"Vikram, apa kamu tidak bosan terus bermain game?"
"Ini hanya sebentar, menghilangkan stres."
"Apa kamu tidak ada keinginan untuk bekerja?" Vikram, menghentikan permainannya lalu menatap ke arah Karin. Begitulah kehidupan Karin, mereka akan bertengkar jika membicarakan masalah pekerjaan.
"Aku selama ini bekerja Karin, hanya saja aku selalu terkena tipu."
"Tipu judi maksudmu? Tidak bisakah kamu menjadi suami yang sedikit berguna!" Karin, terlihat emosi dan marah sedangkan Vikram, menanggapinya dengan santai.
"Kenapa kamu membahas itu?" Pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Vikram. Jika seorang suami yang tanggung jawab tidak mungkin mengatakan hal itu pada istrinya.
"Kenapa kamu bilang! Lihatlah berapa banyak uang yang kamu keluarkan untuk judi! Kamu pikir mencari uang itu gampang!" Karin, berbicara dengan nada tinggi seraya menunjukan tagihan tabungan rekeningnya.
"Sayang, aku sudah berusaha tapi … ya … itu, gagal! Tapi kamu jangan khawatir besok aku akan bermain dengan pintar aku akan mendapatkan satu miliyar, aku akan mendapatkan uang yang banyak untukmu."
"Kamu habiskan uang ratusan juta hanya untuk berjudi, yang ada kamu menghabiskan uangku bukan menambah uangku!"
"Karin, justru itulah cara gampang mencari uang. Kita tidak perlu susah- susah untuk mendapatkan uang."
"Dari pada kamu bermain judi lebih baik kamu cari pekerjaan atau gunakan uang itu untuk membuka usaha bukan judi."
"Kenapa jadi membahas ini sih! Dari awal menikah kamu tidak keberatan. Kamu bilang padaku saat itu jika kamu tidak peduli aku bekerja atau tidak! Sekarang kamu malah mengeluh."
"Satu tahun! Satu tahun kita menikah Vikram, tapi kamu tidak pernah berpikir sedikit pun, untuk bekerja atau menafkahiku. Oke! Mungkin sebelum menikah aku mengatakan hal itu karena aku pikir setelah menikah kamu akan berubah."
"Oke! Sekarang mau mu apa?"
"Berhenti berjudi."
Karin, memang tidak pernah menuntut apa pun dari Vikram. Tidak peduli Vikram, bekerja atau tidak yang penting Vikram, setia. Karin, begitu mencintai Vikram, walau pernikahannya sempat di tentang kedua orangtuanya karena Vikram hanyalah seorang pengangguran dan terlahir dari keluarga biasa saja.
Sedangkan Karin, dia seorang CEO perusahaan yang kehidupannya jauh lebih baik dari Vikram. Namun, Karin tidak pernah mengeluh tentang Vikram, bahkan dirinya selalu mencukupi kebutuhan Vikram, apa pun yang Vikram, pinta akan Karin, berikan.
Hanya saja sekarang ini Vikram, kecanduan judi. Lama-lama Karin, kesal dan bosan karena Vikram, selalu saja menghabiskan uangnya untuk itu.
"Berhentilah berjudi, aku tidak akan mempermasalahkan uangku mau kamu gunakan untuk apa, tapi … jika uang itu kamu gunakan untuk judi, aku tidak akan lagi memberikanmu uang."
Vikram, tertegun dia hanya bisa menggigit bawah bibirnya. Ucapan Karin, adalah ancaman baginya, karena selama ini dia tidak memiliki uang hanya dari istrinya itu.
Bagi kebanyakan lelaki Vikram, salah satu lelaki yang beruntung. Karena, memiliki istri seperti Karin, tanpa menuntut hak kewajibannya sebagai seorang suami yaitu nafkah.
Vikram, pun berpikir sejenak. Judi adalah hobinya sedangkan Karin, adalah sumber mata uangnya. Jika Karin, menutup, atau memblokir kartu debitnya sudah pasti Vikram, tidak akan bisa melakukan apa pun.
"Baiklah, aku tidak akan melakukan itu lagi," ucap Vikram, setelah lama berpikir.
"Janji?"
"Ya, janji. Tapi … aku tidak bisa mengembalikan uang yang sudah ku pakai sebelumnya."
"Aku tidak mempermasalahlannya. Yang pasti kamu menepati janjimu."
"Terima kasih sayang." Vikram, pun memeluk Karin, dia benar-benar beruntung.
"Sudahlah, yang penting aku berjanji dulu biar kartu debitku aman." batin Vikram, dalam hati.
****
Dinda, datang kerumah Arumi, untuk membawa Syena. Arumi, di kejutkan dengan kedatangan Dinda, yang membawa kopernya mengingat hal yang terjadi sebelumnya Arumi pun berpikir jika Dinda, dan Rey, kembali bersitegang.
"Dinda, apa yang terjadi kenapa kamu membawa kopermu?"
