Bernyanyi

Namun sepertinya mereka telah selesai berbicara dan beranjak pergi, membuat Raihan segera pergi dari sana, dia tidak mau sampai ketahuan.

Setelah diperhatikan dengan lebih jelas, dia mengenali pria yang bersama Imelda tadi.

Bukankah itu papa Hendra?, tapi untuk apa uang itu? Bukankah Imelda bisa meminta uang padaku secara terang-terangan? Ada yang aneh. Pikir Raihan.

Setelah acara di rumah itu selesai, mereka pergi ke salah satu panti asuhan yang sering didatangi almarhum papanya Raihan. Mengadakan berbagai kegiatan yang biasa dilakukan oleh mereka saat Pak Bram masih ada.

Hari ini cukup melelahkan, bahkan dengan datang ke panti asuhan itu membuat ibu dan anak itu mengenang semua kebaikan almarhum.

Mereka pulang dengan suasana sedih, Bu Lisa langsung menuju kamarnya untuk beristirahat, sementara Raihan pergi ke ruang kerjanya untuk mengecek sesuatu.

Imelda masuk menuju kamarnya, lalu dengan cepat mengunci kamar itu.

"Hallo.. apakah kamu berhasil dengan rencana kita?" Imelda

"Maaf bu, sepertinya dia lebih licik daripada yang kita kira." Riri

"Maksud kamu, rencana kita gagal membuat dia dipermalukan dan dihina banyak orang?." Imelda menaikan suaranya.

"Iya bu." Riri

"Astaga, kamu ini tidak becus, padahal tugas dariku sangatlah mudah." Imelda marah

"Tapi bu, dia benar-benar pintar mengelak." Riri

"Sudahlah, lain kali kau harus bisa mengerjakan tugas dengan benar!" Imelda

Dia menutup telepon itu secara sepihak karena benar-benar merasa kecewa. Dia meluapkan amarahnya di kamar itu sendirian.

"Aku butuh hiburan? Aku perlu shoping, nyalon, pijat, berendam, ahh.. aku muak seharian di rumah bahkan dengan masalah yang terus berdatangan." Ucap Imelda

Karena hari masih sore, dia berganti pakaian bersiap-siap pergi. Tapi baru saja dia keluar dari kamarnya ibu mertuanya datang dan bertanya.

"Kamu mau kemana, sudah rapi begitu Mel?." Lisa

Astaga, aku harus mencari alasan. Pikirnya

"Emm, aku.. aku mau pergi sebentar mah, ada yang harus aku beli." Imelda

"Besok kan bisa Mel, temenin mamah dulu ya dirumah sore ini..! Mamah tidak ingin kemana-mana tapi mamah juga butuh teman ngobrol." Lisa

Lagi? Dirumah lagi? Aku muak. Pikirnya

"Emm, ya sudah kalau mamah mau ditemenin, Imelda pergi besok saja." Imelda

Akhirnya Imelda menunda acara bersenang-senangnya itu, dia terpaksa menuruti kemauan mertuanya itu, dia harus berakting menjadi menantu penurut jika dia mau rencananya berjalan mulus.

Sabar Mel.. sabar, nanti ada saatnya kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau. Dan menyingkirkan dia yang selalu mengatur hidupmu. Batin Imelda.

Waktu sudah menunjukan pukul 19.30 WIB, Lisa sudah mengantuk, dan Imelda pun pergi meninggalkan mertuanya itu, dia berniat menghampiri suaminya di ruang kerjanya.

Apa yang sedang dia lakukan? Kenapa dia belum keluar dari ruangan itu? Batin Imelda

Tok

Tok

Tok

"Masuk…" Raihan

"Mas, kamu udah makan belum? Aku bawain ya?." Imelda

"Gak usah Mel, nanti saja." Raihan

Wanita itu menghampiri suaminya, mendekatinya, lalu membisikkan sesuatu di telinga pria itu.

"Mas… jangan terlalu bekerja keras, sebaiknya Mas istirahat saja, kita ke kamar yuk mas..!" Imelda merayu suaminya.

"Mel.. masih banyak pekerjaan yang belum selesai, kalau aku sudah selesai aku pasti tidur." Raihan

Kenapa sih Mas Raihan masih saja bersikap dingin padaku, acuh begitu? Ini sudah setahun lebih. Batin Imelda

"Ya sudah, aku tidak akan memaksa. Aku tunggu kamu di kamar ya Mas?." Imelda

"Iya." Raihan

Imelda dengan terpaksa melangkahkan kakinya keluar dengan hati yang kesal. Namun dia tidak bisa meluapkan amarahnya pada suaminya itu, dia harus bersikap baik dan mengambil hatinya.

