Akhir sidang yang sangat mengecewakan namun memuaskan bagi Dinda. Rey, terus menatap Dinda, yang begitu bahagia karena memenangkan sidangnya. Kini mereka resmi bercerai. Di sisi lain Velove, sangat kesal karena Rey, terus menatap Dinda, hingga dia pergi meninggalkan ruang sidang yang di ikuti oleh Maudy, pengacaranya sekaligus pengacara yang menangani kasus Rey.
"Kenapa kamu begitu marah? Apa karena vidio itu atau karena Rey?" tanya Maudy, yang memperhatikan gerakan Velove, saat di ruang sidang.
"Entahlah. Hari ini aku di buat kesal hatiku sangat kesal." Velove, berlalu pergi meninggalkan pengadilan dan juga Maudy.
****
Sesampainya di apartemen Velove, langsung melempar tubuhnya di atas sofa hari itu begitu melelahkan baginya. "Menyebalkan dia merekam kegiatan panasku. Ya … tapi bagus dengan melihat itu Dinda, harus tahu jika Rey, mencintaiku sangat mencintaiku."
"Benarkah. Aku lihat Rey, masih mencintai istrinya." Tiba-tiba Maudy masuk dan mengejutkan Velove.
"Kamu mengikutiku. Ada apa kamu kesini?" Velove, terlihat sangat marah. Namun Maudy, terlihat tenang dia duduk dengan santai.
"Apa tujuanmu sebenarnya? Membantu Rey, untuk mendapatkan hak asuh anaknya. Jika ayahmu tahu dia akan sangat marah apa lagi jika tahu hubunganmu dengannya." Maudy, berbicara dengan serius.
"Jangan pernah memberitahunya. Jika pun ayah tahu itu darimu," ucap Velove, dingin.
"Seharusnya kamu senang karena Rey, sudah bercerai tidak perlu kamu membantunya untuk mendapatkan hak asuh anak."
"Aku tetap akan membantu Rey, mendapatkan hak asuh anaknya. Ajukan gugatannya sebulan setelahnya. Biarkan Dinda, tenang dan bahagia dulu dengan putrinya dia akan berpikir hidupnya sudah tenang, di saat itulah waktu yang tepat untuk menghancurkannya Dinda, akan sangat terkejut juga panik hidupnya kembali terusik."
"Lalu … kamu akan merawat anaknya. Dan Rey, akan berpikir jika kamu calon ibu sambung yang baik untuk putrinya dengan begitu kalian akan cepat menikah. Apa itu tujuanmu?" Maudy, kembali bertanya.
"Kamu bisa menebak pikiranku. Tapi bukan itu tujuanku aku tidak akan pernah menjadi ibu sambung anak itu tidak akan. Setelah Rey, mendapatkan keinginannya aku tinggal menyingkirkan anak itu karena aku tahu setelah aku bisa melahirkan anaknya Rey, pasti akan lebih menyayangi anakku bukan anak itu."
"Maksudmu, setelah mendapatkan Rey, kamu akan menyingkirkan anak itu. Sungguh sangat kejam."
"Bukankah itu yang di kenal orang, ibu tiri yang kejam. Tapi tenang saja aku tidak akan menyiksanya atau membunuhnya anak itu yang akan pergi dengan sendirinya."
Maudy tersenyum hambar.
"Aku heran kamu lebih memilih Rey, mencintai suami orang tepatnya perebut suami orang. Padahal … masih banyak lelaki yang lebih dari Rey, yang kaya, yang tampan, lebih pintar dan berbakat dari pada Rey, yang tidak berguna. Aku akui Rey, sangat tampan lebih dari siapa pun tapi dia hanya seorang menejer tidak lebih. Apa kamu yakin nyonya dan tuan akan setuju."
"Aku tidak peduli mereka setuju atau tidak. Lagi pula aku sudah sangat bosan hidup dengan mereka yang penuh dengan aturan."
"Baiklah terserah mau kamu menikahi siapa tapi aku minta kamu segera pulang tuan dan nyonya menunggumu."
"Sudahku bilang aku tidak ingin hidup dengan mereka yang penuh dengan aturan. Aku ingin bebas."
"Aku akan tutup mulut tentang hubunganmu dengan Rey, dan aku akan membantunya tentang pengugatan hak asuh anak. Tapi … aku tidak akan melakukan itu jika kamu tidak pulang denganku hari ini."
"Kamu mengancamku." Velove, menatap Maudy dengan amarah.
"Pulanglah jika tidak, mungkin kamu tidak bisa kembali ke rumahmu juga tidak akan bisa menempati apartemen ini. Semua fasilitas yang kamu miliki akan di cabut. Itu pesan nyonya."
"Aish … mereka benar-benar mengancamku."
"Jangan berpikir akan tinggal bersama Rey, cepat lambat nyonya akan tahu hubunganmu. Dan kamu akan tahu nyonya tidak akan membiarkan Rey, begitu saja. Pikirkanlah dalam waktu tiga hari mereka memberikan kesempatanmu hanya tiga hari." Maudy, berlalu pergi setelah mengatakan semuanya. Velove, berdecak kesal.
