Imelda menunggu suaminya sampai waktu pulang kerja, dia ingin pulang bersama Raihan.
Sementara Raihan tidak mempermasalahkan wanita itu mau ikut ataupun tidak, lelaki itu tidak menaruh hati pada istrinya.
Para karyawan memperhatikan pasangan suami istri itu, melihat betapa beruntungnya wanita yang menjadi istri bos nya itu.
***
Tujuh hari berlalu setelah kecelakaan yang menimpa Raina, saat pagi datang Raina sudah bersiap-siap untuk pergi bekerja, dia begitu bersemangat membayangkan akan bertemu sang pujaan hatinya.
"Kamu yakin mau berangkat kerja?." Bu Ana
"Iya mah, aku udah gapapa ko, mamah sama Farhan mau pulang hari ini?." Raina
"Mamah masih betah sih Na, tapi adikmu kan harus sekolah, jadi terpaksa mamah pulang." Bu Ana
"Emm, ya udah nanti hati-hati ya mah..! Tapi kalau berangkatnya sore, Raina bisa anter mamah sampe stasiun." Raina
"Gak usah Na, mamah akan berangkat sebentar lagi, biar sore udah sampai disana." Bu Ana
"Ya udah kalau mamah maunya begitu, aku berangkat ya mah, Assalamu'alaikum" Raina.
"Waalaikumsalam, hati-hati Na..!" Bu Ana
Raina tersenyum pada ibunya itu, dia juga sebenarnya ingin ibunya lebih lama tinggal disini menemaninya.
Setibanya di kantor dia mencari keberadaan kekasihnya itu, namun sejauh mata memandang dia tidak menemukan Raihan.
Terdengar suara berbisik-bisik dari karyawan kantor itu, namun sengaja mereka berbisik dengan sedikit keras agar terdengar oleh Raina.
Mereka membahas tentang kedekatan Raina dengan Bos mereka yang terlihat terlalu dekat dan mereka menduga jika ada hubungan khusus diantara mereka.
Namun wanita itu menghiraukannya, berbeda jauh dengan isi hatinya.
Iya dia memang spesial, dia mantan terindahku, kekasihku saat ini, aku memang pelakor dan aku memang harus melakukannya.
Ternyata Raihan memang benar-benar tidak masuk kerja, dia mengirimkan pesan padanya.
| Na , kamu hari ini kerja?| Raihan
| Iya, kamu mengambil cuti?| Raina
| Iya, maaf ya kita tidak bisa bertemu hari ini, aku cuti karena ibuku ingin mengadakan pengajian setelah 7 hari kematian ayahku, kami juga pergi ke panti asuhan.| Raihan
|Oh begitu, aku ikut berduka Han atas meninggalnya pak Bram, kamu yang kuat, yang sabar ya..! | Raina
|Iya terimakasih sayang.| Raihan
Dipanggil sayang oleh Raihan, membuat wanita itu melayang sejenak, hatinya berbunga-bunga.
Sayang? Ahh.. apakah dia masih sayang padaku sebesar sayangnya dulu padaku? Pikirnya.
Saat waktu istirahat tiba, Raina memilih makan di kantin kantor, dia tidak ingin bepergian jauh hanya untuk makan. Dia begitu menikmati makanannya, kenapa tidak? Hari ini tenaga dan pikirannya terkuras, banyak pekerjaan yang tertunda selama dia sakit, dirambah hari ini bos tidak masuk kerja membuat pekerjaannya menumpuk dan membuatnya sangat kelaparan.
Raina begitu menikmati makanannya, makanan itu hampir habis.
"Astaga, apa-apaan kau ini?." Ucap Raina kesal saat ada seseorang menyiramnya dengan minuman manis.
"Haha.. kau memang pantas diperlakukan seperti itu, dasar pelakor?" Riri (karyawan wanita di kantor)
"Hem, memangnya aku mengganggu suamimu?" Tanya Raina.
"Aku belum bersuami, aku hanya membalas dendam dari seorang istri yang kau ganggu suaminya." Riri
"Hahaha kau sangat lucu, kamu marah-marah menyebutku pelakor, tapi kamu saja belum bersuami, lantas apa hakmu melakukan ini? Jangan so tahu, dan so jadi pahlawan deh!" Raina
"Aku cuma gak suka aja model wanita kayak kamu, pelakor!" Riri
"Aku juga gak suka model wanita yang so benar, so menghakimi orang lain, padahal tidak mempunyai hak sama sekali." Jawab Raina dengan menumpahkan minumannya pada gadis itu.
