Jatah Mantan (Pelakor)
Hai... hai readers, ,
selamat datang di novel saya yang baru, novel ini mengikuti event rumah tangga, mohon dukungannya ya..! setelah membaca langsung like dan sempatkan untuk berkomentar..!
Jika kalian suka dengan cerita ini, klik tanda love, masukkan novel ini ke buku favorit kalian ya..!
kalian juga bisa kirim karya ini berbagai hadiah, sekuntum bunga atau secangkir kopi bisa membuat saya lebih bersemangat menulis. terimakasih ..
happy reading.. :)
Pov Raina
Namaku Raina, gadis cantik berusia 25 tahun, aku kabur dari rumah karena kecewa dengan perjodohan yang dilakukan orang tuaku.
Aku menemui mantan pacarku, meski kami berstatus mantan sekarang, tapi kami saling mencintai.
"Kak Raihan, aku masih mencintaimu. Tolong aku..! Aku tidak mau dijodohkan dengan pria itu," ucap Raina.
"Tapi hubungan kita tidak akan berhasil, orang tuaku melarang keras, bahkan telah menentukan hari pernikahanku dengan Imelda," jawab Raihan.
"Apa?" Raina benar-benar tidak menyangka bisa secepat itu.
"Kalau begitu, sebelum kita menikah dengan pilihan orang tua kita.. mari kita melepaskan rindu kita disini..! Aku lebih rela jika kamu menjadi laki-laki pertama yang menyentuhku, dan aku pun akan menjadi yang pertama untukmu, ayolah..!" ajak Raina.
"Kamu serius? Tidak akan menyesalinya kan?" tanya Raihan.
"Tentu saja," jawab Raina yakin.
Malam pertama pun terjadi, aku tidak tahu akan menyesalinya atau tidak.
***
Seminggu berlalu akhirnya pernikahan Raihan dan imelda pun dilangsungkan, hatiku begitu sakit menyaksikan orang yang aku cintai kini menjadi suami dari sahabatku sendiri, lebih tepatnya mantan sahabat.. lucu bukan?
Kulihat imelda tersenyum senang, sungguh terlihat jelas kalau dia sedang bahagia, tubuhnya berbalut kebaya putih yang sangat cantik, sangat pas di tubuhnya, aku akui dia cantik. ku alihkan pandanganku pada Mas Raihan, dia begitu tampan dengan balutan jas putihnya, dia tersenyum saat menyambut para tamu undangan.
ya ampun mas, harusnya aku yang ada disana bukan imelda, pasti aku akan menjadi wanita paling bahagia karena menikahi lelaki yang aku cintai, ah haruskah aku kembali pulang? Rasanya aku tak sanggup untuk memberi selamat kepada mereka.
Mas kamu begitu terlihat tampan, sempurna banget deh, debar jantungku merasa tak karuan melihat betapa kau begitu tampan.
Ya tampan.... kamu senyum begitu, ah aku klepek-klepek mas, , apakah kamu juga senang dengan pernikahan ini, terlihat jelas kau tersenyum pada semua tamu undangan? Apakah disini hanya aku saja yang merasa sakit?, tidak .. aku yakin mas Raihan hanya senyum dibibir saja.
Aku berniat untuk pulang saja, aku tidak mau memberi mereka ucapan selamat. Rasanya cukup melihat mereka dari jauh.
Bahkan disaat aku datang tidak ada sambutan dari keluarga mas Raihan, apalagi rasa bersalah karena memisahkanku dengannya, seolah mereka tidak mengenalku.
Tapi saat aku memutuskan untuk pergi, dan astaga, perasaanku mulai tidak enak.
"Mau apa lagi kau kemari? Mau mengganggu anakku lagi?." Tanya bu Lisa
"Tidak tante, aku hanya ingin memberi selamat."
Ih ngeselin deh ini ibu mas Raihan, aku harus buru-buru pergi sebelum jadi bahan tontonan, andai aku punya pintu doraemon, atau jurus menghilang gitu biar cepet.
Kalau aku kaya sih, sudah aku ajak duel ini ibu-ibu, duel kekayaan maksudnya biar dia bungkam. Haishh.. gak tau apa kalau diatas langit masih ada langit.
"Ya sudah cepat sana..! Jangan-jangan kamu mau berlama-lama disini biar bisa makan gratis dan enak. Ups.. hahaha.." Ucap ibu Lisa begitu senang mempermalukanku.
"Tante…"
Aku hanya bisa menunduk dan kulangkahkan kaki menuju pelaminan untuk memberi selamat, aku sedang tidak ingin menambah masalah, padahal aku akui memang disini makanannya enak-enak dan jarang-jarang aku makan enak, menyedihkan bukan?
Udah mulai gak beres nih, sebaiknya aku benar-benar harus cepat-cepat pergi, akan ku masukkan amplop berisi daun rambutan ini, toh mereka juga gak akan tahu.
