Deal!

Lelaki yang tak lain adalah Ezra Aliensky, tanpa basa-basi langsung duduk di sebelah Elsa. Dia tak acuh meski Elsa melayangkan tatapan tajam.

"Lama nggak ketemu, gimana kabar kamu?" tanya Ezra sambil menatap sekilas.

"Baik buruk bukan urusan kamu, nggak usah sok peduli!" sahut Elsa dengan nada tinggi.

Meski sudah berlalu selama satu tahun, tetapi sikap Ezra kala itu masih terpatri erat di ingatan Elsa. Delapan tahun bukan waktu yang singkat, tetapi Ezra tak pernah menganggapnya berharga. Hubungan yang terjalin begitu lama, kandas dan pupus karena pengkhianatan. Sampai kapanpun Elsa tidak akan pernah memaafkan Ezra.

"Wihh, makin galak aja sekarang. Ketularan sifatnya Jeevan, ya?" goda Ezra disertai kerlingan nakal.

"Apa maksud kamu?" Elsa membentak kasar. Mendadak jantungnya berdetak cepat mendengar Ezra menyebut nama Jeevan, takut jika lelaki itu tahu sesuatu.

"Kenapa kaget gitu? Kamu, kan, kerja jadi sekretarisnya Jeevan, bukannya wajar kalau aku menyebut namanya? Atau___" Ezra mencondongkan tubuhnya dan berbisik di dekat telinga Elsa, "___kamu ada sesuatu ya sama dia?" sambungnya.

"Jangan bicara sembarangan! Lebih baik kamu pergi sekarang! Aku mau makan dan na*suku langsung hilang gara-gara kamu!" bentak Elsa dengan mata yang memelotot tajam.

Ezra tak mengacuhkan ucapan Elsa, dia malah bersandar sambil menyulut sebatang rokok. Sesekali matanya melirik Elsa, lantas bibir tipisnya mengulum senyum penuh arti.

Di sebelahnya, Elsa berusaha abai. Pikirannya sudah dipenuhi masalah Mauren dan dia tak ingin menambah beban lagi. Namun, asap rokok yang sengaja ditiup ke wajahnya sukses mengusik ketenangan Elsa. Mau tidak mau dia menoleh dan mengumpat Ezra dengan kasar.

"Jangan marah-marah!" Ezra merapatkan duduknya dan tanpa banyak kata merangkul tubuh Elsa.

Elsa hendak memberontak. Namun, sebelum mulutnya mengeluarkan suara, Ezra sudah membisikkan sesuatu yang membuatnya terpaku.

"Mau uang ratusan juta, nggak?"

Elsa tak memberikan tanggapan apa pun, sekadar matanya yang menelisik wajah Ezra.

"Istriku lagi di luar negeri, bulan depan baru balik. Aku bosan sendirian. Kalau kamu mau, jadi simpananku selama dua minggu. Nanti kubayar ... enam ratus juta," sambung Ezra.

Elsa kesulitan menelan ludah. Ezra adalah lelaki yang sangat dia hindari, tetapi enam ratus juta adalah nominal yang dia butuhkan saat ini.

"Nggak usah khawatir akan lelah, aku nggak hyper kok, paling sehari cuma satu atau dua kali." Ezra kembali bicara.

"Kamu gila!" bentak Elsa.

"Gila?" Ezra tertawa renyah. "Dilihat dari bentuk tubuhmu, aku yakin kamu udah nggak perawan. Aku benar, 'kan?" sambungnya.

Elsa langsung membuang pandangan, antara malu dan kesal bercampur menjadi satu.

"Pada dasarnya kita ini sama, hanya saja aku berani mengakui, sedangkan kamu tidak. Tapi, aku beneran penasaran loh sama orang itu. Mudah banget kamu tidur dengannya, padahal sama aku dulu selalu nolak. Sampai delapan tahun hubungan kita cuma gitu-gitu aja," kata Ezra yang sontak saja memancing emosi Elsa.

"Kamu benar-benar gila! Pergi sekarang!" Elsa membentak Ezra sambil bangkit dari duduknya. Dia sudah muak dengan lelaki itu.