Saat dia cerewet, protes dengan perlakuan suaminya, Raihan bukannya mengerti, bahkan keluhannya tidak didengar laki-laki itu. Raihan pasti akan membalikkan semua kata-katanya, jika pernikahan mereka terjadi karena perjodohan jadi Imelda tidak berhak meminta hak cinta, dan kasih sayang dari Raihan.

Wanita itu bingung jika berada di situasi seperti itu, dia bertahan karena dia mencintai Raihan, dan mempunyai rencana yang belum ia selesaikan.

Jika dia tidak bisa mendapatkan hati Raihan, setidaknya dia harus berhasil dengan rencananya yang lain, dia tidak mau rugi.

***

Raina merasa beruntung karena hari ini dia membawa jaket sehingga dia tidak perlu memakai baju basahnya tadi, saat jam menunjukan waktu pulang, dia menghembuskan nafas leganya.

Akhirnya pulang juga. Pikir Raina

Namun saat dia melihat tumpukan dokumen dan pekerjaannya yang masih banyak, dia mengurungkan niatnya dia akan bekerja lembur hari ini, setidaknya sampai jam delapan malam.

Waktu berjalan seakan lambat sekali, karena Raina ingin cepat pulang setelah membereskan pekerjaannya.

Sekitar pukul 19.45, ada pesan masuk yang membuatnya kaget bukan main, karena keadaan di kantor juga sudah sangat sepi, hanya ada beberapa karyawan saja.

"Siapa sih, bikin kaget saja." Raina

Dia mengambil Hpnya, dab mulai membaca pesan masuk, dia mengembangkan senyumannya.

|Kamu dimana? Apa kamu punya waktu untuk menemaniku makan malam diluar?| Raihan

|Tentu saja, kita ketemuan dimana?| Raina

|Di cafe biasa saja, ok?| Raihan

|Ok.| Raina

Dengan tergesa-gesa wanita itu membereskan semua dokumen yang berantakan, dia berniat mengerjakan sisa pekerjaannya besok saja, biarlah besok dia bekerja keras lagi, itu tidak masalah baginya, yang penting hari ini dia bisa bertemu sang pujaan hati.

Raina menaiki mobilnya dan segera berangkat ke tempat yang sudah disepakati, dia juga sangat lapar, jadi ini memang momen yang pas bisa memuaskan perut sekaligus hatinya.

Tampaknya Raihan belum datang, wanita itu segera mencari tempat duduk yang lumayan pojok agar tidak terlalu mencolok.

"Dia belum datang? Hmm.. sebaiknya aku memesan makanan dulu deh, aku sudah lapar." Ucap Raina

Dia memanggil waiters lalu memesan makanan berat yang bisa membuat perutnya kenyang, tak lupa juga jus segar.

Saat makanan baru saja datang, Raihan juga datang berbarengan dengan makanan itu.

"Waw.. kamu memesan dalam porsi besar?hehe.." Raihan tertawa kecil melihat makanan itu.

"Aku lapar Han, aku lembur hari ini, banyak kerjaan yang menumpuk selama aku sakit." Raina menjelaskan keluhannya.

"Benarkah? Apa Bosmu tidak menyediakan sekretaris pengganti untuk menghandle pekerjaanmu?." Raihan

"Hahaha.. entahlah, Bos ku memang kejam." Raina

"Jadi aku kejam dimatamu?." Raihan

"Hahaha, sudahlah jangan bercanda terus Han, aku lapar, kamu mau makan sepiring berdua? Ini porsi banyak loh." Ajak Raina.

"Boleh, sudah lama kita tidak seperti ini." Raihan

Mereka begitu menikmati makanannya, padahal ketika dirumah Raihan tidak berselera makan sama sekali, namun saat bersama wanita itu mood nya kembali baik.

Setelah selesai, mereka berniat menuju tempat karaoke, Raina ingin menghibur pacarnya itu dengan bernyanyi bersama, meskipun suara mereka tidak semerdu seorang penyanyi yang penting mereka merasa senang.

"Kita bernyanyi sampai suara kita habis, bagaimana?." Raihan

"Hmm.. boleh, sampai larut malam ok?." Raina

"Ok." Raihan

Mereka benar-benar mengenang masa lalu, masa indah mereka dulu ketika masih bersama, masih muda dengan cinta yang membara.

Saat sedang menyanyikan lagu ke 4, tiba-tiba ada wanita yang menerobos masuk ke ruangan itu.

"Lepaskan dia! Menjauh kau darinya!." Wanita itu nampak marah sekali.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!