Rugi kan kalau aku kasih uang beneran, kalau perlu aku santet online si imelda itu pas lagi malam pertama, langsung deh mas Raihan dapet status duda, bener-bener muak sama sahabat yang tak tahu diri ini.
Saat aku berdiri berhadapan dengan Mas Raihan, ku tatap kedua bola matanya, aku merasa ada kerinduan yang sama di matanya, kujabat tangannya ragu karena aku sama sekali tak berniat memberinya ucapan selamat.
Ah.. apa aku peluk dia ya? Aduh aku kangen banget deh, apalagi kalau inget pas malam pertama itu, ah aku terbayang malam itu. Ya ampun kenapa pikiranku mesum begini?
Hingga pada akhirnya lamunan liarku buyar saat imelda memisahkan tangan yang sedang berjabatan mesra ini, dihempaskannya tanganku bahkan aku sampai jatuh di pelaminan.
"Kamu gak apa-apa Rain?." Tanya mas Raihan dan tangannya terulur memberikan bantuan, tapi tangan itu ditarik cepat oleh imelda.
"Biarin aja lah Mas, dia bisa bangun sendiri." Ucap Imelda
Astaga ****@* ku sakit, tapi hati ini rasanya lebih sakit, dan yang paling penting saat ini, aku malu..malu menjadi tontonan mereka.
Aku pun dengan cepat berdiri, menyalami imelda.
"Selamat atas pernikahanmu, ingat karma itu berlaku." Ucapku pelan.
Imelda hanya tersenyum mengejekku, dia menggandeng tangan Mas Raihan seolah pamer atas kemenangannya.
Baru juga menyentuh tangannya, aku dong sudah bermalam bersamanya, dan aku bangga?haha.. ya ya.. cinta memang gila, aku bahkan merasa benar-benar gila dibuatnya.
Sepertinya isi otak dan isi hatiku lagi berperang, dimana otakku menyuruhku untuk sadar dan melakukan sesuatu sesuai logika. Tapi hatiku memaksaku melakukan hal-hal bodoh.
Iya aku bodoh, orang lain keperawanan dijual miliaran, lah aku cuma gratisan? Ya ampun, mas Raihan memang sudah membuatku gila.
* * *
Selang seminggu kini akhirnya aku menikah dengan pilihan orang tuaku, aku terpaksa menerimanya.
Aku yakin dia akan menceraikanku, pasti dia kecewa karena aku sudah tidak perawan dan menganggapku wanita gampangan, kecuali kalau dia lelaki soleh sih pasti nerima aku apa adanya.
Ternyata tebakan yang pertama yang benar, Mas Agus marah mendapatiku yang sudah tidak perawan lagi, dia mulai mengacuhkanku.
"Ya sudah Mas kalau kamu kecewa, kita cerai saja..!" ucapku.
"Enak saja kamu, aku sudah membayar hutang-hutang ayahmu dan melepaskanmu begitu saja? Rugi dong." Ucap Mas Agus marah.
"Lalu mau mu apa?" tanyaku.
"Aku akan membuatmu menjadi seorang pembantu dan malam hari kau harus melayaniku sebagai istri, Haha.." Mas Agus tertawa begitu menyeramkan.
"Apa? Kau gila.. benar-benar gila mas." teriakku.
Aku pun mengalami hidup rumah tangga yang begitu menyiksa, dikala pagi aku seolah-olah menjadi pembantunya, dan malam hari akupun harus melayaninya diranjang.
Hidupku sungguh miris, terkadang aku berpikir, kapan aku akan bahagia? Apakah takdirku selalu menyedihkan?
Aku muak, benar-benar muak, hingga 6 bulan berlalu akhirnya aku mendapatkan bukti untuk bercerai dengannya, aku benar-benar merasa lega.
Tapi.. apa aku trauma? Ya aku trauma, aku tak ingin melihat wajah laki-laki itu lagi. Tapi aku yakin jika menikahi Mas Raihan yang aku kenal, yang mencintaiku.. pasti rumah tanggaku bahagia.
Dan kini aku tahu alasan ayahku menjodohkanku dengan lelaki breng*** itu, kini aku membenci ayahku.
Setelah bercerai aku memulai hidup baru, mencari pekerjaan baru dan tinggal di kontrakan yang sederhana, jauh dari keluargaku, ya... keluarga yang telah membuatku kecewa.
Meski begitu, aku tak pernah mengganti nomor ponselku, aku hanya ingin tahu penjelasan apa yang akan diberikan ibuku, karena aku yakin beliau tidak akan setega itu padaku, pasti ini atas paksaan ayahku, aku masih berharap bisa mendapat dukungan dari ibuku ketika aku terpuruk.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Mak Aul
harusnya aku yg di sana.
bersama denganmu bukan dia.
tapi ku tak kusesali karena pisangmu ku yg pertama nikmati.
hahahahah ...
(ketawa jahara)
2022-08-22
1
Mak Aul
eh, galau kan.
2022-08-22
1
Mak Aul
padahal mah seneng aja lu
2022-08-22
1