Perdebatan sengit terus terjadi antara Dinda, dan Rey. Bukan karena tidak sayang pada Syena, namun luka di hatinya tidak bisa terobati lagi. Melihat Rey, bersama wanita lain membuat kata cerai lolos begitu saja dari mulutnya.
Perlakuan Rey, yang selama ini acuh padanya. Tidak peduli dan tidak perhatian membuat Dinda, lelah dan tidak bisa lagi bertahan hidup dengan suaminya yang tak berguna itu.
Dinda, hanya bisa menangis meratapi nasibnya. Pernikahannya yang kandas karena orang ketiga. Dinda, terus memeluk Syena, putri semata wayangnya yang masih berumur 1 tahun.
Sedangkan Rey, dia merasa hampa tanpa Syena, dan Dinda. Setiap hari Rey, akan selalu mendengar tangisan Syena, ocehan Dinda, perhatian, dan perlakuan Dinda, yang romantis kepadanya. Rey, pun berpikir jika dia harus mempertahankan Dinda.
"Aku harus cari cara agar perceraian itu tidak terjadi. Dan Dinda, kembali padaku."
Rey, sangat egois memang egois. Tidak peka, dan tidak pernah menyadari kesalahannya. Setelah Dinda, pergi pun Rey, masih sama tidak pernah menyadari apa yang sudah di lakukannya.
****
"Kamu yakin Dinda, akan bercerai?" tanya Karin, yang saat ini sedang mendengarkan curhatan hati sahabatnya itu.
"Ya, aku yakin dengan keputusanku Karin. Aku sudah tidak kuat jika harus hidup dengannya lagi."
"Lalu bagaimana dengan Syena?"
"Aku titipkan Syena, pada ibuku. Karin, mulai hari ini aku akan kembali seperti dulu, aku akan kembali bekerja, aku sudah bosan dengan hidupku yang membosankan ini."
"Aku, akan mendukung apa pun keputusanmu. Apa kamu sudah punya tujuan dimana kamu akan bekerja?"
"Aku akan kembali ke perusahaan tempat kerja dulu. Aku dengar sekretaris CEO sedang cuti jadi aku akan melamar menjadi sekretaris CEO lagi."
Setelah pergi dari rumah Rey, Dinda, dan Syena, tinggal bersama ibunya. Saat ini Dinda, sudah kembali bekerja di tempatnya yang dulu yang menjabat sebagai sekretaris CEO. Penampilannya pun sudah berubah tidak lagi kucel, lusuh, dan dekil. Penampilannya kembali modis dan cantik seperti saat dimana ia di kagumi banyak pria termasuk Rey.
"Bu, Dinda, pergi dulu ya. Dinda, titip Syena."
Dinda, pun berlalu pergi meninggalkan rumahnya. Dinda, menaiki taksi menuju tempatnya bekerja, saat dirinya turun dan tiba di perusahaan tiba-tiba sebuah tangan menariknya kuat.
"Rey! Lepaskan," teriak Dinda, saat tangannya di cengkram kuat oleh Rey. Bukannya melepaskan Rey, malah membawa Dinda, dan menyeretnya kasar tidak peduli Dinda, merasakan sakit atau tidak.
"Apa ini!" tukas Rey, yang melempar sebuah amplop coklat yang berisi surat panggilan cerai dari pengadilan agama. Rey, yang tidak terima sangat marah karena surat itu.
"Kenapa? Apa kamu lupa jika kita akan bercerai." Kata Dinda, seraya melepaskan cengkraman tangan Rey. Dinda, tidak main-main dengan perkataannya yang benar-benar ingin meminta cerai pada Rey. Dinda, pun sudah mengajukannya pada pihak pengadilan.
Rey, terlihat sangat marah dan tidak terima. Apalagi saat melihat penampilan Dinda, yang berubah. Lebih cantik, modis, seperti saat pertama Rey, jatuh cinta padanya. Rey, menyesal dan tidak akan membiarkan Dinda, pergi dari hidupnya.
"Apa karena ini kamu ingin bercerai denganku? Kamu ingin bekerja, baiklah aku izinkan kamu bekerja, mulai sekarang aku akan izinkan apa pun yang kamu mau, tapi tidak dengan cerai." Tegas Rey.
Dinda, tersenyum sinis, bukannya menenangkan hatinya ucapan Rey, semakin membuat hatinya terluka. Rey, hanya bisa berkata tanpa memikirkan perasaan Dinda. Sama sekali tidak pernah berubah dan menyadari kesalahannya.
"Kita bertemu di pengadilan nanti. Aku sudah tidak ingin berdebat denganmu lagi Rey." Dinda, pergi begitu saja meninggalkan Rey, yang diam termangu.
Awalnya Dinda, sangat berharap jika Rey, mengejarnya dan menghentikan kata cerai itu. Namun, perkataan Rey, yang sama sekali tidak peka membuat Dinda, semakin yakin dengan keputusannya. Tanpa terasa bulir air mata jatuh begitu saja membasahi pipinya.
