Episode 5

Heru,ayah dari Davina menatap dari atas balkon kamar nya ketika sebuah mobil sedan hitam memasuki gerbang rumah nya. Pria itu menatap menyelidik saat seorang lelaki turun dari mobil membukakan pintu untuk Davina.

"Apa kau ingin mampir dulu?" tawar Davina.

"Tidak usah, aku langsung saja.Lagi pula sudah larut malam, tak enak jika dengan orang tua mu!" ucap Aska .

"Baiklah, terimakasih sudah mengantarkan ku,kalau begitu hati-hati dijalan!" kata Davina.

Aska kemudian masuk ke dalam mobil dan langsung pergi meninggalkan pekarangan rumah Davina.Davina sendiri pun langsung masuk ke dalam rumah.

Malam berlalu, keesokan harinya saat Davina sedang sarapan bersama orangtuanya.

"Siapa lelaki tadi malam yang mengantarmu?" tanya Heru di tengah keheningan.

Davina terhenti mengunyah, ia sedikit heran mengapa ayahnya tiba-tiba bertanya seperti itu.

"Ah....itu temanku ayah," jawab Davina tertawa kecil.

"Teman yang mana?" tanya lagi Heru.

"Teman masa kuliah dulu ayah,"

"Teman apa pacar?" sambung ibu tiri Davina dengan nada mengejek.

Davina mendelikkan kedua matanya,melepaskan sendok dan garpu yang berada ditangan,lalu meneguk segelas air putih.

"Ayah....Davina berangkat dulu!" seru Davina tanpa menghiraukan ucapan ibu tirinya.

"Vina.....habiskan lah dulu sarapan mu nak!" ujar Herlina.Tapi Davina langsung beranjak begitu saja.

Herlina pun hanya menatap nanar kepergian Davina yang selalu bersikap acuh padanya.

"Mas........lihatlah Davina masih saja bersikap acuh padaku!" ungkap Herlina.

"Bersabarlah Lin, mungkin Davina masih membutuhkan waktu untuk menerima posisimu sebagai ibunya." ucap Heru. Rasanya sudah hampir ribuan kali Heru berucap seperti itu kala Herlina mengeluh.

"Kau selalu mengucapkan itu mas, sudah hampir sepuluh tahun lamanya aku bersabar mas tapi sikap Davina masih saja sama. Sampai kapan harus terus begini?" tanya Herlina mengerutkan dahinya.

"Aku akan mencoba berbicara lagi dengan Davina nanti," ucap Heru.

Sampai saat ini Davina masih belum bisa menerima kehadiran sosok Herlina sebagai pengganti ibunya.Baginya tidak ada siapapun yang bisa menggantikan posisi ibunya itu meskipun sang ibu telah meninggal dua belas tahun yang lalu.

Sementara Aska pagi ini sebelum berangkat ke kantor, ia menemui ibunya terlebih dahulu.

"Ibu, semoga ibu cepat sembuh ya, Aska mau berangkat kerja dulu!" Seru Aska sambil mengusap lembut rambut ibunya.

Marta tersenyum ke Aska.Seolah dia sangat menyayangi putra semata wayangnya itu..

Keluar dari kamar ibunya, Aska pun langsung menuju ke ruang makan untuk sarapan karena cacing di perutnya sudah mulai berontak.

"Bibi Marni sudah tidak bekerja lagi disini, jadi semua tugasnya kau yang menggantikan!" kata Aska.

"Baik tuan,"

Aska makan dengan begitu lahap, karena memang masakan Amara begitu enak dan nikmat.Hanya saja Aska malu untuk mengakuinya.

"Mau nambah lagi tuan?" tawar Amara.

"Tak usah, aku sudah kenyang!" Aska minum segelas air putih. Tanpa berpamitan pada istrinya, Aska beranjak pergi begitu saja dengan tas kerjanya.

Pria itu tak memiliki perasaan apapun terhadap Amara. Tidak ada perasaan berdebar-debar dan gugup saat sedang bersama istrinya itu.

Rasanya hambar, bahkan ada dan tidak ada Amara pun rasanya dia baik-baik saja.

Amara menarik kursi lalu duduk untuk sarapan seorang diri.Sudah menjadi kebiasaan bagi Amara untuk makan paling akhir, karena ia tak berani jika makan bersamaan dengan sang suami.

Selesai sarapan Amara pun langsung membersihkan meja makan.Seperti biasa Amara mulai melakukan tugasnya sebagai seorang istri yaitu membersihkan rumah,mencuci pakaian dan lain sebagainya.

Davina menghubungi Aska.Wanita itu meminta tolong pada Aska agar Aska bisa menjemput nya sepulang dari kerjanya.Aska yang dengan senang hati pun langsung mengiyakan permintaan dari Davina, wanita yang masih ia cintai itu.

Sore harinya, mobil Aska sudah terparkir di halaman rumah sakit untuk menjemput Davina. Davina yang baru saja keluar dari dalam, langsung berjalan cepat menuju mobil Aska.

"Ternyata kau sudah disini!" tegur Davina

"Silahkan masuk cantik," Aska membuka pintu mobilnya.

Davina tersenyum lalu masuk ke dalam mobil.Aska tak langsung mengantarkan Davina pulang ke rumah,melainkan ia membawa Davina untuk makan di sebuah restoran sebelum pulang.

Tidak terasa hari sudah malam, Aska dan Davina baru saja sampai di depan rumah Davina.

"Aska,terimakasih banyak karena sudah mengantarku!" ucap Davina.

"Baik sama-sama, jika kau membutuhkanku maka langsung saja hubungi aku!" ujar Aska.

"Baiklah!"

Aska kemudian berlalu begitu saja.

Sedangkan Amara saat ini baru saja duduk beristirahat di sofa merenggangkan tubuhnya yang terasa amat penat.Menunggu kepulangan suaminya, Amara duduk santai sambil menonton televisi.

Tidak lama terdengar suara deru mobil yang berhenti di depan rumah. Aska baru saja pulang dengan wajah yang terlihat letih.

"Apa pekerjaanmu hanya bersantai-santai saja?" tegur Aska menghampiri.

Amara terlonjak kaget, ia segera bangun dari sofa dan berdiri tertunduk menghadap Aska.

"Maaf tuan, tapi saya baru saja beristirahat sebentar!" ucap Amara.

"Siapkan air hangat dan pakaian untuk ku!" titah Aska. Amara segera melakukannya.

Terpopuler

Comments

teti kurniawati

teti kurniawati

sakit... ketika ngalamin kaya gitu

2022-09-15

1

kholifah ifah

kholifah ifah

Ternyata cari pembantu agar tidak menggajinya........ kasian banget Amara😭😭😭

2022-09-10

0

Nur Chasan

Nur Chasan

lah orang kaya masa enggak punya pembatu .

2022-08-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!