Trauma Yang Kambuh

Ada tangan seseorang yang menahan tangan Raina. Wanita itu kaget, dan saat dia membalikkan badannya.

"Lani? Ada apa? Kamu bikin kaget saja." Raina

"Kita masuk dulu ke ruangan kerjamu, aku ingin membahas sesuatu yang penting..!" Lani

Mereka akhirnya duduk dan menutup pintu rapat-rapat.

"Ada apa sih, aku jadi kepo?." Raina

"Justru aku yang kepo, ada hubungan apa kamu sama Pak Raihan?." Tanya Lani

"Gak ada, kami hanya rekan kerja." Raina

"Gak udah bohong..! Aku lihat sendiri loh kamu tadi kasih kecupan manja ke dia, begitupun sebaliknya sih, jadi aku anggap kalian suka sama suka ya?." Lani

"Serius kamu tadi lihat?." Tanya Raina kaget jika aksinya ketahuan orang lain.

"Iya, jadi kamu gak usah bohong Na..!" Ucap Lani sambil tersenyum.

"Tapi kamu janji ya, ini rahasia dan cuma sama kamu aku jujur?." Raina

"Ok deh." Lani

Raina menceritakan masa lalunya bersama Raihan, perjuangannya untuk mendapatkan restu kedua orang tua Raihan, hinaan yang didapat Raina, sampai menceritakan Imelda yang merebut Raihan darinya, bahkan memaksakan sebuah pernikahan.

Tak lupa dia menceritakan masa kelamnya bersama mantan suaminya, hingga ia trauma dan memilih jalan ini demi menggapai kebahagiaan dia.

Lani mendengarkan cerita temannya itu dengan fokus, bahkan kotak tisu yang berada di ruangan Raina habis dipakai oleh Lani, karena sepanjang Raina bercerita dia menangis terus, sampah tisu berserakan di lantai.

"Oh jadi gitu ceritanya, kisah kamu benar-benar menyedihkan Na, bagus kalau dibikin film. Hiks..hiks.." Ucap Lani masih dalam keadaan menangis.

"Iya, menyedihkan, apa aku gak pantas bahagia ya?." Tanya Raina.

"Kamu jangan nyerah gitu..! Siapa tahu Pak Raihan jodoh kamu, pepet aja terus Na, aku juga jadi ikutan kesel sama istri Pak Raihan yang sekarang, sahabat macam apa dia? Terus memaksakan cinta lagi, kasihan juga kan Bos kita." Lani

"Jadi, kamu mendukung aku?" Tanya Raina

"Iyalah, aku dukung kamu 100%." Lani

Ada ya yang mendukung pelakor kaya aku?, jadi jalan yang aku ambil itu salah, atau benar? Pikir Raina bingung.

Saat Lani beranjak pergi untuk melanjutkan pekerjaannya, dia ditahan oleh Raina.

"Ada apa lagi Na, aku janji ko gak akan bilang sama siapa-siapa, aman pokonya." Lani

"Aku percaya, cuma kamu yakin gak akan beresin semua sampah tisu kamu, lihat dong semua ruangan ku penuh tisu kotor bekas ingus kamu." Ucap Raina memperlihatkan sampah berserakan, benar-benar banyak.

"Hahaha.. saking asyiknya aku dengerin cerita kamu, sampai aku gak sadar kalau ngabisin tisu segitu banyak, ok deh aku buang semuanya." Lani

Setelah ruangan itu rapi, mereka melanjutkan pekerjaan masing-masing, Lani pergi menuju meja kerjanya.

Ceritanya bikin gue sedih, gimana dia yang mengalaminnya ya? Mudah-mudahan dia jadi deh sama pak Bos, biar istrinya dicerai aja sekalian. Pikir Lani

"Astaga, apa aku benar-benar mendukung perbuatan lakn@t itu?." Ucap Lani pelan.

Waktu tak terasa sudah siang, saatnya mereka beristirahat dan makan siang.

Hari ini Raina makan di kantin kantor bersama Lani, Raihan sedang sibuk dengan pekerjaan mendesaknya.

"Na, kamu cantik, kamu sebenarnya bisa mencari yang masih single, tampan, dan kaya." Lani

"Aku gak butuh cowok kaya, aku butuh yang bisa buat hati aku berdebar-debar, lagi pula aku masih trauma Lani, cuma sama Raihan aku yakin bisa bahagia, karena dulu memang kami berpacaran dan cocok." Raina

"Oh, iya deh, udah mentok ya sama si Bos? Hehe." Lani

"Iya gak bisa diganggu gugat. Haha.." Raina

"Cinta mati nih?." Goda Lani

"Haha.. iya bisa dibilang begitu lah." Raina

Mereka makan sambil mengobrol, bahkan bercanda penuh tawa. Namun tanpa mereka sadari Riri memperhatikan mereka dari jauh, dia tidak suka melihat Raina senang, tertawa lepas seperti itu.

