Tidak sia-sia Zalfa mengabari Ismail bahwa ia baru saja kecelakaan. Informasi yang ia berikan ternyata direspon secepat ini. Ismail langsung mengoper kabar itu kepada kedua orang tua Faisal. Zalfa merasa sangat tersanjung dengan keadaan itu. Namun seperti yang terlihat, kedua orang tua Faisal justru datang lebih awal dari pada Ismail.
“Anda siapa? Kenapa ada di sini?” kejut Bu Fatima menatap pria muda di hadapannya. Kemudian ia memiringkan kepala demi bisa menjangkau wajah Zalfa akibat pandangannya yang terhalang badan Arkhan, ia mendapati Zalfa yang duduk di ranjang.
“Saya Arkhan. Apa Anda keluarga dari gadis itu?” Arkhan menunjuk Zalfa.
Bu Fatima mengangguk dengan tatapan dingin. “Dia calon menantuku.”
“Gadis itu… Maksudku Zalfa, dia kecelakaan dan aku membawanya ke rumah sakit,” jelas Arkhan kemudian melewati sepasang suami istri itu dan berlalu pergi.
Zalfa mendadak merasa tidak nyaman menyadari tatapan Bu Fatima yang tiba-tiba berubah dingin. Yang membuat Zalfa merasa tidak nyaman adalah pandangan Bu Fatima yang menatap aneh pada saat ia menyadari Arkhan berada di satu ruangan bersama Zalfa.
“Pria itu tadi bersamamu di sini?” tanya Bu Fatima dingin.
Semakin tidak nyaman dengan pertanyaan itu, Zalfa menarik nafas dan menjawab lembut, “Ya, seperti yang dijelaskan pria itu, dia yang menolongku. Aku nggak akan berada di sini jika bukan dia yang membawaku. Atau mungkin orang-orang akan menemukanku terkapar di jalanan jika dia nggak membantuku.”
“Apa pria tadi lama di sini?” tanya Bu Fatima penuh selidik. Zalfa yang selama ini dibanggakan dan dia harapkan menjadi menantu, kini terlihat dekat dengan laki-laki selain puteranya.
“Enggak. Hanya sebentar,” jawab Zalfa, berharap wajah di hadapannya kembali seperti sedia kala. “Pria itu hanya membantu. Itu aja. Dia masuk sebentar ke sini untuk memastikan kondisiku baik-baik aja, setelah itu dia pergi.”
“Tidak baik perempuan mengenal laki-laki terlalu dekat. Sudah, cukup ini adalah terakhir kali pertemuanmu dengan pria tadi,” ucap Bu Fatima dengan pandangan tak menentu ke arah Zalfa.
Zalfa terpojok, akankah semudah itu Ibu Fatima terhasut dengan keadaan?
Bu Fatima meletakkan kantong plastik berisi berbagai makanan ringan dan roti ke meja, masih dengan muka berkerut karena berpikir. Akankah calon menantu yang terlihat alim itu tergoda dengan pria selain Faisal setelah putranya itu lama meninggalkannya?
“Zalfa, bagaimana kondisimu?” tanya Pak Ibrahim diiringi senyum lebar. Sedikitpun Pak Ibrahim tidak terpengaruh dengan keadaan yang baru saja terjadi. Ia masih tampak bersahabat dan mengulas senyum.
“Baik, Pak,” jawab Zalfa sedikit canggung.
“Apa Faisal sudah mengabari sampai dimana dia sekarang? Bapak telepon-telepon tidak aktif ponselnya.”
“Beberapa jam yang lalu dia tadi sempat meneleponku.” Zalfa baru ingat teleponnya dengan Faisal tadi terputus. Tapi Faisal tidak menelepon balik.
“Lain kali kamu harus berhati-hati, sebentar lagi kamu akan menikah. Hari H tinggal beberapa minggu lagi. Jangan sampai kecelakaan ini terjadi lagi. Fisikmu adalah yang paling utama. Bapak tidak ingin kamu mengabaikan keselamatan.”
“Iya, Pak. Semoga ini nggak terulang lagi dan pernikahanku dengan Faisal akan berjalan lancar.”
“Apa kamu perlu dirawat?”
“Hanya semalam aja, kok.”
“Baiklah, biar Bapak yang tanggung biayanya.”
“Nggak usah, Pak. Aku akan membayarnya sendiri.” Betapa sungkan Zalfa menerima bantuan calon mertua.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 309 Episodes
Comments
Juan Sastra
itulah contoh antara seorang ibu yg tulus dan modus,, ibu fatima kelihatan sekali sok nya,,
2024-11-15
0
ibeth wati
bahkan calon ibu mertuanya TDK menanyakan kabar zalfa langsung ngamok"
2024-02-08
0
Defrin
hmmmm
2023-10-16
0