Mauren menghampiri Elsa dengan penuh emosi, lantas menarik kasar tangannya. Elsa sempat mengaduh, tetapi Mauren tidak peduli. Mauren malah melayangkan tamparan keras di pipi Elsa.
"Sayang, jangan___"
"Kenapa? Kamu mau belain dia?" potong Mauren dengan nada tinggi.
Sebelum Jeevan menjawab, Mauren sudah mendorong tubuh Elsa dengan kasar. Wanita itu sempat terhuyung, beruntung ada kursi yang menopang berat tubuhnya. Jadi, tidak sampai terjatuh.
"Dasar perempuan tidak tahu diri! Menyesal aku menganggapmu sahabat, ternyata hanya pengkhianat!" umpat Mauren dengan napas yang memburu.
Mauren sangat marah mendapati kenyataan itu, seorang sahabat menjadi orang ketiga dalam rumah tangganya. Selama ini, Mauren sangat percaya, bahkan sampai meminta tolong pada Elsa untuk menyelidiki Jeevan. Siapa sangka ternyata pelakunya malah Elsa sendiri. Pantas saja, sampai satu bulan tidak ada hasil apa pun. Ternyata oh ternyata.
"Kamu buta ya, nggak lihat kebaikanku selama ini?" bentak Mauren. "Saat kuliah dan kekurangan biaya, aku yang bantu. Saat kamu suntuk, aku ajak jalan-jalan dan makan-makan, gratis. Kamu nggak keluar uang sedikit pun. Bahkan, saat kamu dikhianati Ezra dan resign dari kantornya, aku yang nolong kamu! Aku kasih kamu pekerjaan di sini dengan gaji yang sangat tinggi. Tapi, apa balasanmu? Dasar ******!"
"Maafin aku, Ren." Elsa bicara pelan sambil memegangi pipinya yang panas.
"Makan 'tuh kata maaf!" Mauren membentak sambil mendorong kasar tubuh Elsa.
"Sayang, udah, Sayang!" lerai Jeevan. Dia tidak rela melihat Elsa diperlakukan buruk.
"Diam kamu, Mas!" Mauren beralih menatap Jeevan. "Puas nyakitin aku dengan cara kayak gini? Aku kasih kamu kepercayaan untuk mengelola bisnis ini, tapi ... apa balasannya? Kamu malah bermain api dengan sahabatku sendiri. Di mana hati nurani kamu, Mas?" sambungnya dengan nada tinggi.
"Sayang, aku bisa jelasin semuanya." Jeevan menggenggam kedua bahu Mauren dan berusaha menenangkannya.
"Apalagi yang akan kamu jelasin? Udah jelas kamu selingkuh sama dia. Heran aku sama kamu, Mas, kenapa malah milih dia? Dia nggak lebih cantik dari aku, nggak lebih kaya dari aku, dan harga dirinya juga nggak lebih tinggi dari aku," ujar Mauren dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sayang, jangan bicara sembarangan!" sahut Jeevan dengan cepat.
"Apanya yang sembarangan? Yang kukatakan itu benar, Mas. Nggak ada wanita yang mau ngerusak rumah tangga sahabatnya sendiri, kecuali ... dia ****** murahan," ucap Mauren dengan tegas.
"Mauren!" bentak Jeevan. Tatapannya berubah tajam dan genggamannya di bahu Mauren terlepas begitu saja.
"Kenapa? Kamu nggak rela aku ngatain dia murahan? Kamu___"
"Aku dan dia memang salah karena udah khianati kamu. Tapi, bukan berarti sikapmu benar dan mulia. Dua tahun kita menikah, tapi apa yang sudah kamu beri? Jangankan mengandung darah dagingku, melayani hasratku saja kadang kamu tidak ada waktu!" pungkas Jeevan. Nada suaranya turut meninggi, mengimbangi suara Mauren.
"Kamu tahu, kan, aku punya karier? Lagipula kita masih muda, aku cuma minta sedikit waktu untuk punya anak. Dan soal hasrat, kalau nggak capek banget, aku juga nggak pernah nolak," ujar Mauren. "Satu lagi yang harus kamu tahu, Mas. Dulu kamu siapa? Hanya lelaki sederhana yang nggak punya apa-apa, kan? Aku udah kasih pekerjaan dan kedudukan yang tinggi, ya. Dengan mengelola Victory, semua orang tunduk dan hormat padamu. Itu yang kamu bilang nggak ngasih apa-apa?"
"Kamu pikir aku suami matre yang menomorsatukan uang? Kamu salah, Mauren. Yang aku butuhkan adalah perhatian dan keharmonisan. Aku ingin punya istri yang diam di rumah dan siap mengandung anakku, yang mau melayaniku dan tidak melimpahkan tanggung jawab pada pembantu." Jeevan masih tak mau kalah.