Selain Riri menjadi kaki tangannya Imelda, dia juga terlanjur benci dengan wanita itu, karena iri dan karena mempermalukannya waktu itu dengan menyiram minuman ke bajunya.

"Akan aku biarkan dia tertawa saat ini, tapi sebentar lagi akan aku buat dia menangis." Ucap Riri tersenyum licik.

Riri tidak mau menyerang Raina seperti waktu itu, dia tidak ingin jika malah dia yang dipermalukan, dia memilih bermain cantik, bermain di belakang saja.

Imelda juga sudah menyusun sebuah rencana, jadi Riri hanya perlu menjalankannya saja.

Saat mereka asyik makan, Riri mencoba menyelinap ke ruangan Raina, dia meninggalkan satu barang di meja kerjanya.

Jam istirahat pun selesai, semua karyawan kembali ke meja kerjanya masing-masing, termasuk Raina yang hari ini sedang merasa senang karena mendapatkan kecupan singkat di pagi hari, dia tersenyum sepanjang jalan menuju ruangannya.

Baru saja wanita itu duduk di kursinya 5 menit, Raihan menyuruhnya masuk ke ruangannya.

"Sepertinya dia merindukanku." Ucap Raina pelan.

Wanita itu berjalan dengan wajah tersipu malu,

Tok

Tok

Tok

"Masuk.." Raihan

"Ada apa Mas?." Raina

"Duduklah dulu, ada yang harus aku tanyakan padamu." Raihan

Apakah dia akan menanyakan jika aku bersedia atau tidak menjadi istri keduanya? Pikir Raina

"Ini bacalah..!" Raihan

"Itu data perusahaan, lalu?." Raina

"Lalu kenapa data ini bisa ada di tangan Pak Wijaya yang merupakan saingan perusahaan ini?." Ucap Raihan dengan nada tinggi

"Kenapa Mas bertanya padaku? Maksud Mas apa?." Tanya Raina

Dia benar-benar tidak mengerti apa maksud dari ucapan kekasihnya itu, apalagi melihatnya sangat marah, membuatnya bingung dan sedikit takut, dia teringat perlakuan kasar mantan suaminya.

"Maksud aku, buat apa kamu membocorkan data perusahaan padanya?." Raihan

"Aku benar-benar tidak tahu Mas." Raina mengelak bahkan dia mundur satu langkah karena takut.

"Aku kecewa padamu Raina." Raihan

"Terserah, tapi aku tidak pernah melakukannya." Raina.

Wanita itu segera keluar dari ruangan Raihan menuju ruangan kerjanya.

Aku kecewa Raina, benar-benar kecewa padamu, kamu tega melakukan ini padaku? Kamu jahat. Batin Raihan

"Jika kamu membutuhkan uang, akan aku berikan, kamu tidak perlu sampai menjual data perusahaan Na..!" Ucap Raihan pelan.

Sementara Raina, dia meringkuk di sudut ruangan, karena teringat semua perlakuan mantan suaminya yang kasar, bayangan Agus muncul terus menerus.

"Pergi..pergi..! Jangan menggangguku..!" Teriak Raina, dia menangis sambil memeluk kedua lututnya dengan posisi terduduk, di sudut ruangan.

Padahal Raihan adalah satu-satunya laki-laki yang dia percaya, namun kenyataannya kekasihnya itu tidak percaya padanya, bahkan membentaknya, membuat wanita itu kini ragu untuk meraih kebahagiaan dia.

Jika bukan dengan Raihan, lalu dengan siapa dia menggapai kebahagiaan dan membina keluarga dengan penuh cinta dan kasih sayang?

Saat ini keadaan Raina sangat kacau, dia membutuhkan ibunya.

"Mah, mamah… tolong Raina mah, aku gak mau disiksa Agus lagi.hiks… hiks.." Ucap Raina sambil menangis

Dia sempat menekan tombol memanggil di layar handphone nya, hingga sambungan telepon itu terhubung dan diangkat oleh Bu Ana.

"Hallo.. ada apa Na?, hallo.. Na, kamu gapapa kan?." Bu Ana

Namun Raina tidak sempat menjawabnya karena tiba-tiba penglihatannya kabur, dan dia pingsan di sudut ruangan itu.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!