Episode 17

Sore menjelang malam, Davina baru saja tersadar dari pingsannya. Davina perlahan membuka mata dan mendapati dirinya sudah terbaring di atas tempat tidur miliknya.

"Ada apa denganku?" Davina beranjak sambil memegangi kepalanya yang terasa sedikit pusing.

Kreek.........

Pintu tiba-tiba terbuka dan itu adalah Herlina yang melangkah masuk sambil membawakan segelas air putih.

"Kau sudah sadar rupanya!" Tegur Herlina.

"Apa yang terjadi padaku?" Tanya Davina.

"Davina, tadi pagi kau jatuh pingsan di lantai. Dan kami pun segera membawamu ke rumah sakit." Jawab Herlina.

"Hah? dibawa ke rumah sakit!" Davina terkejut. "Apa Dokter memberitahu sesuatu pada ayah?" Tanya Davina matanya membola.

Herlina menghela nafas panjang, "Minumlah dulu Vin, kau baru saja sadar!" Ujar Herlina.

Davina pun segera meneguk segelas air putih itu.

"Cepat katakan, apakah ayah sudah tahu bahwa a-aku......" Lirih Davina memegangi kedua bahu Herlina.

"Dasar anak kurang ajar!" Terdengar suara berat dari arah pintu yang tak lain adalah Heru dengan wajah kesalnya.

Davina dan Herlina seketika terkejut ketika melihat Heru yang tiba-tiba datang.

Heru mendekat kemudian melayangkan satu tamparan keras ke wajah Davina.

"Argh......." Jerit Davina merintih kesakitan sambil memegangi pipinya.

"Mas......." Seru Herlina.

"Dasar tidak tahu malu!" Gumam Heru dengan mata wajah yang menyeramkan.

Davina bergetar ketakutan, ia langsung saja bersimpuh di kaki ayahnya dengan tangisan.

"Ayah....itu salah paham ayah." Lirih Davina.

"Kau itu putriku satu-satunya, bisa-bisanya kau menghancurkan nama baik keluarga ini dengan kelakuanmu yang hamil di luar nikah!" Maki Heru.

"Maafkan aku ayah, aku benar-benar khilaf!" Ujar Davina dengan tangis tersedu-sedu.

Heru mengepalkan kedua tangannya, emosi yang membendung sejak tadi, sudah tak bisa lagi ia tahan.

"Dasar keparat!" Teriak Heru menendang Davina dengan kakinya.

"Argh......." Davina kembali menjerit kesakitan.

Herlina yang melihat itu langsung saja berupaya menghentikan suaminya. Tapi apalah daya, Heru benar-benar tak bisa di hentikan.

"Kau mempermalukan ayahmu sendiri, bagaimana jika orang-orang di luar sana tahu jika anak dari Heru Kurniawan hamil di luar nikah? Davina.....kau itu baru saja menjadi seorang Dokter terkenal tapi kenapa dengan mudahnya kau menghancurkan semua itu?" Tanya Heru dengan geramnya.

Mendengar perkataan ayahnya, Davina dengan sekuat tenaga berusaha untuk berdiri. Dengan tatapan sinis dan penuh kebencian ia menatap ayahnya.

"Kau itu putriku, tapi kenapa malah seperti ini kelakuanmu! padahal aku ingin menjodohkan mu!" Celetuk Heru yang tak habis pikir.

"Ayah adalah ayahku, artinya aku akan menjadi anak ayah sampai mati. Namun anak ayah ini juga manusia, aku manusia ayah! aku punya pikiran dan kehendak sendiri!" Pekik Davina kepada ayahnya.

Heru matanya membola, tak percaya jika sang anak akan meneriaki dirinya. Sebab yang Heru tahu selama ini Davina sama sekali tidak pernah melawan.

"Berani-beraninya kau berkata seperti itu pada ayahmu sendiri!" Seru Heru.

"Kenapa apakah ayah kaget?" Tanya Davina.

"Tolong biarkan aku bernafas sedikit, yah!" Pinta Davina.

"Apa maksudmu?" Tanya balik Heru.

"Ayah telah berbuat sesuka hati ayah selama ini. Apakah itu masih belum cukup?" Tanya Davina dengan mata yang di banjiri air mata.

"Berbuat sesuka hati? kenapa kau bisa berfikir seperti itu?"

"Ayah ingin tahu, sebenarnya aku tidak mau kuliah kedokteran. Tapi ayah bilang aku harus kuliah kedokteran agar aku bisa menjadi Dokter terkenal. Karena itu adalah impian ayah. Jadi aku belajar tanpa mengeluh dan akhirnya lolos. Tak perduli apapun itu, ayah selalu ingin melihatku menjadi seorang Dokter." Tutur Davina mengungkapkan apa yang selama ini ia pendam di dalam hatinya.

