Rey, melihat Dinda, keluar dari rumahnya. Dinda, terlihat menaiki taksi online yang sudah di pesannya. Setelah taksi itu pergi Rey, pun mengikutinya. Rey, memacu mobilnya dengan cepat hingga menyelip beberapa kendaraan lain. Di saat jalanan sepi Rey, dengan segera memiringkan mobilnya untuk menghentikan taksi di depannya. Taksi yang di naiki Dinda.
Dinda, terkejut saat taksi yang di tumpanginya tiba-tiba berhenti membuat tubuhnya condong ke depan.Tak lama kemudian Dinda, melihat seseorang yang dia kenali Rey, yang keluar dari dalam mobil yang menghalangi jalannya.
"Keluar kamu!" Rey, menarik paksa tangan Dinda, untuk keluar dari dalam taksi.
"Lepaskan tanganmu Rey!" teriak Dinda, yang di seret keluar. Sedangkan si supir taksi bingung harus melakukan apa. Ingin menolong Dinda, namun takut dengan Rey, yang penuh amarah.
"Pergi! Cepat pergi!" titah Rey, pada si supir membuat si supir ketakutan dan langsung menancapkan gasnya memacukan mobilnya.
"Apa-apaan kamu Rey!" bentak Dinda, yang menepis tangan Rey, yang mencekalnya.
"Kamu masih istriku Dinda, dan kamu tidak bisa pergi dari rumah tanpa izin dariku."
"Oh ya! Lalu kamu pergi dengan wanita lain apa meminta izin dariku! Bahkan kamu tidur dengan wanita itu!"
"Kamu jangan asal nuduh aku Dinda. Velove, itu asistenku dan aku pergi hanya urusan pekerjaan. Walau pun kita satu vila tapi kita tidak tidur bersama."
"Asisten katamu? Asisten manajer atau asisten pemuas nafsu! Kamu pikir aku bodoh dan tidak tahu apa yang kamu lakukan! Kalian saling, peluk dan cium di depan mataku. Jika Syena, tahu dan melihat ini mungkin Syena, akan sangat malu melihat papanya yang selingkuh."
"Oke! Aku akui aku salah aku selingkuh. Tapi … seharusnya kamu berpikir kenapa aku selingkuh. Bukannya meminta cerai." Dinda, tersenyum sinis.
"Jika kamu mau berdandan sedikit saja untukku mungkin aku tidak akan tergoda wanita lain. Dan kamu selalu saja mengabaikanku, pulang kerja bukannya di sambut hangat namun malah meminta uang. Dan yang selalu kamu tanyakan itu hanya uang dan uang."
"Kamu bilang aku kurang dandan dan mempercantik diri apa kamu pernah memberiku uang untuk ke salon! Apa kamu pernah membantuku mengurus Syena! Kamu pikir jadi istri dan seorang ibu itu gampang! Hah! Katakan Rey, kapan kamu memberikanku uang untuk ke salon! Kapan kamu memberiku uang untuk berbelanja, membelikanku pakaian, tas, sepatu kapan! Jangankan semua itu meminta uang untuk beli susu Syena saja kamu tak berikan dan aku harus meminjam uang pada Karin."
"Aku meninggalkan karier dan masa depanku hanya untukmu. Kamu selalu membatasi uangku kamu tidak pernah berpikir bagaimana caranya aku mengatur uang! Bahkan kamu tidak tahu bagaimana malunya aku meminjam uang pada tetangga. Dan saat aku pinta kamu selalu bilang tidak punya padahal aku meminta uang padamu untuk kepentingan Syena putrimu Rey."
"Dan betapa perihnya hatiku saat tahu jika kamu memberikan semua uangmu untuk wanita lain." Dinda, berbicara tak kalah dengan penuh emosi. Seketika Dinda, ingat jika dirinya harus segera pergi bekerja Dinda, pun menghentikan taksi yang melaju ke arahnya.
"Dinda, aku belum selesai bicara!" Teriak Rey, menahan Dinda, yang akan pergi. Namun Dinda, malah mengabaikannya. Dan langsung menaiki taksi yang berhenti di depannya.
Argh … teriak Rey, histeris kedua tangannya ia pukulkan pada mobilnya. "Kamu tidak akan bisa pergi dariku Dinda." Imbuhnya.
****
Berbeda dengan Rey, dan Dinda, yang harus ribut di pagi hari karena masalah perceraianya. Di sisi lain Vikram, sedang merayu Karin, untuk mendapatkan uang padanya. Di tengah meja makan saat sarapan pagi Vikram, terus membujuk Karin.
"Sayang, temanku mengajak berbisnis dan aku ingin join dengannya. Kali saja bisnis ini menguntungkan."
"Bisnis apa?" tanya Karin,
"Bi-bisnis." Vikram, gelagapan.
"Sayang, jika temanmu mengajak bisnis, kamu harus tahu bisnis seperti apa? Jangan asal berinvestasi dan tidak tahu bagaimana perkembangan bisnisnya." Imbuh Karin.
