Kedatangan Polisi

Setibanya disana, Imelda langsung menemani ayah mertuanya, berharap jika lelaki tua itu sudah tidak bernyawa.

Saat dokter meminta persetujuan operasi, wanita itu sedikit mengulur waktu, lalu menghubungi ibu mertuanya.

"Hallo mah.."

"Ada apa mel? Jangan bilang kamu masih diluar dan Raihan sudah pulang? Kamu mau ngadu sama mamah biar Raihan gak marah sama kamu?." Cerca ibu mertuanya itu lewat sambungan telepon

"Gak mah.. tapi, ayah.. ayah mah…hiks" Ucap Imelda dengan tangisan pura-puranya.

"Ada apa dengan Mas Bram?."

"Ayah, ada dirumah sakit mah, dan butuh persetujuan operasi, mamah cepetan datang kesini..!"

"Apa?, ok mamah kesana sekarang." Ucap Lisa yang kaget dan sekarang sedang merasa takut, takut jika suaminya meninggalkannya.

Lisa yang sedang shopping, ia pergi tanpa pamit terlebih dahulu pada teman-temannya. Kebetulan kala itu Lisa sedang berada di toilet.

Bergegas menuju rumah sakit dengan sopir pribadinya.

"Jalan pak..! Cepat ya, kita kerumah sakit X segera!." Ucap Lisa dengan tangan yang masih gemetar

"Baik bu."

Mobil itu melesat kencang.

***

Raihan yang sedang makan siang di kantor, tiba-tiba menerima telepon dari istrinya itu.

Begitu malas lelaki itu mengangkatnya, namun karena berkali-kali telepon itu berdering membuatnya terpaksa mengangkat telepon itu.

"Halo Mas..? Mas ayah kecelakaan di rumah, cepat ke rumah sakit X segera , ayah akan dioperasi Mas..!" Ucap Imelda dengan nada cepat

Raihan yang kaget, langsung menjatuhkan sendoknya ke lantai.

"Apa? Jangan bercanda kamu Mel..!" Ucap lelaki itu tidak percaya

"Aku serius Mas, bahkan mamah juga sedang dalam perjalanan kesini."

"Ok, aku kesana sekarang." Jawab Raihan masih dengan wajah tidak percaya.

"Bos.. bos..!" Ucap salah satu karyawan yang melihat keanehan dengan atasannya itu, seperti orang linglung.

Raihan sadar dari lamunannya, lalu dia bergegas pergi ke rumah sakit, dia sempat melewati Raina namun tatapannya kosong, lelaki itu berlari keluar mengacuhkan semua orang.

Para karyawan mulai berbisik-bisik, menerka-nerka apa yang terjadi sebenarnya.

"Ada apa dengan si Bos? Bahkan selingkuhannya pun diacuhkannya, kasian ya? Haha." Ucap salah satu karyawan wanita itu.

"Sssttt.. jangan sampai kamu dipecat gara-gara ngegosipin dia..!"

"Gue lupa, mending kerja lagi yuk , gue masih butuh duit, gue gak mau dipecat."

Raina yang melihat tingkah Raihan pun seakan penuh tanya, tidak biasanya dia begitu? Ada apa ya? Pikir nya.

***

Lisa tiba lebih dulu, dia langsung menandatangani surat persetujuan, sementara Raihan datang 15 menit setelah kedatangan ibunya.

"Mah, gimana keadaan ayah?."

"Masih di dalam, kita berdoa saja, mudah-mudahan operasinya lancar."

Raihan kini duduk di sebelah ibunya itu, duduk dengan lemas, datanglah Imelda yang baru saja kembali dari arah toilet.

"Mel.. gimana bisa ayahku ada di rumah sakit? Bagaimana kejadiannya?."

"Aku tidak tahu Mas, aku sudah melihat ayah jatuh tergeletak dibawah tangga. Aku tidak tahu awal mulanya seperti apa, mungkin suster yang merawat ayah saja yang ceroboh." Imelda berbicara seperti itu agar dia aman, dia harus mencari orang untuk dijadikan kambing hitam.

