elsa dengan suara pelan. Perlahan dia bisa menebak bahwa masalah yang menimpa Jeevan tidak sederhana.

"Ceritanya panjang," ucap Jeevan beberapa saat kemudian.

"Gimana kalau kita ketemuan aja, Mas? Kebetulan aku lagi di kafe, nggak terlalu jauh dari rumah."

"Ketemuan di kafe lain aja bisa, nggak? Posisiku jauh dari sana, Sayang." Jeevan menawarkan pilihan lain.

"Baiklah. Kirim alamatnya, Mas, aku akan ke sana." Elsa mengiakan permintaan Jeevan.

Tak berselang lama, Jeevan mengirimkan alamatnya. Elsa pun bergegas bangkit dan pergi dari kafe itu. Lantas, memesan taxi dan menuju tempat Jeevan.

Sekitar empat puluh menit perjalanan, Elsa tiba di sana. Rupanya, Jeevan masih menunggu di halaman kafe. Senyumnya langsung mengembang ketika melihat wanita yang dicintai hadir di hadapan.

"Kok, nggak pesan duluan, Mas?" tanya Elsa.

"Nungguin kamu, nggak enak kalau sendiri."

Elsa tersanjung karena menurutnya sangat diistimewakan, padahal Jeevan menunggu di luar karena tidak ada uang. Mana tahu Elsa berhalangan dan tidak bisa datang, bisa hancur reputasinya jika telanjur pesan dan tidak bisa bayar.

"Ya udah ayo masuk, Mas! Kamu pasti capek udah menunggu lama," ajak Elsa.

"Iya." Jeevan mengangguk dan mengikuti langkah Elsa. "Capekku bukan karena menunggu kamu, Sayang, melainkan karena jalan kaki dari kos-kosan ke sini. Nggak ada sekilo sih, tapi rasanya lututku mau patah," sambungnya dalam hati.

Beberapa menit kemudian, Elsa dan Jeevan sudah duduk berhadapan di kursi yang ada di dekat jendela. Keduanya saling menggenggam tangan dan melemparkan senyuman, melampiaskan rasa rindu yang setiap waktu selalu menggebu.

"Mas, kamu cerita gih, apa yang terjadi antara kamu dan Mauren. Setelah itu ... ganti aku yang cerita," ujar Elsa beberapa saat kemudian.

Jeevan mengembuskan napas kasar, "Kamu aja, Sayang, yang duluan cerita. Nanti terus aku."

Meski sedikit heran dengan sikap Jeevan, tetapi Elsa tidak protes. Dia menceritakan detail kejadian hari ini, mulai dari permintaan Mauren yang menyuruhnya meninggalkan Jeevan, sampai keputusan resign yang sudah disetujui oleh HRD.

Kendati dari awal sudah menduga bahwa Mauren akan bertindak nekat, tetapi Jeevan tetap terkejut saat mendengar kabar bahwa Elsa sudah resign. Jika begini, maka seperti apa masa depan mereka nanti?

"Mas!" panggil Elsa dengan penuh selidik. "Yang diucapkan Mauren nggak bener, kan?"

Lidah Jeevan kelu untuk menjawab pertanyaan tersebut. Beruntung, pelayan segera datang dan mengantarkan pesanan. Jadi, dia punya sedikit waktu untuk merangkai kalimat.

"Mas!"

"Kita minum dulu, Sayang. Jangan terlalu tegang," jawab Jeevan sambil tersenyum masam.

Setelah cukup lama larut dalam kenikmatan minuman dingin, Jeevan menghela napas panjang dan mulai bicara.

"Apa yang dikatakan Mauren ada benarnya, aku memang diusir dari rumah. Secara tidak langsung juga, aku udah nggak punya tempat di Victory. Mauren bersikeras minta cerai, aku gagal membujuknya," sesal Jeevan dengan kepala yang menunduk.

"Terus, sekarang kamu tinggal di mana, Mas?" tanya Elsa.

"Kontrakan sederhana, nggak jauh dari sini. Semalam kejadiannya sangat mendadak, jadi aku nggak bisa cari tempat yang lebih baik," jawab Jeevan.

"Kenapa nggak ke apartemen aja, Mas? Itu punya kamu, kan?"

"Iya itu punyaku, tapi ... kan lagi disewakan, Sayang. Mana Mauren juga mempersulit, jadi ... aku nggak bisa ke sana." Jeevan sengaja berbohong. Dia takut Elsa akan pergi jika langsung berterus terang.

