Episode 20

"Sepertinya dia tidak suka dengan kehadiranku!" Ucap Davina.

"Dav.....jangan di pikirkan, yang penting makanlah sekarang!" Kata Aska sambil tersenyum.

"Aska.....aku tidak mau pulang pokoknya!" Ujar Davina.

"Lebih baik pulang saja, Vin! kasihan orangtuamu, pasti mereka mencari mu. Aku akan mengantarkannya sekaligus aku akan berbicara lagi pada ayahmu nanti!" Tutur Aska meyakinkan Davina.

"Baiklah!"

Sementara Amara berlari menuju ke taman belakang. Di tepi kolam renang ia duduk sambil menyeka air matanya. Saat ini hanyalah tangisan yang bisa Amara luapkan atas rasa sakitnya.

Tak lama terlihat Aska menyusul Amara di taman belakang.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Aska pada Amara.

Seketika Amara langsung beranjak dari kursi dan langsung menyeka air matanya agar tak terlihat oleh Aska bahwa ia habis menangis.

"Aku hanya duduk saja, memangnya ada apa?" Tanya balik Amara.

"Siapkan pakaian untukku, aku akan mandi!" Titah Aska.

"Kau mau pergi ke kantor?" Tanya Amara.

Aska menggelengkan kepala dan mengatakan jika hari ini ia sedang meliburkan diri. Amara membuang nafas kasar, ia rasa Aska sengaja meliburkan diri demi Davina.

Tanpa basa basi Amara pun langsung melangkah untuk melakukan perintah dari Aska.

Aska termangu melihat Amara yang terlihat biasa saja. Pria itu kemudian masuk kembali ke dalam rumah.

Saat melewati meja makan, Amara menatap datar Davina yang sedang duduk di meja makan.

Huft........

Beberapa saat kemudian, Amara menatap dari atas balkon kamarnya. Melihat Aska yang hendak pergi bersama Davina,entah kemana Amara juga tak tahu.

Setibanya di rumah Davina, ada sedikit keraguan yang Aska rasakan untuk kembali meminta restu.

"Davina, dari mana saja kau nak?" Tanya Herlina saat Davina pulang bersama Aska.

"Dimana ayah?" Tanya balik Davina.

"Ayahmu ada di dalama," Jawab Herlina. Davina melirik Aska.

Davina tiba-tiba menggenggam kedua tangan Herlina dan memohon.

"Bantu aku, ibu......" Pinta Davina.

Herlina tertegun karena baru inilah Davina memanggilnya dirinya dengan sebutan ibu.

"Davina....kau memanggilku ibu?" Lirih Herlina tersenyum haru.

Davina menganggukkan kepalanya, "Hanya ibu yang bisa membujuk ayah untuk merestui hubunganku dengan Aska. Tolong bantu aku Bu!" Pinta Davina.

"Apapun itu ibu akan lakukan demi kau Davina!"

"Terimakasih ibu!" Davina dan Herlina saling berpelukan.

"Ibu sudah berbicara pada ayahmu tadi malam!" Ucap Herlina.

"Benarkah? bagaimana apa kata Ayah?"

"Lebih baik kau dan Aska masuk dulu ke dalam, karena ayahmu sudah menunggu!" Kata Herlina.

Aska dan Davina pun akhirnya masuk ke dalam rumah. Sementara di ruang tengah sudah ada Heru duduk sambil menyesap kopi.

Tak seperti sebelumnya, Heru terlihat biasa saja ketika Davina datang bersama Aska.

"Ayah aku minta maaf atas perlakuan ku tadi malam, tolong maafkan aku ayah!" Ujar Davina.

"Ya, aku akan memaafkan mu!"

Davina tersenyum lebar, ia pikir ayahnya akan marah lagi pada dirinya.

"Aku sudah tahu latar belakangmu, kau sudah mempunyai istri bukan?" Tanya Heru pada Aska.

Kedua mata Aska dan Davina membola ketika mendengar Heru berbicara seperti itu.

"Maaf om, darimana om tahu?" Tanya balik Aska.

"Tidak penting!" Heru menghela nafas panjang.

"Tapi Aska akan segera menceraikan istrinya, ayah!" Sambung Davina.

"Benarkah, baiklah kalau begitu!"

"Dengar, Davina sudah membuat keluarga ini malu karena telah hamil dengan suami orang. Tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi. Seburuk-buruknya Davina, dia tetap menjadi anakku satu-satunya." Jelas Heru.

Aska dan Davina saling memandangi satu sama lain, tak menyangka jika Heru akan berbicara seperti itu.

"Akan tambah malu lagi jika perut Davina semakin membesar tapi ia belum menikah. Jadi Menikahlah dalam waktu dua minggu lagi, aku dan Herlina akan mengurus pernikahan kalian." Kata Heru.

Seketika Aska dan Davina menjadi sumringah.

"Terimakasih banyak ayah!" Ucap Davina.

"Terimakasih banyak om, karena sudah merestui kami berdua!" Ucap juga Aska.

"Jika bukan karena ibumu, mana mungkin aku merestui pernikahan kalian!" Heru membuang nafas kasar.

Davina melirik ke Herlina yang tersenyum lebar. Berkat Herlina akhirnya Davina di restui juga. Dengan mata yang berbinar-binar, Davina menatap Herlina seolah memberikan tanda terimakasih.

