Hai... hai readers, ,
selamat datang di novel saya yang baru, novel ini mengikuti event rumah tangga, mohon dukungannya ya..! setelah membaca langsung like dan sempatkan untuk berkomentar..!
Jika kalian suka dengan cerita ini, klik tanda love, masukkan novel ini ke buku favorit kalian ya..!
kalian juga bisa kirim karya ini berbagai hadiah, sekuntum bunga atau secangkir kopi bisa membuat saya lebih bersemangat menulis. terimakasih ..
happy reading.. :)
Pov Raina
Namaku Raina, gadis cantik berusia 25 tahun, aku kabur dari rumah karena kecewa dengan perjodohan yang dilakukan orang tuaku.
Aku menemui mantan pacarku, meski kami berstatus mantan sekarang, tapi kami saling mencintai.
"Kak Raihan, aku masih mencintaimu. Tolong aku..! Aku tidak mau dijodohkan dengan pria itu," ucap Raina.
"Tapi hubungan kita tidak akan berhasil, orang tuaku melarang keras, bahkan telah menentukan hari pernikahanku dengan Imelda," jawab Raihan.
"Apa?" Raina benar-benar tidak menyangka bisa secepat itu.
"Kalau begitu, sebelum kita menikah dengan pilihan orang tua kita.. mari kita melepaskan rindu kita disini..! Aku lebih rela jika kamu menjadi laki-laki pertama yang menyentuhku, dan aku pun akan menjadi yang pertama untukmu, ayolah..!" ajak Raina.
"Kamu serius? Tidak akan menyesalinya kan?" tanya Raihan.
"Tentu saja," jawab Raina yakin.
Malam pertama pun terjadi, aku tidak tahu akan menyesalinya atau tidak.
***
Seminggu berlalu akhirnya pernikahan Raihan dan imelda pun dilangsungkan, hatiku begitu sakit menyaksikan orang yang aku cintai kini menjadi suami dari sahabatku sendiri, lebih tepatnya mantan sahabat.. lucu bukan?
Kulihat imelda tersenyum senang, sungguh terlihat jelas kalau dia sedang bahagia, tubuhnya berbalut kebaya putih yang sangat cantik, sangat pas di tubuhnya, aku akui dia cantik. ku alihkan pandanganku pada Mas Raihan, dia begitu tampan dengan balutan jas putihnya, dia tersenyum saat menyambut para tamu undangan.
ya ampun mas, harusnya aku yang ada disana bukan imelda, pasti aku akan menjadi wanita paling bahagia karena menikahi lelaki yang aku cintai, ah haruskah aku kembali pulang? Rasanya aku tak sanggup untuk memberi selamat kepada mereka.
Mas kamu begitu terlihat tampan, sempurna banget deh, debar jantungku merasa tak karuan melihat betapa kau begitu tampan.
Ya tampan.... kamu senyum begitu, ah aku klepek-klepek mas, , apakah kamu juga senang dengan pernikahan ini, terlihat jelas kau tersenyum pada semua tamu undangan? Apakah disini hanya aku saja yang merasa sakit?, tidak .. aku yakin mas Raihan hanya senyum dibibir saja.
Aku berniat untuk pulang saja, aku tidak mau memberi mereka ucapan selamat. Rasanya cukup melihat mereka dari jauh.
Bahkan disaat aku datang tidak ada sambutan dari keluarga mas Raihan, apalagi rasa bersalah karena memisahkanku dengannya, seolah mereka tidak mengenalku.
Tapi saat aku memutuskan untuk pergi, dan astaga, perasaanku mulai tidak enak.
"Mau apa lagi kau kemari? Mau mengganggu anakku lagi?." Tanya bu Lisa
"Tidak tante, aku hanya ingin memberi selamat."
Ih ngeselin deh ini ibu mas Raihan, aku harus buru-buru pergi sebelum jadi bahan tontonan, andai aku punya pintu doraemon, atau jurus menghilang gitu biar cepet.
