“Nggak apa-apa, sebentar lagi kamu akan menjadi bagian dalam keluarga kami. Mulai sekarang kami harus mengakrabkan diri denganmu.” Pak Ibrahim menoleh pada istrinya. “Bu, pergilah ke Administrasi dan bayar tagihan yang sudah berjalan.”
Bu Fatima mengangguk patuh. Kemudian ia keluar kamar.
Zalfa merasa beruntung, hidup dikelilingi orang-orang yang menyayangi, seperti Pak Ibrahim contohnya. Beliau bersikap sangat perhatian meski Zalfa belum sah menjadi menantunya.
Di dunia ini, apa lagi yang membuat seseorang merasa sangat bersyukur jika bukan karena dilimpahi kasih sayang? Dan Zalfa mendapatkan itu dari Pak Ibrahim, calon mertuanya.
Tidak lama kemudian, Ibu Fatima kembali. Sejurus pandangan mengarah pada kedatangan Ibu Fatima.
Zalfa mendapati sesuatu yang berbeda dari wajah Bu Fatima, terlihat tegang dan memendam amarah. Tak pernah Zalfa melihat pemandangan demikian di wajah wanita itu sebelumnya.
Zalfa merasakan organ tubuhnya berubah menegang bersitatap dengan calon ibu mertuanya itu.
“Kau lahir tanpa ayah, bukan? Benar begitu?” tegas Bu Fatima dengan sorot mata tajam.
Sontak Pak Ibrahim memandang ke wajah Zalfa penuh tanya. Zalfa tak kalah terkejut dengan pertanyaan itu. Akhirnya yang ia takutkan terjadi juga. Situasi damai yang baru saja dirasakannya berubah tegang.
“Ibu, aku bisa jelasin,” lembut Zalfa mencoba mengubah situasi horor menjadi lebih tenang. “Aku memang terlahir dari wanita yang tidak dinikahi, tapi itu adalah masa lalu ibuku. Aku sama sekali nggak tahu dan nggak terlibat dalam masalah itu. Ibuku meninggal di saat aku masih kecil. Setahuku, aku lahir dalam keadaan suci sama seperti bayi-bayi lainnya.”
Suci sebelum mengenal pria bernama Arkhan itu. Zalfa membatin.
Penjelasan Zalfa tak lantas membuat ekspresi Bu Fatima berubah, masih tajam. “Dan kau menyembunyikan hal itu dari kami? Di meja administrasi tadi, kulihat data dirimu yang tanpa ayah.”
“Sama sekali nggak ada niatku menyembunyikan hal itu dari Pak Ibrahim dan Bu Fatima. Faisal melarangku mengatakannya sebelum dia kembali ke Jakarta, sebab dia ingin menyampaikan hal itu secara langsung kepada Ibu dan Ayahnya, bukan melalui aku. Faisal mengaku memiliki cara sendiri untuk menyampaikannya. Itulah alasannya.”
“Lalu… Lelaki tadi kenalan barumu?”
“Maksud Ibu, Arkhan? Nggak ada penjelasan lagi tentangnya selain yang kujelaskan tadi.”
“Anak haram,” lirih Bu Fatima menyungging senyum kecut di sudut bibirnya. “Kau lahir dari wanita yang begitu mudah menyerahkan tubuh pada laki-laki. Aku khawatir perilaku ibumu menurun padamu.”
Kalimat Bu Fatima sangat menusuk dan membuat luka lebar yang menganga di hati Zalfa. Tak pernah terpikir olehnya, Bu Fatima yang selama ini terlihat kalem, kini lidahnya berubah tajam dan menyakitkan. Begitu hina status dirinya yang lahir tanpa ayah di mata Bu Fatima. Begitu rendah derajat dirinya yang tidak tahu menahu kesalahan yang dilakukan orang tuanya, sampai-sampai kata-kata itu begitu ringan dilontarkan oleh Bu Fatima. Inilah sifat Bu Fatima yang baru Zalfa kenal, pantas saja Faisal melarangnya berterus terang. Faisal lebih memilih agar dia saja yang bicara pada Ibunya dan menjelaskan dengan caranya sendiri. tentu Faisal jauh lebih mengenal Ibunya.
“Ibu, kenapa bicara begitu?” sergah Pak Ibrahim melihat mata Zalfa yang berkaca-kaca.
Bu Fatima tidak menjawab. Ia ngeloyor keluar kamar. Langkahnya sempat terhenti di ambang pintu ketika berpapasan dengan Ismail dan Atifa. Entah sejak kapan suami istri itu berdiri di sana dan mematung saja. Bu Fatima tidak menyapa Ismail dan Atifa seperti biasanya. Hanya menatap sekilas, kemudian berlalu pergi.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 309 Episodes
Comments
Juan Sastra
inilah yg jadi kayu kayu bakar di neraka..
2024-11-15
0
0180 Putri Sitorus
astagfirullah
2024-09-14
1
Defrin
bukan salah anak yang kalir tanpa ayah....
kalau mereka boleh memilih ....
pasti mereka akan memilih terlahir seperti anak lainnya....
2023-10-16
0