Episode 7

Aska sering kali bercerita pada Davina bahwa ibunya sedang sakit.Mendengar hal itu ingin sekali Davina menjenguk ibu Aska tapi pekerjaan yang tak ada hentinya membuat Davina tak mempunyai banyak waktu.

Dan baru hari inilah Davina berniat untuk menjenguk ibu Aska sebelum ia pergi bekerja ke rumah sakit.Hanya berbekal alamat yang ia lihat kemarin di ponsel Aska, Davina pun langsung bergegas menuju ke alamat tersebut tanpa menghubungi Aska terlebih dahulu.

Sesampainya di pekarangan rumah Aska, Davina turun dari mobil dan langsung memencet bel rumah beberapa kali.

Seorang wanita berpenampilan sederhana dengan rambut kunciran baru saja membukakan pintu untuk Davina.

Kedua wanita yang saling berhadapan itu termangu satu sama lain, karena sebelumnya mereka pernah bertemu.

"Maaf, cari siapa?" tanya Amara.

"Ah....apa benar ini rumah Aska?" tanya Davina tersenyum tipis.

"Ya, benar ini adalah rumah tuan Aska!" jawab Amara,matanya sama sekali tak berkedip memandangi wanita yang ada di depannya.

"Bukankah ini wanita yang waktu itu di mall bersama Aska?" tanya Amara dalam hatinya.

"Ini kan pasien yang membawa wanita tua dulu, apa jangan-jangan itu adalah ibu dari Aska?" tanya Davina dalam hati.

"Dimana Aska?" tanya lagi Davina sambil memanjangkan lehernya melihat ke arah dalam rumah.

"Tuan Aska baru saja pergi ke kantornya," jawab Amara sedikit kesal karena melihat wanita selingkuhan suaminya.

"Oh.....aku kira Aska sedang ada di rumah.Karena aku buru-buru jadi aku titip ini untuk Aska dan juga ibunya!" Davina memberikan sebuah paper bag yang berisi kue-kue.

Amara menerimanya, tapi wajah datar Amara membuat Davina sedikit merasa tak nyaman.

"Kenapa wanita ini menatapku seperti itu?seperti tidak suka dengan kehadiranku!" batin Davina.

"Dilihat dari penampilanmu, pasti kau adalah pembantu dirumah ini bukan?" tanya Davina dengan nada mengejek sedikit tertawa.

"Bu....." baru saja ingin membuka mulut untuk menjawab, wanita yang di depannya itu tiba-tiba menerima telpon.

"Yah.....sebentar lagi aku akan sampai!" ucap Davina sambil melangkah masuk ke dalam mobilnya lalu pergi begitu saja tanpa mendengar jawaban dari Amara.

"Tidak....aku bukan pembantunya, tapi aku adalah istrinya!" kata Amara termangu.

Siang harinya saat sedang menikmati waktu luang di ruangannya, Davina menghubungi Aska untuk memberitahu bahwa tadi pagi ia sempat mampir ke rumahnya.

Aska terkaget mendengar apa yang di ucapkan Davina.Ia mengira bahwa Davina pasti sudah mengetahui dirinya telah mempunyai seorang istri.

Tapi Aska merasa lega saat Davina mengatakan bahwa ia sempat bertemu pembantu yang membukakannya pintu.

Menurut Aska sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk Davina tahu bahwa ia telah menikah dengan wanita lain.Pria itu takut jika Davina tahu pasti Davina akan sangat marah dan kecewa sehingga bisa saja Davina meninggalkan dirinya untuk kedua kalinya.

"Apa yang kau lakukan jika suatu saat suamimu ketahuan selingkuh?" tanya Aska pada Amara di sebuah malam yang dingin. Dihadapan meja makan yang memamerkan semangkuk sup ayam.

"Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu kepadaku?" tanya balik Amara yang sedang menata makan malam untuk ibu mertua.

"Aku ingin tahu saja bagaimana tanggapan mu nanti," jawab Aska mencicipi semangkuk sup yang di buat oleh Amara.

"Aku tidak tahu!" jawab Amara singkat padahal hatinya mengebu-gebu.

"Tapi kau harus menjawabnya!"

"Wanita yang tadi pagi ke rumah, siapa itu?" tanya Amara mengalihkan pembicaraan.

"Kau akan tahu jawabannya suatu saat nanti," jawab Aska.

Amara menghela nafas panjang kemudian ia melangkah menuju kamar ibu mertuanya dengan membawa makan malam.Meninggalkan Aska seorang diri di ruang makan.

Aska menatap langkah sang istri, pikirnya Amara pasti belum tahu bahwa wanita itu adalah kekasihnya.

 

Dua minggu berlalu, hubungan rumah tangga Aska dan Amara masih terlihat sama seperti hari-hari kemarin, dingin dan hambar.Berbeda dengan hubungan Aska dan Davina yang malah bertambah hangat dan mesra.

