Sonia yang begitu marah langsung melayangkan tangan nya hendak menampar pipi Zanna, namun sebelum itu terjadi, Zanna menangkap tangan itu sebelum menyentuh pipinya. "Jangan berani-berani menyentuh ku wanita tua, aku bisa membuat mu lumpuh dalam sekali tendang," ucap nya dengan nada mengerikan.
"Apa? Dasar gila, berani kau mengancam ku. Lepas!" Sonia mencoba melepaskan tangan nya dari cengkraman Zanna.
"Berani kau ber-ulah aku akan membunuh mu," tatap nya dengan mata tajam dan menghempaskan tangan lancang itu.
Rebecca yang melihat tatapan mengerikan itu, menarik-narik baju Sonia. "Ma, dia sangat menakutkan," bisik nya melihat pandangan tajam itu.
"Apa yang perlu di takutkan dari gadis sialan itu," kesal nya menatap Zanna dan Dena dengan sengit.
Dena yang melihat tatapan tajam Sonia semakin mengeratkan cengkraman nya di baju Zanna. Zanna yang melihat gadis yang memanggilnya kakak nampak ketakutan, menatap sebentar, setelah itu kembali menatap dua wanita gila, menurutnya.
"Jangan membuat nya takut, wanita Tua. Aku benar benar bisa membuat mu menyesal jika berani kau ber-ulah dengan ku," ucap Zanna.
Mendengar itu, Sonia menatap remeh. Memang apa yang bisa di perbuat oleh gadis di depan nya ini. Berani sekali dia mengancam Nyonya Mirdad.
"Jika kau masih berani dengan ku, pergi kalian dari sini," usir Sonia dengan lantang.
Zanna yang mendengar menoleh ke arah Dena, Dena menggeleng, berharap jangan melawan lagi agar mereka bisa tetap tinggal di rumah itu bersama dengan ibu tiri mereka.
"Kenapa? Tidak mau pergi?" Tanya Sonia sinis.
"Ma, ku mohon jangan usir kami. Kami akan menuruti semua apa yang Mama mau. Kami tidak tahu harus kemana lagi jika Mama mengusir Aku dan Kakak, hanya kalian yang ku punya," mohon Dena menggenggam tangan Sonia.
Zanna yang melihat hanya diam, ia benar benar bingung dengan semua nya. Sedangkan Sonia yang terus mendengar rengekan itu akhirnya menghela napas, "Mama akan mengizinkan kalian tinggal tapi dengan syarat, jangan pernah membuat masalah dan melawan ku."
Mendengar itu, Dena tersenyum. Ia mengusap air matanya. Ia tahu Sonia sebenar nya baik, tapi hanya saja jangan pernah membuatnya jengkel dan kesal.
"Terimakasih Ma," ucap Dena ingin memeluk.
"Ish, jangan coba coba kau memeluk ku," kesal nya dan pergi meninggalkan mereka mereka.
Rebecca yang melihat Mama nya tidak jadi mengusir adik tirinya menjadi kesal. Ia menghentakkan kaki nya dan pergi meninggalkan mereka berdua. Tapi sebelum itu dia mengancam mereka berdua.
"Awas saja jika kalian membuat ulah, dan melawan kami."
"Kami tidak akan berani kak," jawab Dena.
Setelah Rebecca dan Sonia pergi, Dena menarik tangan kakak nya. "Kak, ayo kita masuk."
"Masuk! Kemana?" Tanya Zanna.
"Tentu saja ke rumah Mama kak. Bukankah tadi kakak dengar bahwa kita sudah diperbolehkan lagi untuk tinggal dengan Mama sonia? Jadi ayo kita masuk, sebelum Mama kembali marah," ucap Dena dan menarik tangan Zanna masuk kedalam rumah besar itu.
Zanna hanya menurut, mengikuti langkah kaki Dena yang terus menariknya. Sesampainya di ruang tamu, melihat Sonia melipat tangan nya sambil duduk di kursi menatap mereka berdua dengan kesal. Sedangkan Rebecca acuh, malas melihat dua adiknya yang menyebalkan.
"Apakah kalian itu siput? Cepat pergi ke kamar kalian dan buatkan makanan untuk makan malam," perintahnya tanpa mau di bantah.
"Baik Ma, kami permisi dulu," jawab Dena dan menarik Zanna. "Ayo kak."