"Kamu tenang saja sayang aku yakin bisnis ini menguntungkan. Hanya saja aku membutuhkan modal besar. Semakin besar kita berinvestasi semakin besar keuntungan kita."
"Kamu yakin? Vikram, saat ini banyak sekali kebohongan dan penipuan tentang bisnis. Sulit mempercayai orang walaupun itu temanmu. Jika kamu ingin bekerja kamu bisa bekerja di tempatku." Imbuh Karin.
'Ah sial, padahal aku ingin bermain judi dengan teman-teman' batin Vikram, yang kesal karena gagal meminta uang dari Karin. Semenjak kejadian kemarin Karin, tidak semudah dulu memberikan uang pada suaminya karena tidak mau kecolongan lagi dan uangnya habis untuk bermain judi.
"Kenapa kamu diam sayang!" tanya Karin yang melihat Vikram hanya terdiam.
"Tidak apa-apa sayang aku hanya memikirkan tawaranmu tadi. Jika aku kerja di perusahaan mu apa kamu tidak malu punya suami yang menjadi bawahanmu."
"Kenapa harus malu? Jika kamu memang serius untuk bekerja kamu bisa bekerja di tempatku."
"Aku yang malu sayang sebagai suami." Di saat seperti ini saja Vikram, memikirkan rasa malu saat-saat dulu kemana saja Vikram.
"Nanti kita bicarakan ini lagi. Aku harus segera pergi karena ada meeting." Karin, pun beranjak dari kursi lalu pergi meninggalkan Vikram.
Vikram, merasa jenuh dan bosan ingin pergi bersama teman-temannya namun tidak memiliki uang. Punya istri yang selalu sibuk dan pulang malam. Bahkan saat ingin melepaskan hasratnya Karin, sering lelah dan menolak. Membuat Vikram, harus melakukan karir solonya.
Di saat kebosanannya Vikram, hanya menghabiskan waktunya untuk bermain game, makan, tidur dan bermain game lagi. Jika di pikirkan Vikram, merasa bosan dan butuh yang segar-segar.
"Bosan banget gue, punya istri super sibuk dan gak memberikan gue uang. Ah, sial," rutuk Vikram. Yang berlalu pergi keluar untuk menghirup udara segar.
Pada malam hari Karin, pun pulang. Karin, merasa heran dan aneh saat melihat Vikram, yang menyiapkan makan malam tidak seperti biasanya. Padahal mereka memiliki seorang asisten rumah tangga tidak biasanya Vikram, melakukannya sendiri.
"Sayang kamu sudah pulang! Aku sudah siapkan makan malam untukmu kamu pasti lelah dan belum makan, kan!" Vikram, menarik tangan Karin, untuk duduk di kursi yang sudah di sediakan.
Vikram, hanya ingin terlihat lebih berguna di mata Karin, walau pun seorang pengangguran setidaknya dirinya masih bisa membantu istrinya walau hanya menyiapkan makan malam saja.
"Tumben, kamu masak?" tanya Karin.
"Lagi bosan, sedari pagi tidak ada yang bisa di lakukan." keluh Vikram, dengan wajah sedihnya. Membuat Karin, sedih melihatnya dan akhirnya Karin, pun menstranfer beberapa jumlah uang pada rekeningnya karena tidak tega membuat Vikram, merasa bosan dan jenuh seperti itu.
Wajah Vikram, mendadak ceria saat mendapat notifikasi dari M-bankingnya. Sekitar 50 juta Karin, berikan uang untuknya.
"Sayang, kamu yang kirim?" Vikram, berpura- pura kaget padahal hatinya senang.
"Gunakan uang itu dengan baik. Setidaknya kamu tidak begitu bosan dan bisa pergi keluar."
"Terima kasih sayang! Aku mencintaimu." Karin, hanya tersenyum hambar.
"Oh ya sayang, aku ingin bekerja di perusahaanmu tidak apa-apa jadi bawahanmu juga yang penting aku bisa bekerja dan mencari uang."
"Kamu serius? Kalau begitu besok kamu bisa mulai bekerja ada seorang manajer yang cuti kamu bisa menggantikannya."
"Oke, sayang terima kasih ya." Vikram, terlihat bahagia. Tidak peduli dengan pekerjaannya besok yang terpenting adalah Karin, kembali luluh dan percaya padanya.
...----------------...
Aduh, Karin gampang banget sih kasih uang buat suami. Segitukah cintanya kamu.
Jangan lupa tinggalkan like dan komentarnya ya teman-teman.
Salam sayang
Dini_ra
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Sri Mulyati
Semangat 💪💪💪 juga up nya Thorrr 😘😘😘😘😘😘😘😘😘
2022-07-21
0
Risky Titi sarlinda
sayang sekali Karin kamu apa ya terlalu cinta atau gimana si Dinda aja pinjam beli susu anak dan jumlah nya 700 rb kamu perhitungan sedangkan buat suami gila kamu duh pusing aku
2022-07-20
2
Semet Tipis
Dun kari Dari pada kasih suamimu yg gak guna mending transfer ke aku aja lumayan tuh😁😁
Lanjut dan semangat💪💪 terus buat updatenya thor😊😊
2022-07-20
2