Di tempat lain, seorang Pemuda tampan, namun memiliki keterbatasan sedang melempar makanan yang di antar oleh mama nya kelantai.
Prang
Suara pecahan piring di lantai mengagetkan Mama nya.
"Nicko….!" Teriak Natalie William.
"Pergi..!" Bentak nya mengusir.
"Sayang, janganlah seperti ini, Mama tidak mau kamu terus terusan menyiksa diri mu," Natalie meneteskan air matanya melihat Putra nya berubah menjadi sesosok dingin yang tak tersentuh.
"Aku bilang pergi, ya pergi. Jangan pedulikan aku yang cacat ini."
Setelah kejadian dirinya kecelakaan, Nicko menjadi pemuda yang kasar dan suka marah. Bagaimana tidak! Setelah dirinya di nyatakan lumpuh kekasih nya langsung meninggalkan nya dengan tega.
"Tidak sayang, bagaimana pun keadaan mu, Mama tetap lah peduli dan sayang kepada mu."
Natalie benar benar tidak bisa membujuk dan mengembalikan sifat anak nya seperti dulu, ramah dan tidak kasar. Tapi setelah kejadian itu, semua nya berubah. Ia menjadi sosok yang tak mudah tersentuh.
Selain hanya di dalam kamar, Nicko juga tidak mengizinkan siapa pun masuk kedalam kamar nya. Jika pun ada yang masih ngotot masuk, pastinya dia akan mendapatkan bentakan kasar dari mulut laki laki itu, seperti Mama nya, Natalie saat ini.
Nicko benar benar tidak peduli dengan semua omongan Mama nya, baginya itu hanya omong kosong untuk menghiburnya.
Nicko menggerakkan kursi roda nya ke arah meja dan melempar asbak rokok ke arah Mama nya.
Prang.
"Pergi….!" Bentaknya dengan mata melotot, dia tidak perlu di kasihani. Baginya dunia nya sudah mati saat dirinya mengalami kecelakaan dan kehilangan ibunya. Ya, saat ini wanita yang sedang bersama nya adalah ibu sambung nya, istri kedua Papa nya.
Saat Nicko melempar, beruntung lemparan itu tidak mengenai Natalie, sehingga tidak terjadi sesuatu terhadap nya. Sedangkan dari arah pintu, Mattew yang hendak menengok putra nya, terkejut melihat betapa kasarnya Nicko terhadap istrinya.
"Nicko, berani nya kau!" Bentak Mattew dengan mata merahnya, menatap tajam.
Nicko yang melihat Papa nya datang dan mengganggu kenyamanan nya tidak peduli, apalagi papa nya datang pasti mengasihani diri nya.
Pergi kalian dari kamar ku," bentak Nicho dan menujuk ke arah pintu, meminta kedua nya meninggalkan kamar nya. Kamar yang menjadi tempat diri nya bersedih dalam keterpurukan.
"Beginikah kelakuan mu kepada kami!" bentak Mattew marah.
Sungguh dia sudah bingung dengan putra nya ini. Berobat tidak mau, tapi tidak mau di kasihani. Apa maunya sebenarnya, Mattew benar benar tidak mengerti jalan pikiran Nicko.
Nicko tidak peduli, dia malah mengabaikan orang tuanya, menatap ke keluar dari jendela. Hanya itulah yang selalu ia lakukan. Apalagi saat mengingat cinta nya telah mati, pergi meninggalkan dirinya yang kesepian.
Mengingat itu, Nicko benar benar marah. Ia menjambak rambutnya sendiri, dan berteriak dengan keras.
Argh!
Mattew dan Natalie yang melihat sebenarnya tidak tega, hanya saja, sifat keras kepala nya saat ini benar benar tidak ada yang bisa menangani.
"Jika kau tetap seperti ini, sampai mati pun kau tetap tidak akan berguna. Papa tahu perasaan mu karena wanita itu. Tapi jika kau terus terusan terpuruk dalam nasib mu ini, kau akan di pandang sebelah mata, dan mungkin saja dia meninggalkan mu adalah pilihan yang tetap karena kau benar-benar tidak berguna sama sekali," ucap Mattew dan membuat Nicko bertambah kesal.
"Jangan menggurui ku, kau tidak tahu rasanya. Pergi kalian dari sini," bentak nya dengan suara keras.
"Baiklah. Ayo Ma kita pergi, tinggalkan laki laki tidak berguna itu," Mattew menarik istrinya pergi meninggalkan Nicko yang bertambah marah.
Prang..
Nicko menghantam kaca jendela dengan lampu tidur, hingga pecah.
"Tidak berguna," maki nya pada diri sendiri.
.
.
Sedangkan di kediaman Mirdad, Zanna yang mulai tinggal di kediaman itu kini sedang membantu adik nya memasak. Yah, walaupun Dena masih remaja, namun dia sudah pandai memasak karena keadaan. Berbeda dengan Zanna yang tidak bisa sekali. Dia hanya pandai bertarung dan menembak.