Hari ini tak seperti biasanya, Davina nampak terlihat sedikit pucat.Bima rekan kerjanya yang selalu perhatian padanya pun langsung menghampiri.

"Apa kau baik-baik saja Vin? wajahmu terlihat pucat!" tegur Bima.

Davina membuang nafas dengan pelan, "Tidak apa, sepertinya aku hanya sedikit tak enak badan!" ucapnya.

"Kalau begitu istirahat lah Vin, biar aku yang menggantikan mu!" kata Bima sedikit cemas dengan keadaan Davina.

"Tak usah Bim," Davina menggeleng. Tapi baru saja bicara seperti itu, Davina merasakan perutnya sangat mual seperti orang yang ingin muntah. Wanita itu pun langsung beranjak menuju wastafel.

Davina menatap ke cermin melihat pantulan dirinya sendiri.

"Tidak biasanya aku seperti ini, ah mungkin efek dari kelelahan saja!" lirih Davina.

"Vin.....sebaiknya kau pulang dan beristirahat saja di rumah, aku akan mengantarmu!" tawar Bima.

"Tak usah, aku bisa bawa mobil dan bisa pulang sendiri!" tolak Davina. Wanita itu mengemaskan barang-barangnya lalu pergi begitu saja meninggalkan Bima.

"Dia selalu acuh kepadaku, tapi aku akan berusaha mendapatkan hatinya!" batin Bima.

Sesampainya di rumah, Davina langsung saja bergegas menuju kamarnya tanpa memperdulikan Herlina yang sedang duduk di ruang tengah.

"Loh.....Davina....tumben jam segini sudah pulang nak?" tanya Herlina beranjak dari sofa.

Tapi Davina tak menghiraukan pertanyaan dari Herlina, ia dengan terus saja melangkah.Herlina menyusul sampai di depan kamar Davina.

"Davina....wajahmu pucat nak, apa kau sakit?" tanya lagi Herlina.

Davina memutar knop pintu lalu menatap Herlina dengan penuh kebencian.

"Berisik, jangan ganggu aku!" ucap Davina langsung membanting pintu.

Herlina hanya bisa menelan ludah dengan mata yang sudah berair.Perlakuan buruk yang ia dapatkan dari anak tirinya itu selalu membuat batinnya tersiksa.Rasanya sudah berbagai cara Herlina lakukan untuk mendapatkan hati anak tirinya, tapi tetep saja hati Davina keras seperti batu.

Di kamarnya, Davina kembali merasa mual dan pusing hingga membuat ia bolak balik berlari ke kamar mandi kemudian muntah-muntah.

"Akhir-akhir ini aku selalu sibuk hingga membuat diriku jarang beristirahat.Sampai-sampai aku yang seorang Dokter pun tidak memperhatikan kesehatanku sendiri!" tutur Davina memandangi wajahnya di cermin.

Davina lalu membaringkan diri di atas ranjang dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Ia

memutuskan untuk tidur dan berisitirahat saja hari ini.

Malam harinya, seperti biasa di jam segini Amara akan menyiapkan makan malam untuk suami dan ibu mertuanya.

Tapi berbeda dengan malam sebelumnya saat Amara mengantarkan makanan.Marta ingin Amara membawanya ke ruang makan untuk makan malam bersama dirinya dan Aska.

Amara dengan senang hati menuruti permintaan dari ibu mertuanya.

"Aska sangat begitu senang Bu, karena sudah lama rasanya kita tidak makan bersama!" ucap Aska pada Marta.

"Amara, kenapa kau hanya diam berdiri di situ? ayo duduk dan makanlah!" ucap Marta tak menghiraukan ucapan Aska.

"Aku makan paling akhir saja Bu, biar ibu dan Aska makan duluan!" tolak Amara secara halus.

"Apakah kalian sedang bertengkar?" tanya Marta menatap keduanya.

Aska berdehem, "Tidak bu, Amara memang seperti itu orangnya!"

"Amara duduklah!" titah Aska melirik.

Amara pun menarik kursi lalu duduk untuk makan malam bersama.

Terpopuler

Comments

Siti Khadijah

Siti Khadijah

kasian sama amara,sesak dadaku membaca novel ini...seorg isteri yg tak dianggapi...isteri dibuat jadi pembantu...semoga si aszka dpt balasannya nnti,wlaupun amara dijadikan penebus hutang ayahnya..tapi tk adakah sedikit belas kasihan dari suami utk si isteri

2022-09-28

1

kholifah ifah

kholifah ifah

Davina pasti Hamidun anaknya Azka😡😡😡trs Amara gimana😭😭😭

2022-09-10

0

Wirda Wati

Wirda Wati

Davina hamil

2022-08-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!