"Mempersulit gimana, Mas?" selidik Elsa.

"Surat kepemilikannya ada di Mauren, aku nggak dikasih sempat untuk ngambil. Mana kartu kredit juga dirampas, katanya ... karena aku sering menyisihkan uang perusahaan." Jeevan melirik Elsa sekilas.

"Hah? Terus gimana dong, Mas?"

Pertanyaan Elsa yang sedikit meninggi hanya ditanggapi dengan gelengan pelan oleh Jeevan.

"Tapi, apartemen itu benar punya kamu kan, Mas? Terus ... tabungan kamu di rekening, ada harapan kembali, kan?" Elsa kembali bertanya.

"Iya, apartemen itu punyaku. Sedangkan kartu kredit, katanya ... akan dikembalikan nanti. Tapi, nggak semua, yang hasil menyisihkan uang perusahaan akan diambil sama dia." Lagi-lagi Jeevan berdusta.

Elsa diam sejenak, lalu menghela napas panjang sambil tersenyum lebar.

"Ya sudah, Mas, biarkan saja dulu. Untuk sementara, kamu pakai aja uangku. Kebetulan, aku masih ada tabungan. Soal apartemen dan kartu kredit, nanti selesaikan saja di pengadilan. Itu hak kamu, Mas, pasti akan kembali ke kamu." Elsa menyemangati Jeevan. "Sekalian ... perjuangkan juga harta gono-gini," sambungnya dalam hati.

"Iya, Sayang." Jeevan menjawab gugup.

"Mmm, Sayang, kalau misalkan nanti aku gagal, gimana? Walaupun itu hakku, tapi sekarang Mauren yang lebih berkuasa. Takutnya dia menyewa pengacara dan membuatku kalah telak," sambung Jeevan. Dia ingin tahu bagaimana tanggapan Elsa andai dirinya benar-benar miskin.

"Mas, aku tulus cinta sama kamu. Apa pun keadaanmu, aku nggak akan pergi. Kalau hal itu memang benar terjadi, kita berjuang sama-sama. Selama kita saling menguatkan, sesulit apa pun ujian, pasti bisa kita lewati," jawab Elsa. Tangannya terulur dan menggenggam mesra tangan Jeevan.

"Terima kasih, Sayang," jawab Jeevan dengan perasaan lega.

Elsa mengangguk. "Aku mencintai kamu, Mas. Aku akan berusaha keras mempertahankan kamu dan membuat Mauren tak berkutik. Setelah apartemen dan harta gono-gini berhasil kamu dapatkan, kita bisa membuka usaha dan hidup sejahtera. Dengan begitu, Mauren akan menyesal sudah membuang kita," ucapnya dalam hati.

"Kamu benar-benar tulus, Elsa, nggak salah aku lebih memilih kamu. Maaf, untuk sekarang aku masih bohong. Tapi, aku akan menjelaskannya secara perlahan. Kuharap tanggapanmu tetap seperti ini meski tahu bahwa aku tak punya apa-apa lagi," batin Jeevan.

Dalam beberapa detik, keduanya saling beradu pandang, menjabarkan perasaan lewat sorot mata. Mereka saling menggantungkan harapan, tanpa sadar dengan sepenggal dusta yang terselip di antara kalimat manis.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Kartini Kartini

