Rey, menjadikan Syena sebagai ancaman untuk menjerat Dinda, agar Dinda, tidak bisa meminta cerai darinya. Apa lagi saat melihat penampilan Dinda, seperti dulu. Cantik, modis, dan fashinable Rey, takut jika Dinda, kembali di kagumi banyak pria.
Karena dulu, Rey, butuh perjuangan untuk mendapatkan cinta Dinda, hingga akhirnya Dinda, menaruh hati untuknya dan memilih menikah dengannya. Namun, setelah menikah Rey, tetaplah Rey, yang tak bisa mengendalikan hatinya jika melihat wanita lain.
Dan bisa-bisanya Rey, tergoda oleh wanita yang menjabat sebagai asistennya. Mengingat penampilan Dinda di rumah yang sama sekali bebeda lebih sederhana, dan jarang mempercantik diri.
Bukan tanpa alasan, Dinda, melakukannya di karena, kan setelah menikah Rey, lebih membatasi keuangan. Yang hanya memberikan 25 persen dari gajihnya untuk Dinda.
Di kantor Rey, bertemu dengan seorang wanita yang cukup cantik karena di bandingkan dengan Dinda, lebih cantik Dinda. Wanita itu bernama Velove, yang memang sengaja mendekati Rey, menggoda Rey, hingga akhirnya Rey, pun jatuh hati dan terperangkap cinta terlarang.
Hari ke hari tanpa sadar Rey, sudah menjalani hubungan terlarang dengan Velove, menghabiskan waktu bersama sehingga tidak ada waktu untuk istri dan anaknya. Royal terhadap Velove, yang membelikannya barang-barang mewah namun pelit pada istri yang membatasi keuangan.
"Untuk apa kalian bercerai?" tanya Arumi, yang sudah tahu kabar tentang rumah tangga Rey, dan Dinda.
Rey, menitipkan Syena, pada Arumi. Saat Arumi, mengantarkan Syena, pulang Arumi, tak sengaja mendengar perdebatan Dinda, dan Rey, kata cerai terdengar begitu jelas di telinganya. Arumi, sebagai seorang ibu tidak tinggal diam, dia tidak ingin rumah tangga anaknya hancur.
Arumi, pun mencoba mererai pertengkaran itu dan berbicara pada anak dan menantunya. Kini Rey, dan Dinda, sedang berhadapan dengan Arumi.
"Apa kalian tidak memikirkan Syena! Jangan hanya memikirkan ego kalian, pikirkanlah Syena, dia masih kecil masih butuh kasih sayang dan perhatian kalian." Arumi, menceramahi
"Bukan aku Ma, tapi Dinda, yang minta," ujar Rey, yang menimpali.
"Kamu juga Rey, jika Dinda, meminta cerai pasti ada alasan dan sebabnya!" sanggah Arumi, yang menatap Rey, kesal.
"Setelah menikah hidup kalian tidak akan berjalan mulus, akan ada krikil-krikil kecil yang menjadi hambatan. Jika setiap masalah hanya di selesaikan dengan perceraian tidak akan ada satu pun rumah tangga yang utuh hingga sekarang."
"Aku sudah mencoba menghentikan Dinda, Ma tapi dia tetap keukeuh."
"Dengan cara apa kamu menghentikannya?" Rey, gelagapan mendapat pertanyaan dari Arumi. Lidahnya terasa kaku tak mampu berkata.
"Rey, dalam pernikahan itu harus ada kejujuran. Jangan penuh kebohongan. Apa maksudmu, membohongi Dinda, tentang sertifikat itu? Apa selama ini kamu membatasi keuangan istrimu. Kamu gunakan untuk apa uangmu itu!"
"Untuk wanita lain Ma." Mata Rey, membulat sempurna saat Dinda, mengatakan jika dirinya memberikan uangnya untuk wanita lain.
"Apa benar yang Dinda, ucapkan!" Arumi, kembali bertanya pada Rey. Namun, Rey, hanya bisa diam juga mengelak.
"Tidak Ma, Dinda salah paham."
"Bisa-bisanya kamu bilang salah paham Rey. Setelah apa yang sudah aku lihat" batin Dinda, yang menatap Roy, tajam.