Pembuluh darah tampak tegang di leher Heru, ia benar-benar sangat kecewa ketika mendengar pernyataan dari Davina.

"Aku sering muntah karena mual, aku sering berlari ke luar dari ruang operasi. Aku mencoba banyak obat untuk bertahan, tapi lagi-lagi aku tak sanggup hingga aku di keluarkan berkali-kali dari ruang operasi. Ayah tak tahukan?" Tanya Davina.

"Beraninya kau menipu ayah! kau benar-benar mempermalukan ayah!" Gerutu Heru.

"Dari awal aku tidak berniat untuk membohongi ayah, aku hanya takut ayah akan kecewa padaku. Hanya saja aku ingin membuat ayah bangga." Kata Davina.

"Apa bangga, bangga katamu!" Bentak Heru.

"Jika saat itu aku jujur tak ingin kuliah kedokteran, apakah ayah akan baik-baik saja? tapi ayah selalu bilang aku harus jadi dokter!" Ucap Davina.

"Meski begitu kau tega membohongi ayahmu? orang tua mana yang akan bahagia jika di bohongi anaknya!" Pekik Heru.

"Apa ayah tahu betapa beratnya aku mencoba, untuk hidup di dunia yang ayah mau? apa ayah tahu betapa menyedihkannya aku? ayah tidak tahukan karena ayah tidak pernah puas dengan jati diriku sebenarnya!" Ungkap Davina dengan air mata berlinang.

"Tapi aku menahannya ayah, karena aku pikir itu akan membuat ayah bahagia meski aku harus sengsara.

"Tetap saja kau membohongi ayahmu sendiri!" Seru Heru.

"Apakah ayah pikir aku sengaja ingin berbohong ? apakah aku setega itu?" Tanya Davina yang sudah tak tahan lagi.

"Ayah selalu membuat ku berfikir haruskan menjadi seorang dokter agar bisa di anggap sebagai anak ayah?" Tanya lagi Davina.

"Setelah ayah tahu semuanya, aku benar-benar merasa lega. Entah mengapa selama ini aku hidup seperti orang bodoh. Mulai sekarang aku tidak mau menjalani hidup yang ayah tentukan!" Davina menyeka air matanya.

"Sekarang aku hamil dan aku memutuskan untuk berhenti menjadi Dokter!" Kata Davina.

"Ayah sendiri saja gagal menjadi seorang Dokter, apa hak ayah untuk menuntut ku?" Tanya Davina.

Heru tercengang mendengar perkataan dari Davina. Ia benar-benar merasa murka pada Davina yang berani mengatainya seperti itu. Sementara Herlina yang menyaksikan itu langsung menutup mulutnya dengan satu tangan.

Plaaak.......

Satu lagi tamparan keras dari ayahnya, Davina rasakan lagi untuk kedua kalinya.

"Dasar anak bodoh tak tahu di untung! sudah di besarkan di sekolahkan, di kuliahkan , begini rupanya balasan darimu!" Umpat Heru naik pitam.

"Aku benar-benar tidak butuh anak bodoh yang tak berguna sepertimu!" Hardik Heru.

"Apakah seorang anak harus berguna untuk orangtuanya?" Tanya Davina.

"Coba kau tanya pada ibumu yang sudah menjadi tanah itu, apakah dia butuh anak yang tidak berguna?" Perkataan Heru membuat hati Davina benar-benar sakit.

"Kalau begitu seharusnya tidak usah di lahirkan!" Teriak Davina histeris.

"Kurang ajar, biadab!" Heru lagi-lagi melayangkan tamparan keras ke wajah Davina untuk ke tiga kalinya.

"Argh........." Rintih Davina kesakitan. Akibat tamparan tersebut, sudut bibir Davina pun akhirnya luka hingga keluar berdarah.

"Mas....cukup mas....kasihan Davina!" Ujar Herlina memohon pada suaminya.

Davina menatap ayahnya dengan penuh kebencian ketika ia menyadari sudut bibir nya luka dan berdarah.

Tanpa basa basi, Davina pun melangkah pergi meninggalkan rumah tersebut.

Heru sama sekali tak memperdulikan Davina yang pergi bahkan ia sama sekali tak mengejar Davina.

Terpopuler

Comments

Dian Hanafi

Dian Hanafi

rasain tuh emang enak.makannya klo jdi manusia itu jangan kegatelan blm halal udh ngasi kehormatan

2022-10-09

1

kholifah ifah

kholifah ifah

walaupun ada cerita sedih Davina tapi q g simpatik 😁😁

2022-09-10

0

Kod Driyah

Kod Driyah

Herlina ibu tiri yg baik tp Devina memang sombong

2022-09-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!