Kartini Kartini

sama sama kodok buduk

2024-03-31

1

YNa Msa

YNa Msa

🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2024-01-18

1

Mbah goegle

Mbah goegle

pasangan gila'..😁🫢🫢😱😱

2023-08-10

0

lihat semua
Episodes
1 Awal Kisah
2 Curiga
3 Tertangkap Basah
4 Murka
5 Bertengkar
6 Tawaran Poligami
7 Mulai Bertindak
8 Bertemu Elsa
9 Membela Elsa
10 Pemikiran Elsa
11 Membuang Jeevan
12 Dilema
13 Penawaran Menarik
14 Salah Mengira
15 Mundur
16 Ancaman
17 Pilihan yang Sulit
18 Deal!
19 Rencana yang Tersusun Rapi
20 Keputusan Baru
21 Entah Apa
22 Oh, Tidak!
23 Uang Tambahan
24 Tertangkap Basah
25 Kekecewaan Jeevan
26 Mengemis Cinta
27 Kasus Lama
28 Bukti dari Ezra
29 Rahasia Masa Lalu Elsa
30 Enam Bulan Kemudian
31 Entah Siapa Dia
32 Kaget
33 Seperti Aktor
34 Perjalanan Tak Mengenakkan
35 Tuan Andika
36 Karendra Dirgantara
37 Saya Mencintai Anda
38 Ibu Tiri
39 Antara Elsa dan Rendra
40 Menguak Identitas Andika
41 Kebenaran tentang Andika
42 Andika Tidak Masuk Kerja
43 Beauty SC
44 Balas Dendam
45 Tersandung Kasus
46 Tepat Waktu
47 Kehancuran Elsa
48 Sandiwara Rendra
49 Aku Mencintaimu
50 Tamparan Untuk Jeevan
51 Sesal yang Nyata
52 Pulang
53 Pertengkaran
54 Perubahan Sikap
55 Antara Andika dan Rendra
56 Masa Lalu Rendra
57 Mengakui Rasa
58 Makin Terluka
59 Pesan dari Rendra
60 Lamaran
61 Kasmaran
62 Patah Hati
63 Laki-laki Macam Apa Aku?
64 Berniat Pergi
65 Prewedding
66 Detik-Detik Akad
67 Sah
68 Hadiah Pernikahan
69 Pergi
70 Dalam Perjalanan
71 Sesal
72 Paris
73 Lahirnya Sang Buah Hati
74 Keanu dan Keanne
75 U-1
76 Ujung Kisah
77 Akhir Kata
78 Izinkan Aku Mencintai Istrimu
79 Kesucian Cinta yang Ternoda
80 Tentang Rasa
81 Noda
82 Cinta Ini Membunuhku
83 Sekeping Asa dalam Sebuah Rasa
84 Billionaire Courier
85 Keanu Abian Dirgantara
86 Promo (Bukan) Orang Ketiga
87 Promo Novel Mutiara Yang Ternista
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Awal Kisah
2
Curiga
3
Tertangkap Basah
4
Murka
5
Bertengkar
6
Tawaran Poligami
7
Mulai Bertindak
8
Bertemu Elsa
9
Membela Elsa
10
Pemikiran Elsa
11
Membuang Jeevan
12
Dilema
13
Penawaran Menarik
14
Salah Mengira
15
Mundur
16
Ancaman
17
Pilihan yang Sulit
18
Deal!
19
Rencana yang Tersusun Rapi
20
Keputusan Baru
21
Entah Apa
22
Oh, Tidak!
23
Uang Tambahan
24
Tertangkap Basah
25
Kekecewaan Jeevan
26
Mengemis Cinta
27
Kasus Lama
28
Bukti dari Ezra
29
Rahasia Masa Lalu Elsa
30
Enam Bulan Kemudian
31
Entah Siapa Dia
32
Kaget
33
Seperti Aktor
34
Perjalanan Tak Mengenakkan
35
Tuan Andika
36
Karendra Dirgantara
37
Saya Mencintai Anda
38
Ibu Tiri
39
Antara Elsa dan Rendra
40
Menguak Identitas Andika
41
Kebenaran tentang Andika
42
Andika Tidak Masuk Kerja
43
Beauty SC
44
Balas Dendam
45
Tersandung Kasus
46
Tepat Waktu
47
Kehancuran Elsa
48
Sandiwara Rendra
49
Aku Mencintaimu
50
Tamparan Untuk Jeevan
51
Sesal yang Nyata
52
Pulang
53
Pertengkaran
54
Perubahan Sikap
55
Antara Andika dan Rendra
56
Masa Lalu Rendra
57
Mengakui Rasa
58
Makin Terluka
59
Pesan dari Rendra
60
Lamaran
61
Kasmaran
62
Patah Hati
63
Laki-laki Macam Apa Aku?
64
Berniat Pergi
65
Prewedding
66
Detik-Detik Akad
67
Sah
68
Hadiah Pernikahan
69
Pergi
70
Dalam Perjalanan
71
Sesal
72
Paris
73
Lahirnya Sang Buah Hati
74
Keanu dan Keanne
75
U-1
76
Ujung Kisah
77
Akhir Kata
78
Izinkan Aku Mencintai Istrimu
79
Kesucian Cinta yang Ternoda
80
Tentang Rasa
81
Noda
82
Cinta Ini Membunuhku
83
Sekeping Asa dalam Sebuah Rasa
84
Billionaire Courier
85
Keanu Abian Dirgantara
86
Promo (Bukan) Orang Ketiga
87
Promo Novel Mutiara Yang Ternista

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!