Kalau aku kaya sih, sudah aku ajak duel ini ibu-ibu, duel kekayaan maksudnya biar dia bungkam. Haishh.. gak tau apa kalau diatas langit masih ada langit.
"Ya sudah cepat sana..! Jangan-jangan kamu mau berlama-lama disini biar bisa makan gratis dan enak. Ups.. hahaha.." Ucap ibu Lisa begitu senang mempermalukanku.
"Tante…"
Aku hanya bisa menunduk dan kulangkahkan kaki menuju pelaminan untuk memberi selamat, aku sedang tidak ingin menambah masalah, padahal aku akui memang disini makanannya enak-enak dan jarang-jarang aku makan enak, menyedihkan bukan?
Udah mulai gak beres nih, sebaiknya aku benar-benar harus cepat-cepat pergi, akan ku masukkan amplop berisi daun rambutan ini, toh mereka juga gak akan tahu.
Rugi kan kalau aku kasih uang beneran, kalau perlu aku santet online si imelda itu pas lagi malam pertama, langsung deh mas Raihan dapet status duda, bener-bener muak sama sahabat yang tak tahu diri ini.
Saat aku berdiri berhadapan dengan Mas Raihan, ku tatap kedua bola matanya, aku merasa ada kerinduan yang sama di matanya, kujabat tangannya ragu karena aku sama sekali tak berniat memberinya ucapan selamat.
Ah.. apa aku peluk dia ya? Aduh aku kangen banget deh, apalagi kalau inget pas malam pertama itu, ah aku terbayang malam itu. Ya ampun kenapa pikiranku mesum begini?
Hingga pada akhirnya lamunan liarku buyar saat imelda memisahkan tangan yang sedang berjabatan mesra ini, dihempaskannya tanganku bahkan aku sampai jatuh di pelaminan.
"Kamu gak apa-apa Rain?." Tanya mas Raihan dan tangannya terulur memberikan bantuan, tapi tangan itu ditarik cepat oleh imelda.
"Biarin aja lah Mas, dia bisa bangun sendiri." Ucap Imelda
Astaga ****@* ku sakit, tapi hati ini rasanya lebih sakit, dan yang paling penting saat ini, aku malu..malu menjadi tontonan mereka.
Aku pun dengan cepat berdiri, menyalami imelda.
"Selamat atas pernikahanmu, ingat karma itu berlaku." Ucapku pelan.
Imelda hanya tersenyum mengejekku, dia menggandeng tangan Mas Raihan seolah pamer atas kemenangannya.
Baru juga menyentuh tangannya, aku dong sudah bermalam bersamanya, dan aku bangga?haha.. ya ya.. cinta memang gila, aku bahkan merasa benar-benar gila dibuatnya.
Sepertinya isi otak dan isi hatiku lagi berperang, dimana otakku menyuruhku untuk sadar dan melakukan sesuatu sesuai logika. Tapi hatiku memaksaku melakukan hal-hal bodoh.
Iya aku bodoh, orang lain keperawanan dijual miliaran, lah aku cuma gratisan? Ya ampun, mas Raihan memang sudah membuatku gila.
* * *
Selang seminggu kini akhirnya aku menikah dengan pilihan orang tuaku, aku terpaksa menerimanya.
Aku yakin dia akan menceraikanku, pasti dia kecewa karena aku sudah tidak perawan dan menganggapku wanita gampangan, kecuali kalau dia lelaki soleh sih pasti nerima aku apa adanya.
Ternyata tebakan yang pertama yang benar, Mas Agus marah mendapatiku yang sudah tidak perawan lagi, dia mulai mengacuhkanku.
"Ya sudah Mas kalau kamu kecewa, kita cerai saja..!" ucapku.
"Enak saja kamu, aku sudah membayar hutang-hutang ayahmu dan melepaskanmu begitu saja? Rugi dong." Ucap Mas Agus marah.
"Lalu mau mu apa?" tanyaku.
