Episode 14

Beberapa hari kemudian setelah mengumpulkan keberanian, Aska pun mulai menemui orangtua Davina. Sesuai janji malam ini Davina mengajak Aska untuk makan malam bersama orangtuanya di rumah.Tapi Aska sedikit tak mengerti ketika melihat raut wajah Davina yang terlihat begitu gelisah.

"Ada apa denganmu, kenapa wajahmu terlihat seperti orang yang gelisah?" Tanya Aska yang sedang menyetir mobil.

"Aku takut, ayahku mendidik ku dengan sangat keras, bagaimana dengan perasaannya nanti jika tahu anaknya hamil di luar nikah!" Kata Davina dengan mata berkaca-kaca.

"Vin.....jangan takut, kan ada aku. Berdoa saja semoga semuanya baik-baik saja. Setelah aku sudah berbicara dengan ayahmu, maka aku akan berbicara kepada ibuku untuk meminta restu." Kata Aska. Davina hanya menganggukkan kepalanya.

Setibanya di depan rumah Davina, Aska langsung saja turun dari mobil lalu membukakan pintu mobil untuk Davina.

Aska menghela nafas panjang lalu menghembuskan nya dengan kasar. Begitu pula dengan Davina.

"Mari masuk, ayah pasti sudah menunggu di dalam!" Ajak Davina.

Aska mengangguk tersenyum. Walau di hatinya ada sedikit perasaan canggung.

"Selamat malam, om dan tante!" Aska mengulurkan tangan untuk bersalaman.

"Ya," Balas Heru dengan singkat sambil menatap sinis Aska. Heru berlalu begitu saja menuju ke ruang makan. Herlina merasa tak enak dengan sikap suaminya, ia hanya tersenyum sambil mempersilahkan Aska dan Davina untuk masuk.

"Nak Aska, silahkan masuk!" Ucap Herlina.

"Ayahku memang seperti itu orangnya, dingin!" Bisik Davina pada Aska.

Aska tersenyum lalu mengayunkan kakinya masuk bersama Davina.

"Silahkan duduk!" Herlina mempersilahkan Aska untuk duduk.

Aska pun segera duduk begitupula Davina.

Davina menatap ayahnya yang sedang mengunyah makanan. Dia menyadari bahwa ayahnya benar-benar bersikap seperti orang yang tidak peduli.

Makan malam terasa begitu hening, membuat Aska yang menatap ayah Davina berulang kali merasa tak enak hati karena kehadirannya di abaikan.

"Siapa namamu, nak?" Tanya Herlina membuka suara.

"Aska tante," Jawab Aska tersenyum.

"Darimana kau mengenal putriku?" Sambung Heru tiba-tiba.

"Eh.....ka-kami sudah lama mengenal satu sama lain om. Tepatnya waktu kuliah dulu!" Jawab Aska terbata-bata.

"Em......apa pekerjaanmu?" Tanya Heru.

"Saya seorang CEO di perusahaan **** ," Jawab Aska. Pria itu sedikit bergetar dan berkeringat dingin.

"Apa hubunganmu dengan Davina?" Tanya Heru tanpa menatap ke arah Aska.

"Pasti kau kekasih Davina kan, nak?" Sambung Herlina sambil tersenyum.

Aska hanya tersenyum saat ditanya seperti itu.

"Apa betul yang di katakan istriku?"

"I-iya om, saya kekasih dari Davina!" Ujar Aska tersenyum.

Heru seketika mengangkat pandangan dan ia memberikan setengah senyuman pada Aska.

Selang beberapa saat makan malam telah selesai. Heru langsung berlalu begitu saja meninggalkan ruang makan.

"Vin....ibu susul ayahmu dulu!" Ucap Herlina yang lagi-lagi tak enak melihat sikap suaminya.

"Sepertinya ini bukan waktu yang pas untuk memberitahu ayah!" Kata Davina termenung.

"Ayah mu seperti tak menganggap kehadiranku, lalu bagaimana aku bisa memberitahu semuanya!" Lirih Aska.

"Sepertinya ayah tak suka kepadamu, Aska!" Lirih Davina

"Sudah tidak apa-apa. Tunggu waktu yang pas saja, aku akan kemari lagi untuk mengungkapkan semuanya!" Ujar Aska mengelus rambut Davina.

Huft........

"Mas....kenapa bersikap seperti itu di depan kekasih Davina?" Tanya Herlina.

"Aku tidak suka dengan laki-laki itu. Lagipula aku juga sudah berniat untuk menjodohkan Davina dengan anaknya temanku!" Jawab Heru sedikit kesal.

"Tapi kan itu pilihan Davina mas, dia jua berhak untuk memilih siapa pujaan hatinya!" Ujar Herlina.

"Hah, besok aku akan mencari tahu tentang siapa lelaki tersebut dan darimana asal usul nya!" Kata Heru.

Karena merasa tak dihiraukan oleh ayah Davina, Aska pun memutuskan untuk pamit pulang saja pada Davina dan kedua orangtuanya.

Tepat pukul sepuluh malam, barulah Aska menginjakkan kaki di rumah. Ia melihat Amara tidur di sofa ruang tengah. Pria itu berjalan mendekati Amara lalu ia berjongkok melihat wajah istrinya. Sejenak ia memandangi wajah cantik Amara. Kemudian Aska berdiri lalu ia melenggang begitu saja pergi ke kamarnya tanpa membangunkan Amara.

Beberapa menit kemudian Aska Kembali ke sofa di mana istrinya tertidur. "Mengapa dia tidur disini, disini kan dingin!" Kata Aska mengusap kasar rambutnya.

Karena tidak tega melihat Amara yang kedinginan, Aska pun berbalik kembali menuju kamarnya. Tak lama Aska kembali lagi dengan membawa selimut.

Aska menyelimuti seluruh tubuh Amara. Lagi-lagi ia tertegun menatap wajah istrinya.

Tangan Aska tiba-tiba mengusap kepala Amara dengan pelan. Mulutnya pun melengkung membentuk senyuman ketika melihat istrinya tidur begitu nyenyak.

Entah mengapa hanya menatap wajah istrinya saja ia langsung merasa adanya ketenangan dan kedamaian.

Terpopuler

Comments

kholifah ifah

kholifah ifah

kemana aja kemaren Lo Aska???istri halal fianggurin malah cari yang halal kaya monster lagi😪

2022-09-10

1

Hikmah Araffah

Hikmah Araffah

ga rela ih klo Amara masih bertahan sm Aska yg udh hamilin perempuan lain

2022-09-10

0

Jupilin Kaitang

Jupilin Kaitang

ketanangan,damai sudah telambat bagi suami yang mengangap penikahan itu hanya ucapan biasa

2022-08-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!