"Dinda, apa yang kamu lihat di foto itu tidak benar. Seharusnya kamu dengarkan dulu penjelasanku. Kalung itu bukan aku yang membelinya, kalung itu sengaja dia beli untuk ibunya, dan aku hanya menunjukannya saat itu."
"Untuk apa kamu menyimpannya?" Dinda, menimpali.
"Ka-karena tertinggal di kantorku. Dan saat itu aku membawanya untuk di tunjukan padanya besok." Rey, terus mengelak berbagai alasan dia lontarkan berharap Dinda, percaya padanya.
"Dinda, pikirkanlah baik-baik keputusanmu itu. Lihatlah Syena, ia yang akan sangat sedih jika Mama dan Papanya berpisah. Apa kamu tidak sayang pada putrimu. Berikanlah kesempatan untuk Rey, bicaralah baik-baik, dan selesaikan masalah kalian tanpa adanya perceraian."
Dinda, tertegun memikirkan setiap perkataan Arumi. Matanya menatap sendu pada Syena, yang duduk di pangkuan Arumi. Jika memikirkan egonya Dinda, memang sangat egois tapi jika mengingat perlakuan Rey, amatlah sakit.
"Dinda, maafkan aku. Aku tahu aku salah, bisakah kamu memberikanku kesempatan kedua. Demi Syena, janganlah berpisah." Rey, memohon seraya memelas. Mengakui kesalahannya dan tidak akan mengulanginya.
Dinda, kembali menatap Syena. Jika bukan karena Syena, mungkin hatinya sudah tidak bisa menerima Rey, kembali. Demi Syena, Dinda, mengalah menurunkan egonya. Dinda, pun memberikan kesempatan kedua untuk Rey. Arumi sangat senang, karena akhirnya rumah tangga anaknya masih bisa di pertahankan.
...****...
Di pagi hari, Dinda, melihat Rey membersihkan rumah, memasak, menyiapkan sarapan bahkan menjaga Syena, memangkunya tanpa dia turunkan.
Dinda, merasa aneh dengan sikap Rey, yang mulai berubah namun Dinda, mencoba berpikir positif mungkin Rey, sudah berubah. Mulai sekarang Dinda, tidak akan lelah lagi mengurus Syena, dan sibuk sendiri di dapur. Setidaknya Rey, mau membantunya.
"Sayang, kamu sudah bangun? Ayo kita sarapan dulu aku sudah menyiapkannya untukmu." Dengan lembut Rey, menuntun tangan Dinda, untuk duduk di kursi yang sudah ia sediakan.
"Rey, siapa yang akan menjaga Syena, Aku baru saja bekerja. Aku tidak mungkin berhenti."
"Tidak apa-apa sayang. Syena, kita titipkan pada mama. Sebelum kita berangkat kita antarkan Syena, dulu lalu aku antarkan kamu. Jadi kamu tidak perlu naik taksi lagi." Rey, berbicara begitu lembut seraya mengelus lembut tangan Dinda, tidak seperti biasanya. Sekarang Rey, lebih mengerti dan perhatian pada Dinda.
"Iya, sayang makasih ya, kamu sudah mengerti," ucap Dinda,
"Sama-sama sayang. Jangan pernah katakan pisah lagi ya!" Dinda, pun mengangguk lalu tersenyum. Mungkin memaafkan Rey, yang terbaik untuk Syena juga dirinya.
****
"Sayang, jangan lupa makan siang ya. Nanti pulang aku jemput," ucap Rey, saat sampai di depan sebuah perusahaan tempat Dinda, bekerja.
"Iya, sayang. Aku masuk dulu kamu hati-hati di jalan ya."
Rey, pun melajukan mobilnya meningalkan Dinda, yang masih diam terpaku melihat kepergiannya. Rey, sangat senang akhirnya rumah tangganya dapat di pertahankan. Dan Dinda, kembali lagi padanya.
Sesampai di perusahaan Rey, langsung menuju ruangannya saat membuka pintu Rey, di kejutkan oleh Velove, yang memberikannya sebuah kejutan.
