Mendengar itu, Zanna diam. Berpikir apa yang terbaik. "Jika aku menyetujui nya, Dena pasti hidup lebih baik. Tapi aku tidak tahu seperti apa calon suami ku itu? Ah, terserah. Aku tidak peduli dia baik atau tidak, aku bisa mengurusnya. Lagian aku sudah muak berada di rumah ini." Batin Zanna berpikir
Zanna yakin jika keluarga calon suami nya itu bukan keluarga biasa, di lihat dari wibawa beserta aura yang dikeluarkan Tuan Mattew, sudah di pastikan bahwa keluarga itu memiliki kekuasaan tinggi.
"Bagaimana? Kau menerima nya bukan? Jika iya, aku benar-benar akan memperlakukan Dena seperti anak ku sendiri. Tapi jika kau menolak, lihat apa yang akan ku lakukan pada adik kesayangan mu itu," bisik Nyonya Sonia lagi.
"Kau mengancamku? Kau pikir aku takut dengan ancamanmu? Jangan pikir aku benar-benar tidak bisa melakukan sesuatu pada mu! Sampai kau benar-benar berani menyentuh nya, aku benar-benar akan membuatmu menyesal karena berani mengusik ku," balas Zanna tak Kalah memberikan ancaman.
"Kau!" Kesal nya sambil mengepalkan tangan.
Zanna yang melihat wajah Sonia yang mulai tidak enak dipandang, tersenyum menyeringai. "Tapi kau tenang saja, aku akan menerima. Jadi tepati janji mu. Jika tidak! Bersiaplah menemui malaikat maut," bisik di telinga Sonia.
Tuan Mattew yang melihat mereka berdua malah saling bisik, mengerutkan kening. "Ehem….apakah pembicaraan ini bisa dilanjutkan?" Tanya nya agar mereka fokus terhadap apa yang di bahasanya.
"Ah, maafkan saya Tuan," jawab Sonia sambil tersenyum, dan setelah itu beralih menatap Zanna, "Bagaimana sayang? Kamu menerima nya kan?" Tanya nya begitu lembut,
Rebecca yang ada di tempat itu juga menatap Zanna, menunggu jawaban dari adik tiri nya. "Ayo jawab iya," pintanya dengan sorot matanya.
Melihat sorot mata Rebecca yang seperti memohon, entah kenapa membuat Zanna tersenyum kecil. Pikirnya sungguh aneh dengan keluarga nya ini. Apakah begitu senang nya mereka dengan calon suami ini? Sampai-sampai begitu berharap nya mereka agar dirinya menerima perjodohan ini. Sungguh aneh.
Zanna beralih menatap Tuan Mattew dan asisten nya. "Saya menerima perjodohan ini," jawab Zanna membuat mereka semua tersenyum bahagia karena Zanna menerima lamaran itu.
Sedangkan Rebecca tertawa senang, karena Zanna mau menggantikan dirinya untuk calon suami yang mungkin saja cacat itu.
Tuan Mattew menoleh ke arah asisten, dan sang asisten itu pun mengerti. Setelahnya mengeluarkan sebuah berkas untuk di tandatangi Zanna.
"Silahkan anda tandatangani ini nona," ucap asisten menyerahkan di depan Zanna.
Zanna yang melihat mengernyit bingung, pikirnya kenapa harus menandatangani sebuah berkas? Apa ini?
Tuan Mattew yang melihat wajah bingung calon menantunya, berkata. "Itu hanya sebuah tanda bukti, bahwa kamu menerima nya. Dan tidak bisa mengubah keputusan, bahkan berniat untuk meninggalkan calon suami mu nanti."
Mendengar ucapan itu, Zanna seolah menyimpulkan ada yang di sembunyikan semua nya darinya. "Apakah kalian menyembunyikan sesuatu dari ku?" Tanya Zanna.
"Tidak sama sekali," jawab Tuan Mattew
Setelah cukup lama berbincang, Zanna pun menandatangani berkas itu, mengikatnya menjadi bagian keluarga William dengan menikahi Nicko William, putra tunggal keluarga William.
Setelah semua nya selesai, Tuan Mattew dan asisten nya pun pamit undur diri. "Kami pulang dulu, Nyonya Sonia. Terima kasih sudah menyempatkan waktu anda untuk kami," ucap Tuan Mattew menjabat tangan.