"Dinda, kesini hanya menjemput Syena."
"Dinda, katakan! Apa kalian bertengkar? Ada masalah apa lagi apa yang Rey, lakukan."
"Mama tanya saja pada Rey." Dinda, pun pergi membawa Syena, pulang ke rumah orangtuanya.
Dinda, terus memeluk Syena, saat berada di dalam taksi. Dinda masih memikirkan perkataan Velove, yang memang bermain gila dengan suaminya. Dan Dinda, merasa jijik mengingat hal itu.
Di rumah Rey, meluapkan emosi dan amarahnya hingga membuat seisi rumah berantakan.
"Kamu tidak akan bisa pergi dariku Dinda." Rey, bergumam seraya mengepalkan tangannya. Entah apa yang akan Rey, lakukan saat ini, entah ancaman apalagi yang akan Rey, berikan.
Di saat pikirannya sedang pusing tiba-tiba Velove mengirimkannya pesan. Yang semakin membuatnya frustasi. Rey, terjebak dalam cinta yang rumit. Tidak ingin kehilangan Dinda, juga tidak bisa memutuskan Velove. Karena, Velove, berhasil mengancamnya.
Boneka Bear: [Jangan pernah berpikir untuk meninggalkanku Rey. Ingat! Kamu sudah merampas kesucianku jika kamu meninggalkanku akan ku pastikan kamu menyesal. Keluargamu dan kariermu akan hancur.]
Satu pesan dari Velove, membuatnya stres. Bagaimana bisa mempertahankan Dinda, jika Velove, terus menuntutnya. Sedangkan Dinda, tetap meminta cerai darinya.
****
Keesokan paginya Dinda, harus kembali bekerja walau pikirannya sedang kacau Dinda, tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Dan terpaksa harus menitipkan Syena, pada ibunya.
Dinda, merasa sedih Syena, yang masih belia harus di hadapi masalah yang rumit. Harus memilih antara ayah atau ibunya namun Dinda, tidak akan pernah membiarkan Rey, mengambil Syena.
"Sayang, maafkan mama ya! Mama tidak bisa mempertahankan hubungan dengan papa, jika kamu besar nanti kamu akan mengerti sayang kenapa mama melakukan ini. Karena Mama sayang sama kamu Syena," Dinda terus memeluk Syena, seakan berat meninggalkan putri kecilnya.
"Dinda, apa lagi yang terjadi? Bertengkar lagi?" tanya Asih ibu Dinda.
"Jika piring yang sudah pecah tidak bisa di perbaiki begitu juga dengan pernikahanku Bu," jawab Dinda.
"Tidak bisakah di selesaikan dengan baik? Perceraian bukanlah akhir dari masalah, kamu yang memutuskan untuk menikah jadi kamu harus mempertahankan pernikahanmu." Asih, mencoba mengingatkan.
"Jika perceraian bukan akhir dari masalah lalu kenapa jalan cerai yang Ibu ambil dengan ayah?" Asih, terdiam saat Dinda, memutar balikan fakta.
Dinda, adalah korban dari perceraian orangtuanya, dari kecil Dinda, sering kali melihat Ibu dan ayahnya bersitegang bahkan ayahnya melakukan kekerasan fisik pada ibunya, Dinda melihat itu dengan jelas.
"Jangan samakan dengan Ibu Dinda."
"Tapi takdir kita sama Bu? Jika Ibu tidak bisa memaafkan ayah saat memilih wanita lain, begitu pun dengan Dinda, yang juga tidak bisa memaafkan Rey."
"Rey, selingkuh?" Asih, begitu terkejut saat tahu jika alasan Dinda, meninggalkan Rey, karena wanita lain. Begitu miris seperti kisahnya dulu.
"Dinda, harus pergi sekarang, Dinda titip Syena." Tanpa menjawab pertanyaan Asih, Dinda, berlalu pergi setelah menitipkan Syena, pada Asih. Bukan tidak ingin menjawab pertanyaan dari ibunya hanya saja, hatinya saat ini sudah lelah tidak ingin terus menerus memikirkan masalah rumah tangganya yang sedang kacau.
...----------------...
Ada saja masalah!
Jangan lupa dukungannya untukku like dan komentar setelah membaca biar semangat akunya. Siaihkan juga koin atau vouchernua untukku berikan votenya, rate, dan hadiahnya ya.
Salam sayang
Dini_ra
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Sri Mulyati
Semangat 💪💪💪 Dinda demi Syena.
Semangat 💪💪💪 juga up nya Thorrr 😘😘😘😘😘😘😘😘😘
2022-07-21
0
Semet Tipis
Namanya rumah tangga thor ada aja masalah yg datang jadi harua kuat fisik kuat hati😉😉
Lanjut dan semangat💪💪 terus buat updatenya thor😊😊
2022-07-20
1
Risky Titi sarlinda
bagus Dinda aku pada mu jangan terlalu lebay
2022-07-19
0