"Aku akan membuatmu menjadi seorang pembantu dan malam hari kau harus melayaniku sebagai istri, Haha.." Mas Agus tertawa begitu menyeramkan.
"Apa? Kau gila.. benar-benar gila mas." teriakku.
Aku pun mengalami hidup rumah tangga yang begitu menyiksa, dikala pagi aku seolah-olah menjadi pembantunya, dan malam hari akupun harus melayaninya diranjang.
Hidupku sungguh miris, terkadang aku berpikir, kapan aku akan bahagia? Apakah takdirku selalu menyedihkan?
Aku muak, benar-benar muak, hingga 6 bulan berlalu akhirnya aku mendapatkan bukti untuk bercerai dengannya, aku benar-benar merasa lega.
Tapi.. apa aku trauma? Ya aku trauma, aku tak ingin melihat wajah laki-laki itu lagi. Tapi aku yakin jika menikahi Mas Raihan yang aku kenal, yang mencintaiku.. pasti rumah tanggaku bahagia.
Dan kini aku tahu alasan ayahku menjodohkanku dengan lelaki breng*** itu, kini aku membenci ayahku.
Setelah bercerai aku memulai hidup baru, mencari pekerjaan baru dan tinggal di kontrakan yang sederhana, jauh dari keluargaku, ya... keluarga yang telah membuatku kecewa.
Meski begitu, aku tak pernah mengganti nomor ponselku, aku hanya ingin tahu penjelasan apa yang akan diberikan ibuku, karena aku yakin beliau tidak akan setega itu padaku, pasti ini atas paksaan ayahku, aku masih berharap bisa mendapat dukungan dari ibuku ketika aku terpuruk.
Bersambung…
Aku mulai menata hidupku kembali, segala pekerjaan aku coba. Berjualan online pun aku tekuni dengan penuh semangat.
Aku harus kuat, aku harus sukses..! Bukankah aku selalu direndahkan karena aku miskin? Ya.. aku harus merubahnya.
Keluargaku? Hmm.. aku sudah berdamai dengan keluargaku, mengikhlaskan apa yang telah terjadi padaku. Dan berkat do'a dari merekapun kini aku bisa meraih kesuksesanku.
Hingga 1 tahun berlalu usahaku semakin maju, aku mulai membeli rumah dan merawat tubuhku. Aku hanya hidup sendiri di kota ini, karena ayah dan ibuku ingin tinggal di kotanya, mereka pun telah aku belikan rumah yang layak, tanah untuk berkebun dan bertani.
Aku hanya akan berkomunikasi lewat telepon, jika aku sempat aku akan mengunjungi mereka, ibu, ayah dan adikku satu-satunya.
Alhamdulillah, kini kerja kerasku terbayar sudah, aku sudah bisa membeli apa yang aku mau, membahagiakan orang tuaku dan menyekolahkan adikku.
Dan sekarang dengan uangku, aku bisa merawat tubuhku, saat ku lihat pantulan diriku di cermin. Aku merasa aku yang sekarang sangatlah berbeda.
"Lihatlah, bukankah kini aku siap merebut Mas Raihan lagi, ah… janda memang menggoda.. hahaha" Ucapku yang sedang sendirian di dalam kamar.
Aku melamar pekerjaan di perusahaan Mas Raihan sebagai sekretaris. Itu akan sangat cocok untuk membuka jalanku.
Ya, aku memang sempat kuliah sambil bekerja waktu itu. Dan saat aku telah menjadi sarjana, aku hanya sempat bekerja menjadi sekretaris 3 bulan, lalu terjadilah perjodohan itu.
Kini aku tahu darimana ayahku mendapatkan uang untuk membantu membayar kuliahku.
Akhirnya aku diterima bekerja, ini adalah hari pertamaku bekerja. Mas Raihan awalnya tidak mengenalku karena penampilanku yang sekarang sangatlah berbeda.
"Silahkan duduk, dan menandatangani kontraknya..!" Ucapnya dingin.