Dena yang melihat kakak nya bingung, terus saja membimbing. Sebenarnya Dena juga bingung. Mungkinkah lupa ingatan juga menghapus semua memori, terutama hal memasak. Padahal kakak nya benar-benar pandai dalam membuat masakan enak. Tapi tidak untuk saat ini, kakak nya benar benar bodoh, dalam membantu mengupas bawang saja, Zanna tidak bisa dan bingung.
"Kak, apakah kakak juga lupa cara memasak?" Tanya Dena melihat cara Zanna memotong bawang.
"Ah, iya. Entah kenapa semua nya bisa hilang dalam memori kepala kakak, tentang bagaimana caranya memasak," jawab Zanna beralasan. Padahal sesungguhnya baru pertama kali ini lah dia bergelut dengan bumbu dapur.
Dena yang mendengar hanya mengangguk, namun sedikit tidak percaya. Setelah cukup lama bergelut dengan peralatan dapur, mereka pun akhirnya selesai memasak, dan kini Dena menata makanan itu diatas meja.
Setelah selesai Dena memanggil Sonia dan Rebecca untuk makan malam.
"Ma, semua nya sudah siap, silahkan makan malam,"
"Em," jawab Sonia singkat dan pergi menuju ruang makan.
Namun saat sampai disana, betapa terkejutnya, Sonia, Rebecca dan Dena dengan apa yang mereka lihat. Zanna sedang duduk di meja makan menikmati makanan yang ia masak tadi.
Sonia yang melihat wajah nya langsung memerah, mata nya menatap tajam dan langsung menghampiri Zanna dan menarik piring makanan itu.
"Apa yang kau lakukan?" Bentak Sonia dengan napas memburu karena marah.
"Tentu saja makan. Memang apa lagi," jawab Zanna santai dan menarik kembali piring itu.
Sonia yang melihat itu bertambah marah, menurutnya Nana begitu sangat berani dengan nya. Padahal dia adalah tuan rumah di tempat itu, tapi kini sebaliknya, gadis menyebalkan itu lah yang terlihat seperti tuan rumah karena mendahului makan pemilik rumah.
"Apa kau tidak tahu aturan ha..? Kau itu hanya menumpang disini, seharusnya kau tidak sepantasnya malam di tempat ini. Tempat mu adalah di belakang."
Zanna tidak peduli dengan semua ucapan Sonia, baginya itu hanya tawong yang sedang berdengung di telinga nya. Dia malah dengan berani nya mengambil paha ayam di depan nya dan menyantap nya tanpa memperdulikan tiga orang yang sedang melotot.
"Dasar Gadis tak tahu diri," marah Sonia dan melayang kan tangan nya.
Namun sebelum tangan itu menyentuhnya, Zanna menangkap tangan itu tanpa melihat. Sedangkan tangan satunya masih dengan santai menyuapkan paha ayam di mulutnya.
Melihat begitu santai nya Zanna mencekal tangan itu, Rebecca hanya diam memperhatikan. Menurutnya sejak melihat Nana hari ini, Nana sangatlah berubah. Dia begitu berani dan seperti tidak memiliki rasa takut.
"Lepaskan tangan ku," bentak Sonia.
"Aku akan melaksanakan nya jika ayam ini sudah habis." Jawab Zanna
Sonia benar benar naik darah, tangan satunya mencoba menjambak rambut Zanna. Namun sebelum itu terjadi, kaki Zanna menendang sebelah kaki Sonia hingga membuat Sonia jatuh ke lantai.
Argh!
"Kurang ajar, berani sekali kau melakukan ini pada Mama mu."
"Kau bukan Mama ku, kau hanya Mama sambung ku. Jadi tidak usah sok soan mengatakan aku anak mu. Lagian ku rasa kau tidak menganggap kami anak mu."
"Sudah kenapa harus ribut di depan makanan. Isilah perut mu itu, agar kau memiliki tenaga untuk memarahi ku nanti," jawab Zanna.
"Ayo cepet duduk, jika kalian tidak mau duduk, aku akan menghabiskan semuanya," perintahnya dan menekan seperti tidak ingin mendengar penolakan.
Sonia yang mendengar Zanna malah memerintah nya begitu geram, tangan nya mengepal, setelah itu bangun dan duduk di kursi nya dengan bersungut-sungut.
Sedangkan Rebecca sebenarnya sangat marah melihat kelakuan Zanna terhadap Mama nya. Namun untuk saat ini dia diam saja, menyelidik keanehan Zanna.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sandisalbiah
bos mafia ini loh.. kok ya di kantin.. ntar murka di baru..
2024-02-14
0
Mas neddy Gondrong
apik
2022-12-15
0
mei
sepantasnya makan ditempat
2022-09-04
2