Zalfa merasakan tubuhnya terhimpit, ruangan di dalam mobil mendadak sempit. Sesaat ia memulihkan rasa terkejut dengan beristighfar. Kemudian ia melepas sealtbelt. Baru saja tangannya menyentuh handle pintu, kaca jendelanya digedor kuat-kuat dari luar. Kepala Zalfa berputar saat mendengar teriakan dari kaca sebelahnya lagi. Seorang Kakek berbadan gemuk dengan dagu dihiasi jenggot putih berteriak-teriak sembari memelototkan mata sangar.
“Keluar kau!” bentak kakek itu sambil terus menggedor kaca mobil sebelah kanan.
Sementara dari sebelah kiri seorang Bapak tua menambah gaduh suasana dengan terus menggedor kaca. Tak lain pemilik BMW yang menabrak mobil Zalfa dari arah belakang.
“Keluar! Keluar!” seru Bapak tua bermuka setengah bule itu tak sabar.
Buru-buru Zalfa keluar dari mobil. Cukup sulit mengeluarkan kakinya yang terhimpit dashboard. Bahkan ia merasakan pergelangan kakinya sakit dan nyeri.
Baru saja pintu terbuka dan kakinya menginjakkan aspal, Bapak tua bertampang setengah bule itu menarik tangan Zalfa kuat-kuat hingga tubuh Zalfa tertarik keluar.
“Lihat itu!” Bapak itu menunjuk BMW miliknya yang penyok. “Untung saja aku tidak apa-apa. Jika saja mukaku sempat hancur, atau tulang dadaku remuk, atau bahkan leherku patah, maka aku tidak akan mengampunimu.”
Belum sempat Zalfa menjawab, kakek berjenggot putih itu berputar mengelilingi mobil Zalfa dan mendekati Zalfa. Ia berteriak kencang, “Hei, kau lihat pinggangku jadi sakit akibat ulahmu. Kau bisa nyetir atau tidak?”
Zalfa ingat kakek itu melintas di depannya begitu saja tanpa melihat-lihat ke kiri kanan terlebih dahulu hingga kecelakaan itu akirnya terjadi. Zalfa membanting setir ke kanan demi menghindari kakek itu agar tidak tertabrak. Lalu kenapa sekarang malah kakek itu yang marah? Apakah benar mobilnya sempat menyenggol tubuh si kakek? Bahkan kini Zalfa dapat melihat muka si kakek yang keriput bergetar akibat menahan amarah.
“Maaf, Bapak-bapak, ini kecelakaan. Dan aku nggak akan membanting setir ke kanan jika Kakek ini menyeberangi jalan dengan benar. Kakek mendadak muncul dari arah samping ketika mobilku udah berada di dekatnya. Itu mengejutkanku,” balas Zalfa berusaha menjelaskan kejadian yang sebenarnya sembari merintih menahan sakit di pergelangan kaki dan pahanya yang kian membuat tubuhnya hampir roboh. Rasanya sangat sakit. Kakinya gemetar menahan semua itu.
“Kau harus mengganti semua kerugianku,” bentak Bapak tua menghakimi Zalfa, tanpa memperdulikan penjelasan yang baru dia dengar.
“Dimana matamu, hah?” si kakek kembali membentak. Seakan tak puas dengan kemarahan yang sudah ia teriakkan sejak tadi. “Jangan harap kau lepas dariku! Dasar buta!”
“Pinggangku sakit. Ayo, keluarkan uangmu untuk pengobatanku!”
“Shit!”
“Brengsek!”
Silih berganti kakek dan Bapak tua itu memaki Zalfa. Kemudian keduanya berbicara serentak hingga tidak ada yang bisa didengarkan, Zalfa tidak memiliki kesempatan untuk bicara. Uang, hanya uang yang akan menghentikan kemarahan mereka. Mungkin uang cash di tasnya tidak seberapa. Tapi setidaknya Zalfa bisa menyerahkan uang itu kepada si kakek sehingga ia hanya tinggal berurusan dengan satu orang saja.
Zalfa membalikkan badan untuk megambil tas di dalam mobil. Namun tubuhnya terasa berputar ketika Bapak tua bertampang setengah bule menarik lengan Zalfa dan kemudian mendaratkan pukulan di wajah Zalfa.
“Astaghfirullah…” lirih Zalfa terkejut, tak menyangka ia mendapat pukulan dari tangan laki-laki.
“Ini semua gara-gara kau! Lihatlah, mobilku hancur. Kau tahu berapa lama aku mengumpulkan uang untuk membelinya?” bentak Bapak tua itu melotot.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 309 Episodes
Comments
Juan Sastra
udah malah jadi preman dengan alasan tabrakan, huh basi.
2024-11-15
0
sari
sepertinya zalfa sedang di tipu
2024-01-31
0
Defrin
ya Allah bagaimana ini
2023-10-16
0