Ezra pun turut bangkit. Namun, bukannya menyahut bentakan Elsa, melainkan tersenyum lebar sambil mendekati Elsa.

"Aku salut sama Jeevan," ucap Ezra dengan suara lirih.

"Apa maksudmu?" tanya Elsa dengan gugup.

"Aku tahu kamu menjalin hubungan dengan Jeevan dan sekarang ... sedang butuh uang. Iya, 'kan?" Ezra menaikkan kedua alisnya.

"Kamu tahu dari mana?"

Ezra tersenyum, "Victory bukan perusahaan kecil, bahkan kamu tahu itu lebih besar dari Astoria. Jadi, sudah wajar kalau berita di sana menjadi trending. Apalagi berita tentang skandal, sangat banyak peminatnya. Dalam waktu singkat sudah viral."

Elsa diam sesaat. Dia mencerna jawaban Ezra dan menghubungkannya dengan kejadian hari-hari kemarin.

"Sekian banyak kantor yang kudatangi, nggak ada satu pun yang memberikan kesempatan. Mas Jeevan juga mengalami hal serupa. Apa jangan-jangan ini karena Mauren sudah menyebarkan tentang hubunganku dengan Mas Jeevan?" batin Elsa.

"Kok diam? Lagi mempertimbangkan tawaranku, ya?" goda Ezra.

"Jangan mimpi! Cepat pergi!" Elsa memejam guna menahan air mata yang mendesak keluar. Informasi yang dibawa Ezra perlahan mematahkan harapannya.

"Ini nomorku, hubungi aja jika kamu berubah pikiran. Mauren nggak pernah main-main dengan ucapannya. Kamu tahu itu, 'kan?" bisik Ezra seraya meraih tangan Elsa dan menyelipkan secarik kertas di sana.

Detik berikutnya, Elsa membuka mata. Pandangannya memburam karena air mata sudah menggenang dan mulai berlinang. Elsa menggigit bibir ketika menatap punggung Ezra yang makin menjauh. Lantas, dia menunduk dan memandangi secarik kertas yang ada di genggaman. Haruskah ia menerima tawaran itu?

"Ahh, kamu sungguh kejam, Mauren! Kamu nggak punya hati!" maki Elsa dalam batinnya.

_____________

Gemericik hujan yang sejak senja enggan mereda, menjadi satu-satunya suara yang mengisi keheningan di dalam kamar Elsa. Dalam penerangan yang remang, wanita itu duduk di dekat jendela. Kendati matanya menatap keluar, tetapi pikirannya hanya tertuju pada Ezra.

Sebesar apa pun rasa benci dan marah, tetapi tak dipungkiri saat ini Elsa membutuhkannya. Mau ke mana lagi mencari uang 600 juta, pinjam ke bank pun tidak akan bisa karena dia tak punya jaminan. Menyerah pula tidak mungkin ia lakukan, penjara adalah tempat terburuk yang membayangkannya saja sudah menyakitkan.

"Apa aku terima aja ya tawarannya, toh hanya dua minggu. Nggak terlalu lama, pasti bisa menyembunyikannya dari Mas Jeevan," batin Elsa.

Kemudian, dia kembali menatap layar ponselnya. Di sana terpampang jelas nomor Ezra yang sudah tersimpan sejak beberapa saat yang lalu.

"Nggak apa-apa lah berkhianat sebentar, aku juga terpaksa melakukannya. Daripada berurusan dengan hukum, bisa-bisa Mas Jeevan tahu kalau aku pernah korupsi. Nggak boleh terjadi, aku nggak mau kehilangan dia." Elsa terus bergelut dengan pikirannya sendiri. Entah sudah berapa jam dia termenung dan bingung menentukan pilihan.

Sampai akhirnya, Elsa memutuskan untuk menghubungi nomor Ezra. Namun, hingga dua kali panggilan tidak ada jawaban.

"Mungkin udah tidur, besok aja deh." Elsa berkata lirih sembari melirik jam di sudut layar—pukul 11.00 pm.

Elsa bangkit dan berjalan menuju ranjang, lantas berbaring dan menutup wajahnya dengan telapak tangan. Dia berusaha melupakan kejadian hari ini agar bisa tidur tenang.