Em…"
Sebenarnya Zanna ingin sekali membenturkan kepala wanita itu, wanita yang seenaknya jidat menyuruh seorang Ketua Mafia ZANNALOA.
.
.
Sesampainya mereka di kamar, Zanna melihat sekeliling kamar itu, sempit itulah yang di pikirkan nya.
"Apakah ini kamar mu?" Tanya Zanna sambil duduk di kasur yang keras.
"Iya kak, ini kamar ku, kamar kakak juga," jawab Dena menata kembali pakaian di tas yang di lempar Rebecca tadi ke dalam lemari kecil.
"Kenapa kecil sekali?"
"Hah, kita bersyukur masih bisa tinggal disini Kak, dari pada kita di luar mengeluarkan biaya, lebih baik disini gratis. Yah, walaupun kita hidup seperti pembantu," jawab Dena menunduk.
"Maksud mu?"
Mendengar Kakak nya yang sepertinya bingung, Dena menatap kakak nya. "Kak, sebenarnya ada apa dengan mu? Kanapa aku merasa kakak sangat aneh?"
"Em, itu….."Zanna menggaruk kepala nya yang tidak gatal, mencari alasan untuk Dena. "Sebenarnya kakak lupa ingatan, jadi kakak tidak mengingat apapun, termasuk diri mu."
"Apa? Kakak lupa ingatan!" Dena menutup mulutnya tidak percaya. Sedetik kemudian dia langsung memeluk dan menangis. Dena tidak menyangka jika kakak nya mengalami hal itu setelah kecelakaan Bus yang di tumpangi kakak nya.
Namun Dena bersyukur ternyata kakak nya masih hidup dan kini ada di depan nya. Zanna yang melihat Dena menangis dalam pelukan nya perlahan mengusap kepala itu dengan lembut. "Sudah jangan menangis lagi."
"Ya, Dena tidak boleh menangis lagi, kakak sudah ada bersama ku. Dan aku tidak akan kesepian lagi," jawab Dena mengusap air matanya, dan setelah nya memberikan senyum manisnya.
Zanna hanya tersenyum kaku, karena ia sebenarnya jarang sekali tersenyum yang ada hanya wajah datar dan dingin.
Zanna menoleh ke arah lemari rias kecil di kamar itu. Saat melihat pantulan wajah nya, betapa terkejutnya dia melihat wajah asing itu.
"Wajah siapa ini?" Batinnya bertanya dan ia pun berdiri ke arah cermin, mengelus wajah yang di milikinya.
"Apa yang terjadi? Kenapa seperti ini. Kemana wajah ku sebelumnya?"
Zanna terus berpikir dalam hati tanpa memperdulikan Dena yang menatap nya bingung
"Ada apa Kak?" Tanya Dena menghampiri.
"Apakah wajah ku seperti ini?" Tanya Zanna
"Em iya, tapi kalau sekarang kakak lebih cantik. Karena tidak memakai kacamata tebal dan rambut kepang."
,"Oh ya tuhan, kenapa seperti ini? Kenapa wajah ku bisa berubah. Dasar dokter sialan! Awas saja kalian," kesal nya yang seenak jidat Dokter itu menempelkan wajah orang lain di wajahnya. "Eh, tapi tunggu! Bukankah wajah ini sama dengan wajah gadis yang ada di Bus itu? Jika itu benar… Sial!" Kesalnya karena harus menjadi orang lain.
Setelah mengetahui perubahan pada dirinya. Zanna pun meminta Dena untuk menjelaskan semuanya. Tentang Sonia, Rebecca dan hal lainnya.
Dena pun menceritakan semuanya, termasuk kedua wanita itu yang sering menyiksanya jika membuat kesalahan sedikit saja. Zanna yang mendengar semua nya mengepalkan tangan. Tidak menyangka jika Nana jika dan Dena diperlakukan layaknya pembantu dirumah itu. Yah walaupun kenyataannya mereka hanya numpang gratis. Tapi Sonia masih memperdulikan mereka dengan menyekolahkan dan menguliahkan Dena dan Zanna. Tapi dengan timbal balik mereka harus menjadi pelayan dan mematuhi semua apa yang mereka katakan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sandisalbiah
perjuanganmu di mulai dr sini Zanna... semangat...
2024-02-14
0
Mas neddy Gondrong
apiik
2022-12-15
0
Aniikada🌅
ceritanya bagus tapi, cara penulisannya dan kata-katanya kurang tepat.
2022-09-10
3