Setelah kepergian Zanna, Nicko benar-benar meluapkan emosinya. Apalagi saat dirinya memberikan tatapan tajam itu pada gadis yang baru ia temui, Zanna malam berani memberikan tatapan tak kalan tajam dari nya.
Dan hal itu sungguh membuat Nicko benci, apalagi mengingat ucapan Zanna yang mengatakan jika mereka akan menjadi pasangan suami istri, ingin sekali Nicko membunuh gadis lancang itu.
"Tak akan ku biarkan kau senang menjadi istri ku, gadis sialan! Lihatlah akan ku buat kau menyesal menikah dengan ku."
Prang…..
Nicko melempar sesuatu ke arah kaca, hingga kaca itu berserakan di lantai. Wajahnya mengeras, saat mengingat Zanna begitu senang menikah dengan nya.
Nicko berpikir, Zanna menikah dengan nya karena sesuatu hal. Dan hal itu di yakini pasti tentang harta yang di miliki keluarga William.
"Dasar gadis licik," gumam nya mengeratkan kepalan tangan nya.
.
.
Sedangkan di lantai bawah, Zanna bukannya langsung pulang, melainkan dia sedang membantu Nyonya Natalie membuat makan siang untuk semuanya, termasuk Nicko.
"Ternyata bisa memasak tidak buruk juga," batin Zanna tersenyum bisa membantu calon mertuanya itu.
Nyonya Natalie melihat Zanna yang bisa memasak, tersenyum. Pikirnya menantu nya itu sangatlah sempurna. Selain cantik, ternyata dia pandai memasak.
"Mama tidak menyangka jika kamu bisa masak sayang. Mama kira kamu tidak bisa, karena kebanyakan gadis pastilah malas untuk berada di dapur," ucap Nyonya Natalie.
"Saya hanya bisa sedikit ma, tidak terlalu pandai membuat semua menu makanan," jawab Zanna sambil tangan nya sibuk memotong sayuran.
"Itu sudah cukup yang penting bisa."
Mereka pun memasak berbagai macam menu untuk makan siang. Cukup lama, akhirnya masakan yang mereka buat pun selesai. Dan kini Zanna menghidangkannya di atas meja makan.
"Jika sudah selesai, antarkan ini ke kamar Nicko, dia pastilah lapar. Kamu tahu sendiri kan gimana sikapnya. Mama berharap kepada mu," ucap Nyonya Natalie memberikan nampan berisi makanan.
Zanna menerimanya, sebenarnya dia sungguh malas dengan pria di dalam kamar itu. Namun tidak enak jika ia menolak, lagian sebentar lagi dia akan menjadi istri laki laki itu, dan melayani nya dengan baik di depan keluarga nya. Tidak di depan Nicko maksudnya.
"Aku ke atas dulu ma," Nyonya Natalie mengangguk, dan Zanna pun pergi menuju kamar Nicko yang berada di lantai dua dengan membawa nampan.
Sesampainya di depan pintu, Zanna membuka nya. Saat dirinya masuk betapa terkejutnya dia melihat kamar yang sangat berantakan seperti di terpa gempa bumi.
Kaca berserakan di lantai dan juga ada tetesan darah di lantai. Zanna melihat sekeliling mencari pemilik kamar, namun tidak ada. Ia meletakkan nampan itu di meja, dan mencari dimana Nicko berada.
Tak butuh waktu lama Zanna mencari, Nicko ternyata berada di balkon menatap lurus ke depan dengan darah menetes dari tangan nya, karena ulahnya sendiri meninju kaca jendela.
"Apa kau ingin mati?" Tanya Zanna menghampiri Nicko.
Nicko yang mendengar hanya diam, acuh dengan pertanyaan Zanna.
"Tidak tahu malu," hina Nicko yang menganggap Zanna wanita murahan, karena sudah diusir tapi tetap datang menemui nya.
Zanna tidak peduli dengan hinaan itu. "Aku datang mengantarkan makanan untuk mu."
"Buang saja, aku tidak akan memakan nya."
"Jika kamu tidak memakan nya, aku akan menunggu sampai kau memakannya. Sebenarnya aku tidak peduli kau mau makan atau tidak! Bagi ku itu tidak penting. Mau kau kelaparan atau tidak itu bukan urusan ku. Tapi jika makanan itu tidak kau sentuh dan mama mu mengetahui nya aku merasa tidak enak dengan nya," jawab Zanna dan pergi menuju sofa, duduk santai menunggu Nicko segera memakan makanan yang di bawanya.
"Itu bukan urusanmu, aku yang tidak menginginkan, jadi jangan harap bisa memaksa ku."
Zanna tidak peduli, ia sungguh malas sekali berdebat dengan laki laki kaku itu. Bibirnya hari ini cukup sekali banyak berbicara, dan hal itu sangat melelahkan.
Zanna diam, dan tidak peduli lagi. Lebih baik dia bermain dengan ponselnya sambil menunggu sang pemilik kamar memakan makanan yang ada di depan nya.
Nicko yang tidak mendengar lagi suara Zanna, memutar kursi rodanya. Melihat apakah gadis itu sudah pergi atau belum, dan ternyata Zanna masih tetap disana dengan pandangan acuh.
Perlahan Nicko menggerakkan kursi rodanya mendekati Zanna dengan pandangan tajam nya. "Sudah ku katakan aku tidak akan memakan makanan itu! Dan silahkan pergi dari kamar ku, karena aku muak melihat wajah mu! Sekalian bawa makanan itu, karena aku tidak sudi memakan makanan pemberian gadis tak tahu malu seperti mu,"
Zanna tidak peduli, dia tetap acuh, hanya sekali menatap Nicko dengan pandangan dinginnya. Jika saja dia bisa berbuat sesuatu, pastinya pria di depan nya ini sudah ia bunuh sejak tadi karena begitu berani nya dia menghina nya seperti itu.
Namun saat mengingat rencananya, lebih baik dia mengabaikan pria itu, dan menganggap pria itu hanya lah pria gila yang banyak bicara.
"Cih! Sombong sekali. Dia pikir hanya dia yang muak? Aku pun sama, sangat-sangat muak melihat wajah mu yang menyebalkan itu," gumam Zanna kecil namun masih dapat di dengar oleh Nicko.
"Apa kau bilang‽" Marah nya dengan mata melotot.
Zanna melihat mata yang hampir keluar itu, memutar bola matanya malas. "Dia pikir hanya dia yang bisa melotot? Aku pun bisa," balasnya melototkan mata, membalas menatap tajam Nicko.
Nicko yang melihat Zanna membalas tatapan nya, bertambah geram. Pikirnya, gadis ini sungguh tidak takut sekali dengan nya.
"Kau!"
"Apa?"
"Berani nya kau menatapku seperti itu!" Zanna tidak menjawab, mengabaikan ucapan itu.
Keduanya benar benar tidak bisa akur, mereka saling melawan. Nicko yang keras, Zanna yang acuh dan dingin. Sungguh pasangan yang susah untuk bersatu.
.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Disha♡💕
serasi🤣🤣
2024-02-16
0
Sandisalbiah
si pemarah ketemu si keras kepala... rameee....
2024-02-14
0
Mas neddy Gondrong
spik
2022-12-15
1