Amara kembali ke meja makan. Ia menarik kursi lalu duduk sambil menatap makan malam yang sudah ia siapkan. Tak seberapa terdengar langkah kaki Aska yang menghampiri Amara di meja makan.
Aska menatap wajah Amara dengan tatapan tak enak hati, ia menarik kursi lalu duduk begitu saja.
"Siapa wanita itu?" Tanya Amara pura-pura belum mengenal.
Aska berdehem, "Dia...dia adalah Davina, wanita yang selama ini kucintai." Jawab Aska dengan entengnya.
"Biarkan malam ini dia tidur disini, tapi aku harap kau jangan memberitahu ibu." Pinta Aska.
"Jadi dia akan tidur disini juga?" Tanya Amara tak mengerti dengan sikap suaminya itu.
"Amara, apa kau tidak melihat keadaannya seperti apa? apa kau juga tidak melihat di luar sedang hujan deras?" Tanya balik Aska.
Dada Amara seketika begitu sesak, mulut tak lagi dapat berkata. Amara membuang pandangan wajahnya, menyembunyikan mata yang mulai memerah. Aska pun sebenarnya dalam hati kecilnya juga bingung, ia merasa tak enak hati pada Amara tapi satu sisi ia sangat kasihan dengan keadaan Davina yang sedang mengandung anaknya.
******
Davina mengerjapkan matanya berkali-kali. Sinar matahari yang kini memaksa masuk dari sela-sela gorden, membuatnya seketika terbangun.
"Ah......" Lirih Davina sambil memegangi kepalanya yang masih terasa pusing.
Kreek.........
Pintu tiba-tiba terbuka dan Davina pun langsung menatap ke arah pintu.
"Davina.....kau sudah bangun ternyata!" Seru Aska mendekat.
"Aska......" Davina mencoba mengingat-ingat kejadian sebelumnya. Seketika raut wajah Davina berubah menjadi gelisah.
"Davina, kau tidak apa-apakan?" Tanya Aska meraih tangan Davina.
Davina menitihkan air mata.
"Apa yang sebenarnya terjadi, katakanlah padaku,Vin!" Ujar Aska.
"Aku....aku pergi dari rumah, As!" Ucap Davina.
"Apa kau bertengkar dengan orangtuamu?" Tanya Aska.
Davina menganggukkan kepalanya. "Ayahku sudah tahu jika aku sedang hamil, dan dia pun marah besar padaku." Jawab Davina sambil menangis tersedu-sedu.
"Shut.....sudah tidak apa-apa, jangan menangis. Aku akan tanggung jawab, Vin!" Aska lalu memberikan pelukan hangat untuk Davina.
Aska yang sedang berpelukan pun tak sengaja terlihat oleh Amara yang baru saja habis mengantarkan sarapan pagi ke kamar ibu mertuanya.
Amara menghela nafas panjang, hatinya benar-benar teriris ketika melihat suaminya sedang berpelukan dengan wanita lain. Amara menutup mulutnya dengan satu tangan, wanita itu memilih untuk kembali ke ruang makan.
Di meja makan, Amara mengepalkan kedua tangannya sambil menggelengkan kepala menahan perasaan kesal.
"Aku tahu kau memang tidak mencintaiku, tapi setidaknya jangan seperti itu!" Lirih Amara.
Tak....
Tak.....
Tak.....
Terdengar langkah kaki yang menuruni anak tangga. Amara menegakkan pandangnya dan melihat pemilik si langkah tersebut adalah Aska yang sambil memegangi bahu Davina.
"Duduklah!" Aska menarik kursi dan meminta Davina untuk duduk.
"Amara, Davina akan sarapan bersama kita." Ucap Aska lalu menarik kursi lagi persis di samping Davina.
Amara lagi-lagi menarik nafas panjang, sambil menatap ke arah Davina. Tapi Davina membuang wajahnya seperti orang yang malu.
Dengan kasar Amara menyodorkan piring di hadapan Davina. Aska yang melihat itu hanya bisa memaklumi betapa kesalnya Amara saat ini.
"Davina....makanlah dulu, habis makan aku akan mengantarmu pulang!" Ujar Aska.
"Tidak, aku tidak mau pulang ke rumah!" Tolak Davina bergeleng kepala.
"Tidak bagus membawa seorang wanita lain masuk ke dalam rumah, bagaimana dengan tanggapan ibu jika tahu nanti!" Sambung Amara menyinggung Aska.
"Amara......jaga ucapan mu!" Pinta Aska.
"Makanlah, aku tidak akan makan!" Seru Amara kemudian melangkah pergi begitu saja meninggalkan Aska dan Davina di ruang makan.
"Amara.....Amara.....mau kemana kau!" Panggil Aska tapi tak dihiraukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
kholifah ifah
hanya bisa😭😭😭😭😭
2022-09-10
1
Puji Lestari
Gk peka bgt nih laki2....🙄🙄🙄
2022-08-24
0
Wirda Wati
harus tegas Amara...jgn lembek
2022-08-23
0