Riri merasa emosinya memuncak, dia melayangkan tangannya menampar Raina, namun kali ini Raina tidak menghindar, dia memiliki rencana lain.
Raina menjatuhkan dirinya sendiri.
"Aw.. aw.. sakit, tolong jangan sakiti aku..!" Ucap Faina dengan sangat keras membuat perhatian semua orang tertuju pada Raina, bahkan beberapa orang membantu dia.
"Terimakasih.." Raina
"Kamu gapapa kan? Harusnya kamu lawan aja..! Riri emang nyebelin dari dulu." Rianti (karyawan kantor)
"Kamu apa-apaan sih Ri, suka bikin rusuh aja?." Rianti
Raina berdiri dibelakang Rianti, seolah bersembunyi karena takut. Orang-orang melihat Raina seperti sedang tertindas.
"Kasihan ko sama pelakor sih, kalian salah besar." Riri merasa kesal.
"Itukan cuma gosip, belum tentu benar, lagipula kalau dia pelakor apa kamu punya hak buat menampar dia? Aneh." Rianti
Semua orang yang mendengarkan mereka membenarkan apa yang dikatakan Rianti, tidak ada yang berpihak pada Riri, membuat wanita itu pergi dengan kekalahannya.
Semua orang menyoraki Riri sampai punggungnya tak terlihat lagi.
"Kamu beneran gapapa? Bajumu basah loh?." Rianti
"Gapapa, hmm aku bawa jaket sih, apa aku pake itu aja ya?" Raina
"Iya pake aja, lagian gak ada si Bos ini.hehe.. lain kali jangan diem aja, lawan aja si Riri itu, dia emang orangnya sok gitu." Rianti
"Iya, makasih." Raina
Lalu Raina beranjak pergi, dia berniat mengganti bajunya itu, jika tidak, mungkin dia akan sakit.
Padahal aku sudah makan banyak, tapi tiba-tiba lapar kembali gara-gara wanita tadi, menyebalkan. Batin Raina
Setelah berganti pakaian, wanita itu kembali melanjutkan pekerjaannya. Sesekali melihat layar ponselnya berharap ada pesan dari sang kekasih, namun dia mengerti jika Raihan sedang sibuk.
***
Dirumah keluarga Bram, sedang diadakan pengajian atas kepergian Pak Bram di hari ke tujuh. Lisa yang mengadakan acara itu, dia masih sangat berduka, saat lantunan ayat suci al Quran didengar malah membuat wanita itu menangis sejadi-jadinya, dia tidak kuat menahannya, dia begitu terpuruk dan merasa berada dititik terendahnya.
"Tak terasa ya mah papah udah pergi meninggalkan kita satu minggu." Raihan
"Iya, mamah rasanya ingin menyusul papamu saja Han." Lisa merasa terpuruk
"Jangan ngomong begitu mah, mamah harus kuat..!" Raihan
"Kemana Imelda? Mamah mau nyuruh dia mengatur acara selanjutnya saat mengunjungi anak yatim piatu." Lisa
"Aku cari dulu ya mah." Raihan.
Raihan mencari-cari sosok wanita itu, namun dia tak melihatnya diantara kerumunan orang. Pria itu pergi menyusuri kamar mandi, dapur, namun saat dia mencari di belakang rumah, dia mendengar Imelda sedang berbicara dengan seseorang, entah siapa itu.
"Transferan kemarin udah dipake, kamu jangan bosan-bosan kirim uang ya..!"
"Iya, asal jangan terlalu sering aja, nanti ada yang curiga." Imelda
"Gak akan ada yang curiga, harta mereka banyak, jika diambil sedikit mereka tidak akan menyadarinya."
Apa yang mereka bicarakan? Uang transferan? Imelda ngasih uang sama siapa? Bukannya tiap bulan aku memberikan jatah pada keluarganya, lalu untuk siapa lagi? Pikirnya.
Raihan terus menguping pembicaraan mereka. Dia ingin memperjelas arah pembicaraan dua orang itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments