Life After Married
Suara tangisan bayi terdengar begitu keras, Dinda, terus menggendong bayinya, menenangkannya, menepuk-nepuk punggungnya berharap bayinya akan berhenti menangis.
Namun tangisan bayinya tidak berhenti dan semakin meninggi. Dinda, berlari menuju kamarnya ingin membuatkan susu untuk bayinya namun, saat di lihat kotak susu itu kosong tanpa isi. Dinda, sedih susu bayinya habis sedangkan dirinya tak punya uang sama sekali.
Bahkan di saat seperti ini suaminya tidak ada di rumah. Dinda, kembali menepuk-nepuk punggung bayinya berharap tangisannya kali ini akan berhenti tetapi tidak sama sekali. Bayinya terus menangis semakin keras membuat Dinda, bingung harus melakukan apa.
"Sayang, berhentilah menangis nanti setelah papa pulang kita beli susunya Nak." Akhirnya dengan perlahan Dinda bisa menenangkan bayinya, setelahnya Dinda, pun menidurkan Syena, putri kecilnya.
Dinda, mengambil gawai miliknya menggerakan jarinya untuk mencari nama my husband dalam kontaknya. Dinda, menghubungi suaminya berulang kali namun tetap tidak ada jawaban.
"Ck, kemana Mas Rey."
Dinda, berdecak kesal saat di butuhkan seperti ini suaminya tidak bisa di andalkan. Bahkan di hubungi saja tidak bisa.
[Sayang, kapan kamu pulang? Bisakah kamu transfer uang 200 ribu saja. Aku butuh untuk membeli susu Syena.]
Send My Husband
Satu pesan ia kirimkan pada Rey, suaminya. Tiga puluh menit lamanya pesan itu baru dapat balasan. Dinda sudah menunggu dengan gelisah, melihat Syena, yang sudah terbangun dan kembali menangis karena haus dan lapar.
My Husband
[Maaf, sayang aku belum punya uang kamu tahu, kan aku belum gajihan. Kamu pinjam saja dulu pada tetangga biar nantiku ganti.]
Mata Dinda, terbelalak saat membaca pesan dari suaminya. Tiga puluh menit dia menunggu tapi jawaban apa yang dia dapatkan, sangat tidak memuaskan. Dinda, berdecak kesal hingga berteriak untuk melampiaskan amarahnya.
Dinda, menangis sejadi-jadinya rasa kesalnya pada suami tidak bisa ia tahan lagi. Selama setahun menikah Rey, tidak pernah memperhatikannya setiap kali meminta uang dia selalu bilang tidak ada, tidak punya. Bahkan uang gaji nya saja hanya memberikan 25% untuk kebutuhannya sehari-hari dan juga keperluan Syena.
Padahal sebelum menikah Rey, begitu royal dan selalu memperhatikannya. Hampir setiap minggu Rey, selalu memberikan barang-barang berharga untuknya.
"Kamu kenapa sih Rey, susah sekali jika aku meminta uang." Dinda, begitu kesal hingga tak ada jalan lain selain meminjam uang pada tetangganya.
****
"Sayang kamu sedang chat_an sama siapa sih?" tanya seorang wanita yang bergelayut manja pada seorang pria yang kini sedang sibuk membalas pesan istrinya.
"Biasa, dari kantor," jawab pria itu tak lain adalah Rey.
"Yank, mau tas itu beliin ya."
"Berapa?"
"Cuma dua juta."
"Ya udah ambil saja."
"Makasih sayang."
Rey, merogoh kartu debitnya, dengan mudahnya dia memberikan uang dua juta hanya untuk membelikan sebuah tas untuk kekasihnya itu. Sedangkan Dinda, dia harus menahan malu untuk meminjam uang pada tetangganya.
"Ada apa lagi Dinda, pinjam uang lagi?"
"Iya Karin, sebenarnya aku tidak enak terus meminjam uang padamu tapi … aku butuh banget uang itu Rin, untuk membeli susu Syena." Dinda terlihat memohon dan memelas pada tetangga sekaligus temannya itu.
"Bukannya aku tidak ingin meminjamkan tapi aku aneh saja, dimana suamimu apa dia tidak memberimu uang? Ini untuk kesekian kalinya kamu meminjam uang kemarin saja 500 ribu belum kamu bayar sekarang kamu mau minjam lagi."
"Aku mohon Karin, untuk terakhir kali. Nanti aku akan bilang pada Rey, untuk membayarnya."
Karin, hanya bisa menghela nafas tidak di berikan tapi kasihan melihat Dinda, dengan wajah memelas dan memohon membuat Karin, tak tega melihatnya.
"Berapa yang kamu butuhkan?"
"Dua ratus ribu saja Karin."
Karin, merogoh saku celananya lalu mengambil dua lembar uang seratus ribuan. Lalu di berikannya kepada Dinda.
"Ini ku pinjamkan."
"Makasih Karin, secepatnya akan aku ganti sama yang kemarin."
"Iya, cepat pergi belikan susu untuk Syena."
"Makasih ya Karin, aku pergi dulu." Dengan wajah bahagia Dinda, pergi berlari untuk membawa Syena, sebelum nantinya pergi ke mini market.
"Kasihan Dinda, sebenarnya si Rey, kasih dia uang gak sih!" Karin, geleng-geleng kepala.
****
"Sayang aku minta uang 700 ribu." Pinta Dinda pada Rey, yang tengah merebahkan tubuhnya di atas sofa.
"Suami baru pulang bukannya di buatkan teh atau di tawarin makan malah minta uang." Rey, terlihat kesal saat dirinya lelah Dinda, sudah meminta uang saja padanya.
Dinda, yang kesal langsung pergi lalu kembali dengan membawa segelas air putih. "Tidak ada teh tidak ada makanan, yang ada hanya air putih saja." Kata Dinda, yang menahan kekesalan.
"Kamu tidak masak? Apa teh saja tidak punya?" Rey, kesal karena merasa Dinda, tidak memperhatikannya padahal Dinda, lebih kesal dan pusing mendengar tangisan Syena, sejak pagi karena kehabisan susu.
"Kamu tuli atau memang tidak mengerti. Bukankah dari kemarin aku sudah bilang aku sudah tidak punya uang. Dan saat aku meminta uang untuk membeli susu Syena saja kamu tidak kasih."
"Dinda kamu harus lebih menghemat jangan boros masa uang lima juta aku kasih sudah habis."
Dinda, hanya tersenyum hambar seraya berdecak kesal. Rey, memang memberikan uang sebesar lima juta tapi untuk kebutuhan sehari-hari, keperluannya dan keperluan Syena. Dan itu harus cukup sampa satu bulan lamanya.
"Kamu bilang aku tidak bisa menghemat uang! Gajih kamu saja lebih dari itu dan kamu hanya memberikanku lima juta dan aku tidak pernah mengeluh atau meminta lebih. Aku tetap berusaha untuk mengatur uang itu untuk keperluan kita semua. Tadi saja aku sudah meminjam pada Karin, aku sudah malu terus meminjam uang padanya. Sekarang aku minta ganti untuk membayar pada Karin." Dengan tegas Dinda, meminta uang pada Rey, untuk membayar hutang pada Karin. Dengan malasnya Rey, merogoh saku celananya lalu mengambil uang 200 ribu yang di berikan pada Dinda.
"700 ribu Mas." Dinda, menolak dan meminta uang 700 ribu, karena sebesar itulah hutang Dinda pada Karin.
"700 ribu!" Rey, terhenyak merasa terkejut karena Dinda, meminta uang yang lebih besar. "Bukannya tadi kamu minta 200 ribu kenapa jadi 700?" sambung Rey.
"Kamu lupa dengan hutangku yang kemarin lalu, kamu yang berjanji akan membayarnya tapi kamu tidak pernah kasih. Dan tadi pagi kamu menyuruhku untuk meminjam lagi ya pasti nambahlah Mas dan totalnya 700 ribu."