Akan tetapi, belum sempat Elsa memejam, ponselnya sudah berdering, ternyata Ezra yang menghubungi. Elsa mengulum senyum sebelum mengusap tombol hijau.

"Ini aku," ucap Elsa ketika Ezra menyapa dan menanyakan siapa dirinya.

"Oh, aku kira tadi siapa," jawab Ezra. "Gimana? Udah berubah pikiran?"

"Hanya dua minggu, kan?" Elsa balik bertanya.

"Iya, dua minggu aja. Tapi ... kalau kamu mau tambah waktu juga boleh, nanti kita bicarakan lagi bayarannya. Jangan khawatir, aku royal kok." Ezra terkekeh-kekeh.

"Jangan ngelunjak, aku cuma mau dua minggu!" sahut Elsa dengan cepat.

Ezra tertawa keras, "Oke, nggak masalah. Jadi deal, ya?"

Elsa memejam sesaat. Jantungnya berdetak cepat, seolah memberontak dan menolak mengatakan iya. Namun, keadaan memaksanya untuk melakukan itu.

"Meski nggak setampan Mas Jeevan, tapi dia cukup menarik. Sepertinya nggak sulit," batin Elsa.

"Elsa!"

"Iya, sorry. Mmm, aku boleh minta syarat?" tanya Elsa dengan sedikit ragu, khawatir Ezra enggan meluluskan.

"Syarat apa?"

"Tolong rahasiakan ini, jangan sampai ada orang lain yang tahu, termasuk Mas Jeevan." Elsa mengungkap keinginannya.

"Kamu tenang aja. Aku juga punya istri, mana mungkin mengumbar hubungan gelap." Jawaban Ezra membuat Elsa tersenyum puas.

"Baik, kita deal."

"Thank you, Baby. Kalau gitu besok siap-siap ya, aku jemput pagi. Kamu tinggal di rumahku selama dua minggu, jadi bawa aja barang-barang yang kiranya kamu perlukan," ujar Ezra.

"Oke." Elsa menjawab singkat.

Setelah sambungan telepon berakhir, hati Elsa kembali diliputi keangkuhan. Dia tersenyum miring sambil membayangkan sosok Mauren.

"Aku cerdas, Ren. Kamu akan nyesel karena nggak bisa menjebakku, dan lebih nyesel lagi karena kamu tetap kehilangan Mas Jeevan," ucap Elsa.

*Kira-kira rencana Elsa berjalan mulus nggak, teman-teman?

Boleh dong kasih jawaban di kolom komentar🙃🙃🙃

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Kartini Kartini

Kartini Kartini

bener jalang dan murahan dan roksokan Iiihhh sampah

2024-03-31

1

novi 99

novi 99

gak tau aja ...
klo semua sudah di atur Mauren. .

