Dinda, merasa bahagia hari ini. Rasa stresnya seketika hilang karena semalam Rey, mengajaknya makan malam di luar. Walau pun bukan di tempat mewah namun Dinda, sangat senang karena untuk pertamakalinya Rey, mengajaknya jalan-jalan setelah menikah.
Dinda, terus menatap uang pemberian dari Rey, semalam. Dinda, berpikir uang itu akan dia belikan untuk hadiah 2 th unniversary pernikahannya dengan Rey. Yang bertepatan dengan hari ini. Karena semalam Dinda, menemukan sebuah kalung berlian di dalam saku jas Rey, yang berpikir jika Rey, sudah mempersiapkan kalung itu untuk hadiah unniversary untuknya.
"Aku gak nyangka, diam-diam Mas Rey, sudah mempersiapkan hadiah untukku." Dinda, yang terus tersenyum. Membayangkan betapa indahnya kalung berlian itu.
"Aku beli apa ya buat Mas Rey!" Dinda, berpikir sejenak lalu tersenyum setelah tahu apa yang akan di belinya untuk Rey. Dinda, pun memutuskan untuk membelikan sebuah arloji walau pun bukan arloji mewah namun masih bermerek.
Setelahnya Dinda, kembali ke rumah untuk menghias arloji yang di belinya menjadi sebuah kado. Dinda, memasak aneka macam hidangan untuk makan malamnya nanti. Saat tengah memasak bel rumah berbunyi menandakan ada seorang tamu yang datang.
Dinda, mematikan kompor lalu berjalan ke arah pintu dan membukanya.
"Mama?" ternyata Dinda, kedatangan mertuanya ibu dari Rey.
"Dinda apa kabar sayang?"
"Baik Ma, Mama sendiri apa kabar?"
"Baik." Setelah saling sapa Dinda, mengajak mertuanya itu duduk di sofa. Arumi, mertuanya terus memperhatikan penampilan Dinda, dari atas ke bawah yang sangat kucel dan dekil.
"Dinda, kamu tidak pernah dandan? Apa kamu tidak pernah membeli baju? Dekil dan lusuh. Jangan mentang sudah punya suami tidak merawat diri." Arumi sedikit mencibir. Dinda yang kesal pun menimpali.
"Setelah menikah aku lebih mementingkan untuk Syena, dan keperluan lainnya. Apa lagi sekarang Mas Rey, harus bayar cicilan mobil dan juga bayar cicilan rumah." Arumi, mengernyitkan keningnya.
"Kalian beli rumah lagi?" tanya Arumi, heran karena Rey, harus membayar cicilan rumah.
"Bukannya sertifikat rumah Mama gadaikan? Jadi sekarang Mas Rey, harus membayar cicilannya. Dinda, harap Mama, bantuin Mas Rey, untuk tebus kembali sertifikat itu." Arumi, terhenyak matanya membulat sempurna ketika mendengar ucapan Dinda, tadi.
"Ngapain Mama, gadaikan sertifikat rumah kalian, untuk apa?"
"Tapi Rey, yang bilang Ma."
"Sekarang kamu cari sertifikat rumah itu. Kalau ternyata ada berarti Rey, berbohong. Mama pulang dulu, datang kesini hanya untuk lihat Syena, saja." Arumi, berlalu pergi meninggalkan Dinda, yang termangu.
****
Dinda, duduk termenung memikirkan perkataan Arumi, tadi. Keadaan rumah berantakan, Syena yang menangis di biarkan. Tatapan matanya begitu kosong satu tangannya menggenggam erat sebuah surat sertifikat, satu tangannya lagi mengepal dengan kuat apa lagi bola matanya yang mulai berembun saat ini.
Malam sudah menunjukan pukul 23.00 Rey, belum juga kembali. Bahkan ucapan unniversary saja tidak dia ucapkan. Dinda, sudah sangat kesal dan menahan amarah nya yang akan meledak.
Suara pintu terbuka, Rey, yang baru pulang di kejutkan dengan keberadaan Dinda, yang duduk di ruang tamu.
"Sayang kamu belum tidur?" tanya Rey, yang berjalan mendekati Dinda. Bukannya jawaban yang di dapat Rey, malah mendapat tatapan tajam dari Dinda, seraya melempar sebuah surat padanya.
"Katakan! Cicilan rumah siapa yang kamu bayar?" Rey, mengambil surat sertifikat itu, wajahnya terlihat gugup, tubuhnya mulai gemetar.
"Katakan Rey! Apa untuk wanita itu kau membelikan rumah untuknya?"
"Apa maksudmu sayang aku tidak mengerti."
"Seharusnya aku bertanya apa maksudnya ini." Dinda, menunjukan gawai miliknya yang memperlihatkan sebuah foto Rey, yang tengah bersama wanita lain. Yang membuat dadanya sesak adalah Rey, memberikan kalung yang ia temukan pada wanita itu.
Dinda, mencoba melupakan masalahnya dan tidak ingin memikirkan ucapan mertuanya tentang sertifikat itu. Yang Dinda, inginkan hanyalah malam unniversarinya berjalan lancar. Dinda, sudah menyiapkan makan malam dan hadiah untuk Rey, tiba-tiba satu pesan whatsapp dari Karin, mengejutkannya.
Rey, sedang bersama wanita lain dengan memberikan sebuah kalung pada wanita itu. Di sebuah resto ternama. Yang membuatnya sesak adalah beraninya Rey, berduaan dengan wanita lain saat di hari
unniversarinya.