Akupun dengan cepat menandatangani kertas itu, tentu saja setelah selesai membacanya.
"Mas Raihan?" Ucapku memberanikan diri
Dia menoleh dan mengerutkan dahinya,
"Jaga bicaramu, panggil aku bapak, apakah kau merasa kita ini dekat?"
"Mas Raihan, ini aku Raina, mantan mas dulu.. bukannya kita dekat, bahkan sempat…" aku sengaja tak meneruskan ucapanku, aku yakin dia tahu betul apa yang ingin aku katakan.
"Raina? Benarkah itu kau, tapi penampilanmu sungguh berbeda." Ucapnya sambil memandangku dari atas sampai bawah.
Bedalah Mas, sekarang aku lebih cantik, lebih seksi dan lebih menggoda.. haha batinku
"Aku kira kamu Raina yang lain, ya sudah selamat bekerja ya mantanku..!" ucap Raihan.
"Iya, Mas tidak rindu padaku?" Ucapku sambil mendekatinya
Aku harus bisa seagresif pelakor yang di tv tv nih, harus bisa..!
"Ini waktunya jam kerja, kita bicarakan nanti saat jam istirahat."
"Ok.."
Ku kedipkan mataku sebelah, ternyata mas Raihan tersenyum. Berarti dia memang masih mencintaiku.
Jam istirahat pun tiba, aku dan Mas Raihan pergi makan siang diluar kantor agar bisa bebas berinteraksi.
"Mas bagaimana rumah tanggamu, apa kamu bahagia?"
"Hmm.. ya begitulah, aku hanya menjalaninya saja, sebenarnya aku sudah berusaha mencintai imelda tapi sikapnya yang manja dan cerewet membuatku muak."
"Benarkah? Aku udah janda loh Mas? Apa kita bisa melanjutkan kisah kita dimasa lalu?"
Ku pegang paha laki-laki itu, kuusapnya pelan, Aku berharap dia tergoda, aku harus bisa merebutnya.
"Aku belum bisa, tunggu sampai aku menceraikannya? sudah lama niatku ini belum terlaksana"
"Benarkah? Tapi kapan Mas? Kalau begitu mari kita berpacaran dulu?."
"Hmm.. aku pikirkan dulu, aku takut akan terjadi kekacauan dan menimbulkan amarah ibuku."
"Sudah saatnya kamu mencari kebahagiaanmu mas, jangan terus saja memenuhi kemauan ibumu, yang bahkan mengorbankan kebahagiaanmu."
Mas Raihan diam tak menjawab, dia hanyut dalam pikirannya sendiri.
Setelah selesai makan kami pun kembali ke kantor. Saat itu imelda memergoki kami yang sedang bermesraan.
Aku memeluk Mas Raihan dari arah belakang saat berada di ruang kerjanya.
Aku memang berniat menghangatkan hati laki-laki itu, memeluk erat dan memberikan sentuhan-sentuhan agar dia tergoda.
Ah dimana harga diriku? Menggoda suami orang, bukankah ini bukan diriku? Sudahlah aku tak peduli aku hanya ingin mengambil kembali apa yang telah direbut sahabatku.
"Lepaskan suamiku..!" Teriak Imelda
Aku yang kaget menoleh ke arah belakang, ke arah sumber suara itu.
Aku melepaskan pelukanku, lalu berdiri dibelakang mas Raihan. Aku yakin dia bisa menghadapi istrinya itu.
"Siapa wanita itu Mas? Kamu selingkuh ya?" tanya Imelda.
Imelda sepertinya tidak mengenaliku.
"Dia, sekretarisku.. sudahlah jangan ribut-ribut di kantor..!" Ucap Mas Raihan
"Kamu keterlaluan Mas, aku datang membawakan makanan, tapi yang kulihat kau sedang bermesraan dengan wanita lain," Imelda marah.
Imelda menghampiriku, dan berusaha menjambak rambutku.
"Kemari kau! dasar wanita penggoda, pelakor, aku habisi kau..!" teriak Imelda.