"Nanti saja kita cek CCTV di rumah Han..!" Ucap Lisa

"Iya mah, tadi mamah gak ada di rumah?"

"Iya Raihan mamah lagi kumpul sama temen-temen mamah, mamah ngerasa bersalah banget deh sama ayah kamu Han, semua ini gara-gara mamah.. hiks." Lisa menangis menyalahkan dirinya sendiri.

"Sudah mah jangan bersikap seperti itu! Semua ini sudah takdirnya ayah, lagipula aku tidak menyalahkan mamah sama sekali kok. Aku juga tahu selama ini mamah hanya keluar satu bulan sekali karena sibuk mengurus ayah." Ucap Raihan dia memeluk ibunya erat.

Dua jam berlalu akhirnya operasi itu selesai, namun wajah dokter itu membuat mereka tegang, dengan berat hati Raihan harus menerima jika ayahnya meninggal saat operasi.

Tangisan mereka pecah, Imelda juga ikut menangis dengan tangisan palsunya.

Dengan segera acara pemakaman pun dilaksanakan, karena waktu kematian ayahnya itu siang hari, maka sore hari ayahnya sudah dikebumikan.

Ketika malam datang mereka mengadakan pengajian di rumah itu.

Kabar duka itu bahkan masuk dalam siaran televisi, ya.. karena perusahaan Bram, merupakan perusahaan yang cukup sukses.

Bram terkenal sebagai pengusaha yang sukses, bahkan bertahan di kejayaannya sampai saat ini.

Imelda membawa ayah mertuanya ke RS, berpura2 bersedih. Dia menghubungi Lisa dan Raihan agar cepat datang.

Saat acara telah selesai, Raihan memanggil suster yang ditugaskan menjaga ayahnya itu.

"Hmm.. jawab dengan jujur! Sebenarnya apa yang terjadi tadi siang?."

"Sa-saya tidak tahu tuan, saya datang ayah tuan sudah jatuh dilantai bawah."

"Lalu, kenapa kamu ceroboh meninggalkannya begitu saja?."

"Saya meninggalkan Pak Bram setelah makan siang, saya juga menutup pintu itu kembali."

"Jadi maksudmu, ayahku keluar sendiri?."

"Saya juga tidak tahu tuan."

"Astaga, andai saja CCTV itu tidak rusak, andai saja aku segera memperbaikinya saat barang itu rusak." Raihan merasa frustasi.

Imelda yang mendengarkan itu semua merasa lega, sepertinya suaminya itu tidak menemukan apapun. Tidak ada titik terang, hanya jalan buntu yang ditemukan.

"Tapi aku masih curiga, aku akan melaporkan kasus ini pada polisi."

Deg

Imelda merasa kaget, apakah polisi bisa menemukan bukti? Bagaimana ini? Pikir Imelda

Saat malam hari semua penghuni rumah itu tidak bisa tidur, jika yang lain sedih membuat susah tidur, namun Imelda tidak bisa tidur karena mengkhawatirkan dirinya sendiri.

Suster itu juga merasa takut jika pada akhirnya dia yang disalahkan, dia tidak mau dipenjara, dia berniat menceritakan semuanya saat pemeriksaan nanti.

Pagi pun datang, polisi juga datang ketika jam menunjukan pukul 09.00 pagi, bahkan Raihan menunda kepergiannya ke kantor.

Tangan Imelda merasa gemetar, namun dia berusaha setenang mungkin.

2 jam polisi menggeledah dan memeriksa rumah itu, namun belum menemukan apapun, itu seperti kecelakaan alami.

Pernyataan itu membuat Imelda merasa lega, sampai saat dimana suster itu mengatakan sesuatu.

"Pak polisi… sa-saya." Ucap Naima suster yang bertugas merawat Bram.

Seketika mata Imelda fokus pada suster itu, apa jangan-jangan dia melihatku saat mendorong ayah mertua? Pikir Imelda mulai menerka-nerka.

Bersambung…

Terpopuler

Comments

Ellena Efda

Ellena Efda

lumayanlah...seadanya sudah bisa

2022-11-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!