"Dari mana kamu dapat foto itu?" Bodohnya Rey, malah bertanya seperti itu. Membuat amarah Dinda, semakin memuncak.
Prang,
Mata Rey, membulat sempurna kala perabotan rumah melayang di udara. Rey, mencoba menghindar saat Dinda, melempar barang-barang itu ke arahnya. Tidak peduli rusak atau pun pecah yang Dinda pedulikan saat ini adalah hatinya yang sudah hancur karena pengkhianatan suaminya.
"Dinda, stop. Aku bisa jelaskan Dinda."
"Jadi selama ini kamu selingkuh! Kamu tidak pernah memikirkanku sama sekali. Kamu berikan ku uang 5 juta, kamu bilang untuk mencicil sertifikat rumah yang di gadaikan tapi nyatanya kamu berikan uangmu itu pada wanita itu."
"Dinda sabar Dinda."
"Sabar! Kamu bilang sabar! Apa belum cukup selama ini aku bersabar Rey. Aku meninggalkan karirku, duniaku, demi dirimu juga Syena, tidak peduli bajuku yang kucel, wajahku yang lusuh aku tak pernah peduli, yang ku pedulikan hanyalah kamu tapi apa yang kamu lakukan!" Dinda, meluapkan semua amarah dan emosinya.
"Aku meminjam uang pada tetangga demi membeli susu Syena, tapi kamu malah memberikan uang itu untuk wanita lain. Dan hari ini tepat dua tahun pernikahan kita kamu malah berduaan dengan wanita itu, dan memberikanya sebuah kalung. Kamu rela memberikan barang mewah pada wanita itu sedangkan aku … meminta uang 200 ribu saja kamu tidak berikan."
"Sayang sudah jangan marah-marah kalau kamu mau kalung nanti aku belikan." Mata Dinda, membulat sempurna. Bisa-bisanya Rey, mengatakan hal itu. Berpikir jika Dinda, marah hanya karena sebuah kalung, benar-benar Rey, bukan suami peka sama sekali tidak menyadari kesalahannya.
"Dasar suami tak berguna tidak peka!" Bentak Dinda, yang berlalu pergi meninggalkan Rey.
Brukk,
Rey, terhenyak saat Dinda, membanting pintu kamarnya dengan keras. Rey, seperti orang linglung yang hanya bisa diam sambil melirik kesana kemari. Pelan-pelan Rey, memungut barang-barang yang berserakan di bawah lantai.
****
Tangisan Syena, membangunkan tidur Rey. Rey, mengedarkan pandangan keadaan rumah masih tetap sama kacau dan berantakan. Rey, terbangun merubah posisi tubuhnya menjadi duduk.
Brukk,
Suara pintu kembali mengejutkannya. Rey, terbelalak saat melihat Dinda, keluar dari kamar. Menyeret sebuah koper, dan menggendong Syena.
"Dinda! Dinda, sayang kamu mau kemana?" Rey, berlari menghampiri Dinda, dan mencoba menahan kepergian Dinda, yang membawa kopernya.
"Dinda, kamu mau kemana bawa koper segala?"
Dinda hanya melirik Rey, tajam.
"Aku akan pergi."
"Pergi, pergi kemana? Dinda, masalah semalam bisa kita bicarakan kamu tidak perlu pergi seperti ini." Rey, terus menahan Dinda, agar tidak pergi. Dinda, pun merasa muak dan marah.
"Cukup Rey!" Bentak Dinda, yang masih tersulut emosi.
"Aku minta cerai."
Deg, ucapan Dinda, mampu menyesakan hati Rey. Rey, diam termangu matanya membulat sempurna. Tidak terpikirkan oleh Rey, jika Dinda, akan meminta cerai darinya.
"Dinda, kamu bilang cerai! Apa kamu tidak memikirkan Syena."
"Apa selama ini kamu memikirkan Syena? Tidak, kan." Dinda menimpali. "Saat Syena, kehabisan susu saja kamu tidak peduli, saat Syena sakit apa kamu peduli? Jadi jangan pernah membawa-bawa Syena."
"Oke, Dinda, aku salah aku minta maaf. Kita masih bisa membicarakan ini baik-baik tanpa harus bercerai."
"Aku tidak mau punya suami yang tak berguna sepertimu."
"Apa! Suami tak berguna kamu bilang. Selama ini kamu menganggap aku tak berguna."
"Ya! Karena semua waktu, uang, kamu gunakan untuk wanita itu bukan untuku juga Syena." skak Dinda.
Kalung berlian itu masih terlintas di benaknya. Bisa di bayangkan betapa bahagianya Dinda, saat itu yang sudah penuh harap jika Rey, akan memberikan kalung itu untuknya. Namun, pemandangan yang menyayat hati, membuatnya terluka, membuat nafasnya begitu sesak. Saat melihat Rey, memberikan kalung itu untuk wanita lain.
...****...
Jangan lupa tinggalkan like, dan komentarnya ya. Berikan votenya juga hadiah dan bintangnya. Mohon dukungannya.
Salam author
Dini_Ra❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Sosana Mandiangan
sebagai seorang suami seharusnya dia peka terhadap kehidupan kel kecilnya bukan sibuk dgn wanita sinpanannya
2023-07-10
0
Neni Sumarni
pergi aja tinggalin dunia TDK selebar daun kelor.....maju kedepan dunia masih terbentang luas...masih byk laki laki diluar yg lebih dr segalanya👍
2023-03-20
1
TK
bunga untuk semangat Thor ✍️
2022-10-11
1