Astaga, dia masih sama seperti dulu.. tukang ngamuk.. aku sebenarnya takut, tapi aku harus pura-pura berani.. pelakor harus menang.
Untung saja sebelum imelda berhasil menjambak rambutku, mas Raihan menarik tangannya. Menyuruhnya pulang dan jangan mencampuri urusannya di kantor.
"Kamu keterlaluan mas, akan aku adukan pada ibumu." Ucap imelda sambil menangis dan membanting pintu ruangan dengan keras.
Semenegangkan inikah menjadi pelakor, tapi seru banget nih, bisa bikin c imelda nangis. Haha
Setelah imelda pergi, Mas Raihan menghampiriku.
"Kamu sih nakal, jadikan ketahuan." Ucapnya sambil menyentil hidung ku pelan.
"Hmm.. nanggung Mas, kan udah ketahuan. Kita lanjutin aja. Hehe.." Ucapku sambil memegang dada bidang itu.
Bagus deh kalau dia tahu, biar dia ngerasain sakit hati yang dulu pernah aku rasain.
"Baiklah kalau itu mau mu, lagipula aku akan menyangkal, dan ibuku pasti percaya padaku."
Mas Raihan lalu membawaku duduk di pangkuannya, menempelkan bibirnya tepat di bibirku.
Ahh.. aku merindukan saat dimana kami bermesraan.
Hari itu kami pun melepas rasa kerinduan, meski hanya sebatas itu , tapi ini awal yang bagus.
"Kenapa berhenti mas?."
"Apa kau mau aku melakukannya disini? Di Kantor ku? Hmm.. lagipula aku hanya bisa melakukannya sebatas ini, aku masih suami imelda."
Tapi aku sudah tak tahan Mas, jadi janda itu sangat kesepian, aku butuh kehangatanmu.. OMG aku tak percaya jiwa jandaku meronta-ronta, astaga kenapa aku seperti wanita mur**** begini? Tapi emang ia sih.
"Hmm.. iya, aku akan menunggu dudamu Mas.. dan yang tadi cukup ko Mas, aku senang.. aku harap jatah besok masih ada."
"Haha.. kenapa kau jadi terus terang begini."
Ya, dulu memang aku cewek yang lemah, pendiam, mudah ditindas dan malu-malu, kalau sekarang bisa juga malu-maluin, bertindak lebih berani. Haha
Aku akan buat kamu candu Mas..!
Ku kecup kembali bibirnya sekilas, lalu berlalu pergi, sebelum itu aku sempat menoleh dan mengedipkan mataku.
"Aku mau kerja dulu.. ku nantikan jatah selanjutnya Mas.."
Haha, aku merasa bukan diriku, begitu genit dan agresif. Ya ampun ini menyenangkan..
Aku melanjutkan pekerjaanku yang belum selesai, berharap jam kerja cepat berakhir, aku ingin segera pulang dan berharap mendapat tumpangan gratis. Hehe
Bersambung..
Ternyata Mas Raihan pulang lebih awal, sehingga aku tidak bisa pulang bersamanya.
Kehidupanku kini memang telah berubah, aku sudah menjadi wanita sukses dalam berbisnis. Usahaku semakin hari semakin maju, penampilanku juga semakin menarik karena perawatan yang aku lakukan dengan rutin.
Karena statusku janda, banyak lelaki yang menggodaku, bahkan melamarku, dan ibu-ibu komplek sangat membenciku karena suami mereka sering menggodaku, tapi aku rasa itu bukan salahku.
Pernah suatu hari saat aku berbelanja sayuran di depan rumah, karena memang ada tukang sayur keliling lewat.
"Hei janda gatel, jangan bikin rusuh dong, gangguin suami orang mulu..!" Ucap salah satu ibu yang berbelanja.
"Maaf ya bu, aku merasa tidak pernah menggoda suami ibu, lihatlah bukankah penampilanku cukup sopan? Mungkin suami ibu nya aja yang mata keranjang." Jawabku kesal, bahkan ingin rasanya ku remas tomat yang sudah ku pegang itu sampai hancur.