"Sama-sama tuan, dan jangan sungkan. Bukankah kita sebentar lagi akan menjadi besan?" Jawab Nyonya Sonia tersenyum sumringah.
"Ya, anda benar," jawab Tuan Mattew balas tersenyum. Dan setelah itu mereka pergi dari kediaman Mirdad.
Setelah kepergian mereka berdua, Zanna berdiri menatap Sonia dengan melipat tangan nya didada.
"Entah apa yang kalian rencanakan, aku tidak tahu. Tapi jika kalian tidak menepati janji kalian merawat Dena dengan baik aku benar-benar akan membuat mu menyesal."
"Cih, lagi-lagi kau mengancam ku. Kau pikir aku takut dengan ancaman murahan mu itu, ancaman yang selalu kau berikan pada ku? Tidak! Bagi ku itu hanya omong kosong," jawab Sonia tak kalah sengit, menatap tajam.
"Kau benar-benar wanita tua tak tahu diri dan tak sayang nyawa." Jawab Zanna mencekik leher itu. " Kau belum tahu siapa aku Sonia! Jadi jangan buat ku benar-benar ingin membunuh mu," Zanna mencekik leher itu dengan kuat, membuat Sonia susah bernapas.
Rebecca yang melihat mencoba menghentikan Zanna agar melepaskan Mama nya. Zanna yang melihat wajah yang sudah pucat itu langsung melepas, membuat Sonia terjatuh di lantai dengan nafas terengah-engah.
"Ini hanya peringatan kecil Sonia. Jika kau terus memprovokasi ku, bukan hanya mencekik mu, bahkan mencincang mu pun aku berani," tatap nya dengan mata tajam, dan dengan aura mengerikan. Setelah itu pergi meninggalkan mereka berdua yang terus menatap nya hingga menghilang dari pandangan nya.
Malam hari, Zanna dan Dena ada di dalam kamar mereka. Zanna memberitahukan jika dia akan menikah dan dia meminta Dena untuk menjaga dirinya sendiri setelah dia tidak ada di kediaman Mirdad itu.
"Dena, kakak tak lama lagi mungkin akan menikah. Kamu harus bisa menjaga dirimu, selagi kakak tidak ada. Dan bila pun kakak tidak ada disini kamu bisa menghubungi kakak. Jika Sonia dan Rebecca membuat mu susah, kakak akan memberikannya pelajaran," jelas Zanna mengelus rambut Dena.
"Ya, kak. Tapi kenapa mendadak sekali? Aku baru tahu jika kakak memiliki tunangan," ucap Dena yang sebenarnya penasaran.
"Entah kakak juga tidak tahu. Semoga saja laki laki yang akan kakak nikahi orang nya baik, tidak menyebalkan," Zanna berharap
"Ya, semoga saja. Aku akan berdoa semoga kakak mendapatkan yang terbaik."
Zanna mengangguk dan setelah nya meminta Dena untuk segera tidur. Tak lama, Dena tidur sebuah panggilan masuk ke ponsel nya.
"Hallo dengan siapa?" Tanya Zanna yang tidak mengetahui, karena nomor yang tertera sangat asing.
"Maaf nona, mengganggu waktu anda. Saya asisten Tuan Mattew. Saya diperintahkan untuk menyampaikan pesan, bahwa besok anda akan di jemput oleh supir tuan untuk datang ke kediaman William."
Mendengar perintah itu, Zanna mengerutkan kening. Zanna hendak menjawab, namun asisten itu berkata lagi. "Anda tidak boleh menolak, besok jam 10 pagi orang suruhan tuan akan datang. Bersiaplah sebelum waktunya tiba. Kalau begitu saya tutup dulu, selamat malam dan selamat beristirahat nona," asisten itu langsung memutus panggilan secara sepihak.
Zanna yang mendengar tentu saja kesal melihat keberanian asisten calon mertuanya itu, "Berani sekali dia memerintah ku seenak jidat tanpa persetujuan dari ku, sialan!" Maki nya membanting ponselnya di bantal.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sandisalbiah
Nico keras kepala.. begitu juga Zanna.. apa jadinya rumah tangga mereka... yg ada setiap hari adu argumen
2024-02-14
0
Yanti
msa bru bbrpa ipisod udah ke gantung sih .
2022-07-14
1
Jayanti Oke
jngn lama" thor updatex ,,,🙏🙏
2022-07-14
0