"Dinda, lihat saja nanti aku akan pastikan kamu meminta maaf dan mencabut gugatan cerainya," ucap Rey, yang masih menatap kepergian Dinda.
****
Dinda, berlari pergi, saat mengetahui Syena, di bawa oleh Rey. Rasa panik, gelisah, sedih, berkecamuk dalam benaknya. Bisa-bisanya Rey, membawa Syena, tanpa izin darinya.
Rey, memang berhak atas Syena, karena dia adalah ayahnya tapi mengingat perlakuan Rey, selama ini membuat Dinda, tak rela jika Syena, di bawa pergi oleh Rey.
"Pak, tolong lebih cepat lagi," titah Dinda, pada seorang supir taksi yang membawanya kini. Dinda, akan pergi menuju rumah Rey, untuk menjemput Syena.
Berulangkali Dinda, menekan tombol call pada layar gawainya, yang terus mencoba menghubungi Rey, namun tidak ada jawaban. Dinda, begitu kesal juga panik ingin rasanya ia mencabik-cabik wajah Rey, saat ini.
Brakk,
Sesampainya di rumah Rey, Dinda, menerobos masuk begitu saja. Membuka pintu dengan keras tidak peduli apa suaranya mengganggu penghuni rumah atau tidak. Dinda, berteriak memanggil nama Syena, mencarinya di setiap ruangan terutama kamar Syena.
"Syena! Syena! Dimana Syena!"
"Sudahku pastikan kamu akan datang Dinda."
Dinda, langsung membalikan tubuhnya, menghadap seorang pria yang selama ini membuat hatinya kacau. Rey, diam berdiri di depan pintu kamar Syena, berbicara begitu santai. Tapi tidak dengan Dinda, yang menatapnya penuh amarah.
"Dimana Syena? Kembalikan dia padaku," ucap Dinda, dingin.
"Kenapa kamu begitu panik hah! Syena, bersama papanya kenapa kamu begitu ketakutan!"
"Aku bilang dimana Syena, berikan Syena padaku!" Dinda, meninggikan intonasi suaranya. Amarahnya kini sudah tidak bisa terkendali.
Rey, mendekati Dinda, perlahan dengan sorot mata elangnya. Lalu tatapan Rey, berubah tajam. "Jika kamu bersikeukeuh untuk bercerai jangan harap kamu akan bertemu dengan Syena, lagi." Ancaman Rey, membuat nafas Dinda, terasa sesak.
"Kamu mengancamku! Ck." Dinda, berdecak. "Kamu pikir aku takut dengan ancamanmu. Sampai kapan pun aku tidak akan pernah mencabut gugatan ceraiku." Dinda, membalas tatapan tajam itu.
Dinda, tidak ingin lagi menjadi wanita lemah, sudah cukup dirinya menderita, menangis, setiap hari memikirkan bagaimana hidupnya esok, bagaimana cara mengatur uang, bagaimana cara meminjam uang, bagaimana cara membeli susu Syena.
Sebagai seorang istri Dinda, mengerti jikalau memang Rey, sebagai suami tidak cukup memiliki uang untuk beberapa keperluan, sebagai istri Dinda, mengerti akan hal itu. Tetapi jika seorang suami menghabiskan uang demi wanita lain, Dinda, tidak bisa menerimanya.
"Dimana Syena! Kamu sembunyikan dimana Syena!"
"Sudahku bilang kamu tidak akan bisa bertemu dengan Syena, lagi."
"Rey, kamu bisa memisahkan Seyna, denganku. Aku ibunya."
"Dan aku ayahnya." teriak Rey, yang langsung mendorong tubuh Dinda, ke dinding. Menghimpitnya dan mengukungnya. Rey, mendaratkan bibirnya kasar menciumi Dinda, dengan paksa. Dinda terus meronta namun tangan Rey lebih kuat.
Plak,
Penuh emosi, akhirnya Dinda, layangkan sebuah tamparan pada Rey.
"Aku masih suamimu aku berhak melakukannya!" Rey, meninggikan intonasi suaranya.
"Suami, suami kamu bilang! Apa ini perlakuan suami pada seorang istri!" Dinda, tak kalah meninggikan suaranya.
"Apa aku wanita penghibur! Yang di perlakukan kasar seperti itu! Aku istrimu dan aku lebih tahu tentang kewajibanku, kamu bisa memintanya dengan lembut, tanpa harus memaksa atau bersikap kasar padaku!" ucap Dinda, dengan nada tinggi.
"Sekarang kamu tahu, kan apa alasanku ingin bercerai denganmu. Perlakuanmu tadi itulah salah satunya."
"Dan perlu kamu ingat aku tidak takut dengan ancamanmu. Aku, akan kembali dan mengambil Syena. Ingat itu." Dinda, pun melangkah pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Nuningsih Aliyani
wah Dinda keren ga lemah suka karakter cewe gini ga mudah d ancam...
2022-10-14
1
Sri Mulyati
Semangat 💪💪💪 Dinda.
hempaskan Rey dan rebut syena kembali.
Semangat 💪💪💪 juga up nya Thorrr 😘😘😘😘😘😘😘😘😘
2022-07-21
0