Memang ketika dirumah aku akan memakai pakaian sederhana dan sopan, aku akan memakai baju seksi saat berangkat kerja saja, karena aku mengincar sesuatu.
"Halah.., kan kalau kamu kerja suka tuh pake baju seksi, harusnya jangan berlebihan begitu dong!"
"Ibu... itukan saat aku bekerja, bos saya aja gak protes kok." Jawabku pelan, masih bisa menahan emosiku.
"Dinasehati kok ngeyel."
Aku tak melayaninya lagi, aku tidak ingin berdebat panjang lebar.
"Berapa bang?" Tanyaku dengan cepat, karena aku ingin cepat masuk ke dalam rumah.
"50rb Neng semuanya." Jawab abang tukang sayur itu.
Ku sodorkan uang 500rb , "Bang ini sekalian sama belanjaan ibu-ibu ini ya."
Mereka diam sesaat, lalu sebagian ibu-ibu mengucapkan terima kasih, ku anggukan kepala sambil berlalu masuk ke dalam rumah.
Suami mereka yang genit ko aku yang disalahin? nasib janda begini amat. keluhku
Hari ini seperti biasa aku pergi bekerja, aku semangat sekali karena akan bertemu mas Raihan, akan aku buat dia klepek-klepek.
Kebetulan sekali kami akan pergi menemui klien kami di sebuah restoran, membuat kami bisa keluar berdua.
Hari ini sengaja ku pakai pakaian lebih seksi, bajuku yang mini membuat penampilanku semakin menggoda.
**
Ketika di dalam mobil aku mulai bercerita mengenang masa-masa pacaran dulu, sambil mendekat, memegang pahanya perlahan.
Ku lihat dia semakin tidak fokus, matanya sempat curi-curi pandang padaku.
Kena kau, kau pasti menginginkanku, batinku.
Tak sia-sia selama ini aku nonton drama korea tentang pelakor, sebenarnya saat menonton aku muak, bahkan ingin ku lempar sesuatu tepat diwajah sang pelakor, tapi aku ingat jika ku lempar maka TV ku yang akan rusak, dan sekarang kenapa malah seru ya berperan sebagai pelakor? Haha..
Mas Raihan hanya menanggapiku dengan senyuman dan berusaha fokus menyetir kedepan.
Tiba-tiba dia menghentikan mobilnya, menepikan nya di jalan yang lumayan sepi.
"Rain, kenapa kau terus menggodaku? Apa kau tau aku ini pria normal? Apa kau tak takut aku terkam hah..?"
Justru itu yang aku inginkan Mas, pikirku.
"Aku tidak takut padamu Mas, bukankah aku pernah memberikan keperawananku padamu, apa kau lupa?"
Ku sentuh pahanya dengan lembut, ku harap dia tergoda dengan sentuhan kecil itu.
"Rain.. kamu nakal, sekarang kamu berani melakukan ini?."
iyalah aku berani, aku janda kesepian mas.. janda gatel ini pengen digaruk sama kamu.. cuma sama kamu ya..! hmm.., batinku.
"Karena aku masih mencintaimu mas.." Ucapku sambil kukecup bibirnya,
Yes berhasil, dia terpancing.
Selama 10 menit kami diam di dalam mobil melakukan aktivitas yang memabukkan. Bahkan bajuku sudah melorot dibuatnya.
Ah jatahku hari ini, aku menikmatinya, setidaknya ada kehangatan bagi jiwa jandaku ini. aku mulai berpikir, kenapa aku berakhir menjadi pribadi yang seperti ini? Tapi ini sudah setengah jalan, aku harus menyelesaikannya bukan?
Mas Raihan membenarkan kembali letak bajuku.
"Lain kali jangan berpakaian seperti ini, aku tak tahan melihatnya, nanti kita berhenti dulu untuk membeli baju atasanmu yang lebih longgar..!"