kamu makin terjebak Elsa

2024-02-07

1

YNa Msa

YNa Msa

Elsa Jgn Senang dulu,, Siapa Tau Mgkn itu jg Jebakan

2024-01-19

1

lihat semua
Episodes
1 Awal Kisah
2 Curiga
3 Tertangkap Basah
4 Murka
5 Bertengkar
6 Tawaran Poligami
7 Mulai Bertindak
8 Bertemu Elsa
9 Membela Elsa
10 Pemikiran Elsa
11 Membuang Jeevan
12 Dilema
13 Penawaran Menarik
14 Salah Mengira
15 Mundur
16 Ancaman
17 Pilihan yang Sulit
18 Deal!
19 Rencana yang Tersusun Rapi
20 Keputusan Baru
21 Entah Apa
22 Oh, Tidak!
23 Uang Tambahan
24 Tertangkap Basah
25 Kekecewaan Jeevan
26 Mengemis Cinta
27 Kasus Lama
28 Bukti dari Ezra
29 Rahasia Masa Lalu Elsa
30 Enam Bulan Kemudian
31 Entah Siapa Dia
32 Kaget
33 Seperti Aktor
34 Perjalanan Tak Mengenakkan
35 Tuan Andika
36 Karendra Dirgantara
37 Saya Mencintai Anda
38 Ibu Tiri
39 Antara Elsa dan Rendra
40 Menguak Identitas Andika
41 Kebenaran tentang Andika
42 Andika Tidak Masuk Kerja
43 Beauty SC
44 Balas Dendam
45 Tersandung Kasus
46 Tepat Waktu
47 Kehancuran Elsa
48 Sandiwara Rendra
49 Aku Mencintaimu
50 Tamparan Untuk Jeevan
51 Sesal yang Nyata
52 Pulang
53 Pertengkaran
54 Perubahan Sikap
55 Antara Andika dan Rendra
56 Masa Lalu Rendra
57 Mengakui Rasa
58 Makin Terluka
59 Pesan dari Rendra
60 Lamaran
61 Kasmaran
62 Patah Hati
63 Laki-laki Macam Apa Aku?
64 Berniat Pergi
65 Prewedding
66 Detik-Detik Akad
67 Sah
68 Hadiah Pernikahan
69 Pergi
70 Dalam Perjalanan
71 Sesal
72 Paris
73 Lahirnya Sang Buah Hati
74 Keanu dan Keanne
75 U-1
76 Ujung Kisah
77 Akhir Kata
78 Izinkan Aku Mencintai Istrimu
79 Kesucian Cinta yang Ternoda
80 Tentang Rasa
81 Noda
82 Cinta Ini Membunuhku
83 Sekeping Asa dalam Sebuah Rasa
84 Billionaire Courier
85 Keanu Abian Dirgantara
86 Promo (Bukan) Orang Ketiga
87 Promo Novel Mutiara Yang Ternista
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Awal Kisah
2
Curiga
3
Tertangkap Basah
4
Murka
5
Bertengkar
6
Tawaran Poligami
7
Mulai Bertindak
8
Bertemu Elsa
9
Membela Elsa
10
Pemikiran Elsa
11
Membuang Jeevan
12
Dilema
13
Penawaran Menarik
14
Salah Mengira
15
Mundur
16
Ancaman
17
Pilihan yang Sulit
18
Deal!
19
Rencana yang Tersusun Rapi
20
Keputusan Baru
21
Entah Apa
22
Oh, Tidak!
23
Uang Tambahan
24
Tertangkap Basah
25
Kekecewaan Jeevan
26
Mengemis Cinta
27
Kasus Lama
28
Bukti dari Ezra
29
Rahasia Masa Lalu Elsa
30
Enam Bulan Kemudian
31
Entah Siapa Dia
32
Kaget
33
Seperti Aktor
34
Perjalanan Tak Mengenakkan
35
Tuan Andika
36
Karendra Dirgantara
37
Saya Mencintai Anda
38
Ibu Tiri
39
Antara Elsa dan Rendra
40
Menguak Identitas Andika
41
Kebenaran tentang Andika
42
Andika Tidak Masuk Kerja
43
Beauty SC
44
Balas Dendam
45
Tersandung Kasus
46
Tepat Waktu
47
Kehancuran Elsa
48
Sandiwara Rendra
49
Aku Mencintaimu
50
Tamparan Untuk Jeevan
51
Sesal yang Nyata
52
Pulang
53
Pertengkaran
54
Perubahan Sikap
55
Antara Andika dan Rendra
56
Masa Lalu Rendra
57
Mengakui Rasa
58
Makin Terluka
59
Pesan dari Rendra
60
Lamaran
61
Kasmaran
62
Patah Hati
63
Laki-laki Macam Apa Aku?
64
Berniat Pergi
65
Prewedding
66
Detik-Detik Akad
67
Sah
68
Hadiah Pernikahan
69
Pergi
70
Dalam Perjalanan
71
Sesal
72
Paris
73
Lahirnya Sang Buah Hati
74
Keanu dan Keanne
75
U-1
76
Ujung Kisah
77
Akhir Kata
78
Izinkan Aku Mencintai Istrimu
79
Kesucian Cinta yang Ternoda
80
Tentang Rasa
81
Noda
82
Cinta Ini Membunuhku
83
Sekeping Asa dalam Sebuah Rasa
84
Billionaire Courier
85
Keanu Abian Dirgantara
86
Promo (Bukan) Orang Ketiga
87
Promo Novel Mutiara Yang Ternista

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!