 

Di sebuah Malam yang dingin, Aska dengan penuh percaya diri sudah siap untuk berbicara kepada Amara bahwa ia akan menikah lagi.

Aska menghampiri Amara yang sedang duduk di meja makan.

"Buatkan aku kopi!" Titah Aska. Amara pun segera membuatkan kopi.

Tak lama Amara sudah membawakan secangkir kopi untuk Aska. Ia meletakan di atas meja lalu berbalik badan ingin melangkah melanjutkan aktivitasnya. Tapi Aska tiba-tiba membuka suara.

"Dua minggu lagi aku akan menikah!" Ujar Aska.

Deeg......

Langkah Amara pun terhenti seketika.

"Apa katamu tadi?" Amara kembali membalikan badannya menghadap ke Aska yang sedang duduk.

"Ya, dua minggu lagi aku akan menikah dengan Davina!" Aska mengulangi lagi ucapannya.

Amara terlonjak kaget saat mendengar kalau Aska akan menikah lagi. Amara memasang wajah yang tidak biasa. Rasanya ingin sekali ia melemparkan cangkir yang berisi kopi itu ke kepala Aska. Tapi ia tak melakukannya.

Aska menarik nafas dalam-dalam. Dan ia melenturkan lidahnya, agar kalimat-kalimat yang keluar selanjutnya akan lebih mudah dipahami oleh Amara.

"Aku tak perduli kau mau setuju atau tidak, yang terpenting aku akan segera menikah dengan Davina!" Jelas Aska.

"Bagaimana bisa kau menikah lagi sedangkan kau masih menjadi suami orang lain!" Ucap Amara.

"Amara, Davina sedang hamil dan aku harus bertanggung jawab!" Tutur Aska.

"Apa? Hamil!" Amara terlonjak kaget. Matanya seketika memerah.

"Aku sebagai istrimu saja tidak kau hamili, tapi kenapa kau malah menghamili wanita lain?" Tanya Amara penuh penekanan.

"Amara, kau tahu sendiri kita menikah tanpa didasari adanya ikatan cinta. Jadi wajar saja aku tak mau menghamili dirimu!" Jelas Aska.

"Yasudah kalau begitu, sebaiknya kita bercerai saja!" Pinta Amara.

"Tidak akan ada perceraian di antara kita sebelum ibu tiada!" Ujar Aska.

"Kenapa kau sangat egois?" Tanya Amara tak habis pikir.

"Kau pikir berpisah semudah itu? ibu sedang sakit, bagaimana dengan perasaannya nanti kalau tahu kita bercerai?" Tanya balik Aska.

"Kau pikir aku tidak memiliki perasaan juga? aku juga punya perasaan. Posisi ku disini tidak di cintai, tapi kau malah memilih untuk menikah lagi!" Seru Amara mengernyitkan dahinya.

"Sudah ku bilang sampai kapanpun aku tidak akan pernah mencintaimu, lagipula aku menikahi mu hanya karena aku ingin kau merawat ibuku saja, sebagai penebus hutang ayahmu!" Kata Aska.

Amara menggelengkan kepalanya, "Benar-benar keterlaluan!"

Aska diam, jauh di lubuk hatinya ada perasaan bersalah, tapi ia tidak bisa mengungkapkan segala apa yang ia rasakan saat ini.

Setelah tidak ada jawaban dari Aska, dengan perasaan penuh kecewa Amara pergi meninggalkan suaminya itu.

Aska membiarkan Amara pergi, ia malah mulai meminum kopi yang sejak tadi berdiam diri ditengah-tengah percakapan mereka. Ia rasakan pahit dan manis yang begitu pas.

Di dalam kamar, Amara duduk di tepi ranjang. Air mata yang ia tahan sejak tadi akhirnya mengenang membasahi kedua pipi yang mulus itu.

Hatinya benar-benar hancur ketika Aska memberitahu bahwa ia akan menikah lagi. Lebih sakit lagi hatinya ketika ia tahu bahwa wanita yang akan di nikahi itu rupanya hamil duluan.

Sebenarnya Amara benar-benar ingin berpisah dari Aska, tapi perkataan Aska tadi ada benarnya juga. Bagaimana perasaan ibu jika tahu mereka bercerai. Lagipula Amara sudah terlanjur berjanji pada Marta bahwa ia akan tetap ada disisinya dan tidak akan pernah meninggalkannya.

Namun, satu sisi Amara merasa tak tahan hidup seperti ini. Hidup bersama dengan orang yang tidak mencintainya, dan ditambah lagi nanti hidup satu atap dengan istri kedua dari suaminya.

Apakah Aska akan memperlakukan dirinya dengan Adil?

_____Jangan Lupa Like, Koment, Dan Votenya________

Agar Author lebih bersemangat lagi😍❤️🙏

Terima Kasih kepada semua Readers 😘

Terpopuler

Comments

teti kurniawati

teti kurniawati

anehnya perempuan selalu saja jadi korban pengertian.

2022-09-15

1

Diaty

Diaty

aduh knpa ceritanya jdi begini Thor, akhirnya yg lemah tetap juga dlemahkan 😭😭 ini tidak adil donk untuk Amarah,
knpa harus Amara terus yg jdi korban😭😭😭

2022-09-11

0

Fitlia Acang

Fitlia Acang

cerai aja Amara cari kebahagian yg lain...

2022-08-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!