"Tapi mas.." ucapku.
"Turuti saja, apa kau mau bertemu klien dengan baju itu? Kau hanya boleh memperlihatkan itu padaku saja. Ok." Ucapnya sambil memandangku.
"Baiklah.."
Aku tersenyum tersipu malu, Oh astaga, aku merasa menjadi muda lagi, jantungku berdebar tak karuan, OMG jatahku hari ini. . Jatah dari mantanku membuatku candu.
***
Saat di restoran kami masih menunggu klien yang belum datang.
Tiba-tiba aku melihat imelda dan ibu mas Rehan menghampiri kami.
Astaga, mau apa mereka? Jangan bilang aku dikepung dua nenek sihir itu.
Tenang Rain.. tenang..! aku mulai mengatur nafasku agar lebih rileks.
"Lihat kan mah, aku gak bohong, ada wanita jal*** yang menggoda mas Raihan." Ucap imelda menunjuk ke arahku.
"Sepertinya mamah pernah lihat, siapa dia Raihan? Apa benar kamu selingkuh sama dia?" tanya ibu Lisa.
"Dia sekretarisku mah, mungkin dia mirip seseorang. Aku sedang menunggu klien mah, dan aku mohon jangan mengacaukannya..!" ucap Raihan.
"Tapi, aku melihat mereka bermesraan mah di kantor, kemarin." Imelda bersuara lagi.
"Raihan jangan coba-coba mengkhianati imelda..!" ancam Bu Lisa.
"Iya aku tahu, karena orang tua imelda yang telah membantu mamah dan papah, pernah menyelamatkan nyawa papah, aku bosan mendengarnya mah..! Apakah balas budi itu harus dengan mengorbankan aku? Mamah begitu egois," ucap Mas Rehan kesal.
"Kamu berani melawan mamah, ah.. pasti gara-gara pelakor ini ya? Kemari kau..!" Ucap bu Lisa yang mendekat seakan ingin menjambak rambutku.
Ya ampun mak lampirnya mulai mengamuk, bagaimana ini? Ini tempat umum pula, bagaimana kalau nanti ada video viral dan aku jadi topik utama. . Dengan judul PELAKOR, aarrgghh..
Tuhan lindungi aku..! Dari serangan syaitan yang terkutuk ini..! Aamiin
Rambutku sempat dijambak, tapi aku berusaha melepaskan diri.
"Sakit bu, ibu aku hanya sekretarisnya, sebentar lagi klien kami datang." Ucapku sambil meringis menahan sakit.
Mas Raihan juga membantu melerai.
"Lihatlah mah, itu klienku sedang menuju kemari, cepat hentikan, atau jangan salahkan aku perusahaan kita mengalami kerugian besar..!"
Saat mendengar ancaman itu, bu Lisa langsung melepaskan tangannya.
Aku Pun langsung merapikan rambutku.
Nasib nasib, nasib jadi pelakor emang gini amat ya. Tapi nanggung Rain sudah setengah jalan, kamu harus bisa balas dendam.
"Awas kau ya..!" Ucap imelda sambil menunjukku dan berlalu pergi.
Tapi aku tidak takut, ku beri dia senyuman kemenanganku.haha
Untunglah klien kami tidak sempat melihat keributan tadi, dan kesepakatan berjalan dengan lancar.
Hari ini aku begitu shock, dan memilih langsung pulang setelah pekerjaanku selesai. Mas Raihan sempat mengkhawatirkan ku yang melamun sepanjang jalan pulang, tapi aku mengatakan kalau aku sedang sedikit lelah dan ingin cepat pulang.
Aku baru merasakan resiko dari statusku sekarang, ya pelakor baru.. kalau saja aku sudah mahir menjadi pelakor mungkin aku akan baik-baik saja dengan mental yang sudah kuat.
Oh rambutku, andai dia bukan calon mertuaku, sudah ku jambak rambutnya biar sama-sama impas.
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!