"Suprise!" ujar Velove antusias, seraya menunjukan sebuket bunga. Rey, yang terkejut langsung menutup pintu sebelum ada orang yang melihatnya.
"Apa yang kamu lakukan!"
"Kejutan," jawab Velove santai. "Karena kamu kemarin memberikanku kalung, aku juga punya hadiah untukmu." Velove, memberikan sebuah kado pada Rey, bibirnya terus tersenyum berharap Rey, segera membukanya.
"Tapi, jangan di kantor."
"Kenapa? Tidak ada yang melihat kita. Ayo bukalah." Rey, pun membuka kadonya sebuah arloji berwarna hitam dengan tali hitam dengan desain simple.
"Kamu tidak suka ya!" Velove, mengerucutkan bibirnya, karena melihat ekspresi Rey, yang tidak begitu senang.
"Aku menyukainya. Ini sangat bagus kau membelinya untukku, terima kasih."
"Tadinya aku sudah memilih arloji yang lebih bagus. Tapi sayangnya, wanita itu merebutnya dariku."
"Wanita siapa?" tanya Rey.
"Bukan siapa-siapa. Saat aku membeli arloji ini ada seorang wanita yang membelinya juga."
Velove, hampir saja mendapatkan arloji yang lagi hits dan branded saat ini untuk ia berikan pada Rey, hanya saja saat itu Dinda, segera lebih dulu mengambil jam tangan itu untuk hadiah unniversari nya. Terpaksa Velove, membeli arloji yang lain.
"Ini sudah sangat bagus kok, aku menyukainya jangan di sesali."
"Benarkah!" Velove, mendadak ceria. "Sebenarnya aku sudah lama membeli jam itu tapi … aku ragu memberikannya padamu. Karena kemarin kamu memberikanku kalung, jadi aku berikan ini saja padamu dan berharap kamu menyukainya."
"Suka, sangat suka," ujar Rey, yang mengulum senyum.
****
Seperti janjinya Rey, menjemput Dinda, saat pulang. Bibirnya tersenyum saat melihat wajah cantik istrinya yang muncul dari arah lobby. Rey, segera membuka pintu saat Dinda, berjalan ke arah mobilnya.
Setelah Dinda, masuk Rey, menutup kembali pintu itu lalu masuk dan duduk di bagian kemudi. "Sudah siap sayang, kita jemput Syena, sekarang."
"Rey," panggil Dinda, menghentikan kakinya yang akan menginjak pedal gas.
"Ada apa sayang?" tanya Rey, namun Dinda, tidak menjawab hanya memberikan sebuah kado padanya.
"Aku membelinya untuk hadiah unniversary kita. Aku tak sempat memberikannya padamu," ucap Dinda.
Rey, pun membuka kado itu dan cukup terkejut melihat isi dalam kado yang ternyata sebuah arloji namun lebih bagus dari pembelian Velove.
"Apa kamu tidak menyukainya?" tanya Dinda, yang melihat ekspresi tegang yang di tunjukan Rey.
"A-aku sangat menyukainya sangat suka," jawab Rey, yang terpaksa tersenyum.
"Kalau begitu biar aku pakaikan."
"Jangan!" teriak Rey, membuat Dinda, terkejut.
"Maksudku jangan di tangan kiri, tangan kanan saja." Rey, memberikan tangan kanannya, karena di tangan kirinya sudah terpasang arloji dari Velove.
...----------------...
Aduh Rey, bisa cerai beneran kalau ketahuan
Terima kasih yang sudah mampir jangan lupa like dan komentarnya 🥰 Jangan lupa favorit oke.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Sri Mulyati
Kayak nya Ndak cuma cerai tapi juga sudah Ndak waras, masak pakai Arloji di tangan kiri dan tangan kanan, Rey memang minta di bejek bejek.
Semangat 💪💪💪 juga up nya Thorrr 😘😘😘😘😘😘😘😘😘
2022-07-21
0
Semet Tipis
Ini si rey mau berubah atau gimana sih masih aja mau sama si volume 😂😂
Lanjut dan semangat💪💪 terus buat updatenya thor😊😊
2022-07-19
0
A R
enaknya ray diapain ya, lgsg diksh racun msh terlalu bagus 👿👿👿
2022-07-16
2