Episode 6

Waktu terus berlalu, hingga usia pernikahan Aska dan Amara sudah berjalan lima bulan.Selama lima bulan itu juga Aska sama sekali belum menyentuh tubuh Amara.

Aska pria itu hanya pulang ke rumah untuk tidur dan makan saja, selebihnya ia akan menghabiskan banyak waktu di luar sana bersama Davina. Yah, hubungan Aska dan Davina semakin dekat tanpa adanya kepastian dari Aska sendiri.Bahkan mereka sudah beberapa kali melakukan hubungan badan.

Tidak ada yang spesial dari pernikahannya, benar-benar terasa hambar dan hampa itulah yang Amara rasakan maupun Aska.

Dari segi materi Aska adalah suami yang bertanggung jawab sebab tak pernah telat memberi Amara uang belanja tiap bulannya.

Walau Aska memberikan nafkah materi pada Amara. Akan tetapi, sebagai seorang istri nafkah batin juga ia butuhkan.Perhatian, sentuhan dan di manjakan semua itu sangat di harapkan.

Amara tak pernah meminta atau menuntut hak nya sebagai seorang istri. Ia hanya bisa berusaha mengerti dan bersabar atas sikap Aska yang dingin dan acuh pada dirinya.

Walaupun begitu, Amara yang awalnya tidak mencintai Aska, kini mencoba untuk belajar mencintai lelaki yang sudah menikahinya itu. Wanita itu berharap jika suatu saat nanti ada keajaiban yang membuat suaminya berubah.

Sementara Marta hari demi hari sudah berangsur membaik, tapi Marta untuk kemana-kemana hanya bisa menggunakan kursi roda.

Selama ini Marta mengira hubungan rumah tangga Aska dan Amara berjalan baik-baik saja karena Aska selalu bersikap manis di depannya, seolah-olah rumah tangga mereka terlihat harmonis.

Aska hanya akan menyentuh dan tersenyum manis pada Amara saat ada ibunya saja.Itupun hanya sebatas pegangan tangan.Pria itu tak ingin ibunya tahu bahwa pernikahannya dengan Amara hanya sebatas penebus hutang saja.

Siang hari ini karena sudah sangat bosan berada di rumah dan sudah lama tidak pergi keluar, Marta pun mengajak Amara sang menantunya untuk pergi berbelanja ke Mall.

Amara dengan senang hati mengiyakan ajakan ibu mertuanya, karena ia sendiri pun selama menikah tidak pernah keluar rumah hingga membuat dirinya bosan dan jenuh.

Dengan di antar oleh Dimas, mereka pun sampai di salah satu mall di pusat kota.

Namun setelah berada di mall kurang lebih satu jam, Amara tiba-tiba menangkap sosok yang tak asing bagi dirinya.

Kedua mata Amara berbinar dengan pandangan jauh menerawang.Ia mencoba mengamati sosok tersebut dan seketika ia dibuat kaget oleh sosok itu yang tak lain adalah suaminya sendiri.

Dengan mata kepala sendiri, Amara melihat suaminya sedang mengandeng mesra wanita lain.

Kedua mata Amara mulai berkaca-kaca, jantungnya seperti di remas-remas dan hatinya bagaikan di hujani dengan ribuan anak panah.

Lagi-lagi rasa sakit menghantam ke dadanya kala melihat wanita itu bergelayut manja di lengan suaminya seperti seekor kera.

Saat ini Amara hanya bisa menahan air matanya yang sudah menggenang di pelupuk mata.Tapi tak terasa air mata itu menetes setitik, Amara langsung menyekanya karena ia tak ingin jika sang ibu mertua mengetahuinya.

Amara kembali mendorong kursi roda ibu mertuanya, ia memutuskan untuk pulang saja ke rumah.

Siang berganti malam, akhir-akhir ini Aska selalu pulang malam. Sebagai seorang istri rasanya ingin sekali Amara bertanya mengapa suaminya itu selalu pulang malam.Tapi apalah daya, mulutnya tak bisa berkata saat di hadapan Aska.

Wajah Aska nampak biasa-biasa saja, seperti orang yang tak tahu menahu.Pria itu pertama kali masuk ke dalam rumah mendapati mata sembab istrinya yang seperti habis menangis, tapi ia sama sekali tak perduli.

"Dimana ibu, apakah sudah tidur?" tanya Aska, pertanyaan itu sudah tak asing di telinga Amara.

"Setelah minum obat, ibu langsung tidur tadi!" jawab Amara.

"Oh,"

Seperti biasanya, Aska menyuruh Amara untuk menyiapkan air hangat dan makan malam.Amara pun segera melakukannya.

Selesai mandi dan makan malam, Aska duduk santai di ruang tengah dengan tatapan mengarah ke layar laptop.

Amara yang sedang membereskan meja makan, dari tadi terus melihat ke arah suaminya.Pikirannya terus terngiang-ngiang tentang apa yang di lihatnya tadi siang.

Amara meletakan kembali piring kotor yang ia pegang.Wanita itu kemudian melangkah mendekati Aska yang sedang duduk di ruang tengah.

Amara berdiri tepat di samping Aska sambil mengepalkan kedua tangannya dan memandangi Aska dengan tatapan penuh kecewa.Rasanya ingin sekali Amara mengintimidasi suaminya itu tapi seketika lidahnya terasa kaku.

"Apa? kenapa tiba-tiba menatapku seperti itu? dasar wanita aneh!" kata Aska dengan santai seperti orang yang tidak memilik rasa bersalah.

"Apa tuan mau ku buatkan secangkir kopi?" tawar Amara.

"Ya boleh!" ucap Aska.

Amara melangkah dengan gontai menuju ke dapur untuk membuatkan Aska secangkir kopi.

Di dapur Amara menghembuskan nafas panjangnya, tak terasa keluar air dari sudah mata.

"Bodoh, aku sangat bodoh dan lemah! kenapa lidahku terasa kaku jika di depannya!" lirih Amara menyeka air mata.

"Ini kopinya tuan ...." ucap Amara.

"Taruh saja di atas meja!" titah Aska tatapannya masih fokus pada layar laptop.

Jangankan menoleh Amara, melirik saja pun tidak.

Tanpa basa basi Amara pun kembali memilih kebelakang.

Aska menatap kopi hitam di atas meja yang berada tepat di samping laptopnya. Entah rasanya sudah berapa lama dirinya tidak menikmati secangkir kopi hitam.Aska lalu menyesap kopinya.

Terpopuler

Comments

kholifah ifah

kholifah ifah

sumpah nyesek banget 😭😭😭😭

2022-09-10

1

Wirda Wati

Wirda Wati

laki Aneh...

2022-08-23

0

Noor Sukabumi

Noor Sukabumi

next thor

2022-08-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!