Tamparan keras langsung mendarat di pipi Jeevan, meninggalkan bekas kemerahan selebar telapak tangan.
"Dasar lelaki brengsek! Sok bijak mulutmu bilang kayak gitu, Mas. Padahal, selama ini pengeluaranmu lebih besar dari pengeluaranku. Oh ... atau ... uangmu habis untuk menafkahi dia?" Mauren menunjuk Elsa sambil melirik sinis.
"Kamu jangan bicara sembarangan, Ren. Aku nggak pernah meminta uang sama Mas Jeevan," kilah Elsa.
"Mas Jeevan? Wow, romantis sekali. Sejak kapan kamu memanggil dia dengan sebutan itu?" tanya Mauren, yang langsung membuat Elsa salah tingkah.
"Aku ... aku___"
"Sejak kapan kamu jalan sama dia?" pungkas Mauren dengan bentakan. Namun, Elsa tak jua menjawab, malah menunduk sambil menitikkan air mata.
"Jawab aku, ******!"
Mauren hendak menarik tubuh Elsa, tetapi gerakannya ditahan oleh Jeevan.
"Jaga sikapmu, Mauren! Sadar, bukan hanya dia yang salah, tapi kamu juga. Andai kamu bersedia punya anak dan lebih perhatian padaku, pasti aku juga setia. Aku tidak akan pernah selingkuh dengan wanita lain," kata Jeevan sembari mencengkeram tangan Mauren yang terus memberontak.
"Pengecut! Sudah ketahuan bejatnya, tapi masih berani menyalahkan aku. Kecewa aku sama kamu, Mas, kecewa!" bentak Mauren. Kemudian, dia melangkah cepat menuju pintu.
Sementara itu, Jeevan mendekati Elsa dan menghapus air matanya, sembari membisikkan kalimat-kalimat hangat guna menenangkannya.
Mauren menatap mereka sambil mengepal erat. Sungguh, dia merasa sakit melihat perlakukan Jeevan yang seolah-olah sangat menyayangi Elsa.
"Pulang, Mas!" teriak Mauren, kesabarannya sudah habis karena Jeevan malah memeluk Elsa.
"Aku akan mengantarkan Elsa dulu," jawab Jeevan yang sontak membuat Mauren naik pitam.
"Istrimu aku atau dia?" Mata Mauren memicing meski sudah berurai air mata. "Jika kamu masih menganggapku istri, maka pulang sekarang dan biarkan dia pulang sendiri!" sambungnya.
"Mauren, kamu jangan egois. Ini sudah larut, bahaya kalau dia pulang sendiri," sahut Jeevan.
"Lalu bagaimana denganku? Kalau kamu ngantar dia, artinya aku pulang sendiri, kan?"
"Kamu bawa mobil sendiri, beda dengan Elsa. Dia harus pesan taxi kalau mau pulang. Ini___"
"Itu salah dia sendiri, siapa suruh pulang selarut ini hanya untuk menggoda atasan. Murah sekali." Mauren menghina sambil melayangkan tatapan tajam.
"Mauren!" bentak Jeevan.
"Masih bela dia, iya?" Mauren pun turut membentak.
"Aku cuma nggak mau terjadi apa-apa sama Elsa. Dia sahabatmu juga, harusnya kamu punya hati," ucap Jeevan.
"Dia duluan yang nggak punya hati." Mauren memelotot.
Jeevan membuang napas kasar. Dia kesal karena Mauren tak mau mengerti dengan perasaannya.
"Pulang sekarang atau kita cerai!" teriak Mauren. Jeevan dan Elsa tersentak karenanya.
"Jangan menggertak yang tidak-tidak. Kita sudah dewasa, jangan seperti anak kecil," jawab Jeevan.
"Ucapanku barusan serius, bukan gertakan. Tapi, terserah kamu mau percaya atau tidak, Mas." Usai bicara demikian, Mauren pergi dan meninggalkan Jeevan yang terus berteriak memanggilnya.
"Mas, Mauren beneran marah?" tanya Elsa dengan air mata yang tetap menetes.
"Entahlah. Aku juga bingung, Sayang." Jeevan terjebak dilema. Di satu sisi dia ingin mengejar Mauren, tetapi di sisi lain tidak tega membiarkan Elsa pulang seorang diri.
"Mas!" panggil Elsa dengan suara pelan. Tangannya menggamit erat lengan Jeevan, sedangkan matanya menatap sendu ke arah lelaki itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Lucia
Alasan Jeaven selingkuh gk masuk akal. Baru 2th nikah hrusnya lagi hot & romantis.
Maunya kamu aja SELINGKUH gk SETIA sm Perkawinan. Ohh gue 👊👊👊 nih laki
2025-03-17
2
Ira Rachmad
dih...mokondo doang..
makan tuh
2025-04-01
0
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
pulang gak pulang ya cerai saja. eh btw, perusahaan aman gak ya?
2024-09-08
1