Dengan terpaksa Rey, mengambil uang seratus ribu lima lembar. Yang sangat di sayangkan jika di berikan pada Dinda. Namun, Dinda, dengan cepat mengambil uang itu dari tangan Rey, sebelum Rey, berubah pikiran.
"Terima kasih sayang," kata Dinda, setelah mengambil uang itu.
"Sama-sama," jawab Rey, lembut.
"Aku titip Syena, sebentar dia sedang tidur aku akan pergi ke rumah Karin, untuk memberikan uang ini." Rey, pun mengangguk Dinda, pun melangkah pergi.
Ting
Suara notifikasi pesan dalam gawainya. Rey, pun membuka pesan itu dengan gugup dan gerak-gerik yang mencurigakan. Takut jika Dinda, melihat pesan itu.
Boneka Bear
[Sayang, aku cocok banget, kan pakai tas ini? Thank you aku yang pertama kali mendapat tas ini. Dari teman-temanku yang lain aku jadi makin cinta sama kamu ❤]
Balas:
[Sama-sama sayang, aku akan berikan apa pun untukmu. Love you to ❤]
Send Boneka Bear
Rey, tersenyum-senyum setelah mendapat pesan dari kontak yang di berikan nama Boneka Bear.
Brukk,
Dalam seketika Rey, menjadi gugup dan salah tingkah setelah mendengar suara bantingan pintu yang keras dan langsung memasukan kembali gawainya pada saku celananya.
"Sayang," seru Dinda yang baru kembali.
"I-iya sayang," jawab Rey, gugup
"Kamu kenapa sayang? Kok gugup gitu?" tanya Dinda, curiga melihat tubuh Rey, yang gemetar.
"Tidak apa-apa sayang. Tadi aku dapat telepon dari kantor, biasalah perusahaan tempatku bekerja kini sedang ada masalah, makannya gajihku saja sering di tunda bahkan belum di bayar. Makanya aku selalu minta kamu untuk menghemat bukan karena aku pelit tapi inilah alasannya." Rey, berbohong.
"Ini aku dapat makanan dari mba Karin, kamu pasti lapar, kan! Aku siapkan dulu ya." Dinda, berjalan ke arah meja makan sengaja mengabaikan ucapan Rey, karena tidak ingin berdebat lagi.
"Kamu sudah makan sayang?" tanya Rey, membuat Dinda, kesal. Jangankan makan sepanjang hari Dinda, berjalan kesana kemari untuk meminjam uang hanya untuk membeli susu Syena, Dinda sudah tidak peduli lagi dengan perutnya yang lapar.
"Kamu makan saja duluan, aku mau lihat Syena, dulu."
"Ya," jawab Rey, yang langsung mengambil sesendok nasi dan sayur sup hangat untuk dia makan.
"Mm … lezat sekali, padahal tadi aku sudah makan di restoran tapi melihat sup yang lezat begini aku jadi lapar lagi," gumam Rey, yang dengan lahapnya memakan sup itu.
"Sayang! Kamu habiskan semuanya?" tanya Dinda, yang terkejut melihat makanan yang tadi dia bawa sudah habis tak tersisa.
"Sup ya enak sayang," jawab Rey, tanpa rasa bersalah. "Aku ke kamar dulu ya sayang." Rey, berlalu pergi meninggalkan piring kotor dan semangkuk sup yang tersisa satu potong kentang dan wortol saja.
Tanpa terasa mata Dinda, kembali berembun tubuhnya terduduk lemah menatap sisa sup itu. Rasa kesal, amarah, dan lapar menjadi satu. Rey, benar-benar tidak peduli padanya Dinda, yang sedari tadi menahan lapar kini harus menahannya sampai pagi karena suaminya yang tidak peka.
"Aku benar-benar sudah tidak tahan lagi. Dasar suami tidak berguna, tidak peka," umpat Dinda kesal yang di barengi air mata yang jatuh membasahi pipinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Nuningsih Aliyani
masih nyimak dulu..
2022-10-14
1
TK
lanjutkan ✍️
2022-10-11
0