****
Di sebuah mansion yang mewah seorang lelaki tua duduk bersandar di depan teras. Tatapannya begitu kosong seperti sedang membayangkan sesuatu. Sedangkan di dalam rumah Maudy, terlihat sedang berdiri bersama seorang wanita yang kini sedang membelakanginya menghadap jendela. Wanita itu melihat ke arah luar jendela seraya menyeruput teh hangatnya dalam cangkir.
"Jadi dia tidak ingin pulang." ucapnya pada Maudy.
"Iya, Nyonya," jawab Maudy.
"Anak itu sangat keras kepala." Kata wanita itu seraya menaruh cangkirnya di atas telapak tangannya.
"Aku sudah berusaha Nyonya, aku yakin Velove, akan pulang."
"Cabut semua fasilitasnya aku yakin dia akan pulang jika sudah tidak memiliki apa pun. Apa kamu tahu seorang pria yang dekat dengannya saat ini?" tanya wanita itu yang membuat Maudy, gugup.
"Tidak Nyonya," jawab Maudy, ragu karena harus berbohong.
"Jangan biarkan dia dekat dengan lelaki mana pun. Karena aku akan segera menikahkannya dengan seorang lelaki, dan tunangannya akan segera di langsungkan."
"Tunangan! Apa tidak di bicarakan dulu dengan Velove."
"Untuk apa aku membicarakan dengan anak keras kepala sepertinya. Pokoknya kamu harus membawanya pulang sebelum tiga hari."
"Apa itu hari tunangannya?" tanya Maudy.
"Kamu akan tahu nanti. Bagaimana sidangnya apa berjalan dengan lancar?"
"Ah … iya," jawab Maudy gugup.
"Sebenarnya sidang apa? Sampai kamu harus turun tangan."
"Hanya masalah kecil. Aku hanya di minta untuk menjadi pengacara temannya itu saja."
"Dia tidak ingin pulang, seharusnya kamu tidak berhak membantunya. Jika dia memutuskan hubungannya denganku berarti kamu bukan pengacaranya lagi. Jika memikirkannya membuatku pusing."
"Jangan pikirkan anak itu lagi." Suara seorang lelaki mengejutkan mereka berdua. Ternyata lelaki tua yang berada di teras tadi.
"Anak keras kepala tidak tahu diuntung. Apa maunya? Hidup bebas … biarkan saja dia hidup bebas. Setelah kehilangan semuanya anak itu akan kembali dengan sendirinya. Dia sama sepertimu Rita." Tegur lelaki itu pada wanita yang sedang bersama Maudy. Setelah meluapkan amarahnya lelaki itu pun pergi.
"Lihatlah, dia marah dan aku jadi pelanpiasannya. Lelaki itu selalu saja mengaitkanku dengan tingkah putriku. Maudy, kamu boleh pergi aku pusing aku butuh istirahat." Rita, melangkah pergi meninggalkan Maudy.
"Dasar keluarga keras kepala. Tuan memang benar jika Velove, sangat mirip dengan ibunya. Bahkan mereka mencintai lelaki yang sama. Sama-sama punya istri. Apa lelaki milik orang lain itu lebih enak. Kenapa wanita sekarang begitu tertarik pada suami orang. Aku tidak mengerti."
Maudy, berlalu pergi meninggalkan rumah itu setelah lama mengumpat. Sedangkan di tempat lain Rey, terlihat lemah tak bersemangat. Dia duduk terkulai di bawah lantai yang bersandar pada dinding sofa. Keadaan rumah begitu berantakan. Barang-barang berserakan dimana-dimana semua itu hasil karyanya yang melempar barang-barangnya.
Satu tangannya Rey, tumpukan pada lututnya. Satu tangannya lagi di biarkan terjatuh bersama kaki kanannya yang ia lentangkan begitu saja. Tatapannya begitu kosong. Keputusan sidang hari ini membuatnya sangat hancur karena kehilangan dua orang yang dia sayangi.
...----------------...
**suami orang lebih enak Ops ... mungkin hehe.
Yang tahu alasannya hanya Velove, benar tidak reader ...
Like dan komentarnya awas lupa. Apa komentar kalian hari ini untuk Velove? Vote, jangan lupa berikan voucher mingguannya untuk LIFE AFTER MARRIED oke
Salam sayang
❤❤❤ Dinira
Follow IG: dini_rtn**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Semet Tipis
Sekarang jamannya suami istri orang lebih menarik thor😂makannya si volume mau sama suami orang😁
Lanjut dan semangat💪💪 terus buat updatenya thor😊😊
2022-07-25
0
Sri Mulyati
Akal licik Velove sudah terancana rupanya.
Semangat 💪💪💪 Rey bntar lagi akan menangis darah.
Semangat 💪💪💪 juga up nya Thorrr 😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘
2022-07-25
0
A R
duhh jgn smp keinginan pelakot terkabul. mdh2an ada lelaki yg bisa lindungi dinda dan syena.
2022-07-25
0