Semua yang ada di meja makan tampak diam, namun terpancar aura yang begitu mengerikan. Aura yang dikeluarkan Sonia yang saat ini sedang marah.
Walaupun mulutnya mengunyah makanan, namun perasaan nya begitu kesal, apalagi melihat Zanna yang nampak acuh dan begitu menikmati acara makan malam nya.
Sedangkan Dena yang satu meja dengan nya, tak berani melihat mereka semua. Ia hanya menunduk dan menikmati makanan yang seakan susah untuk ditelan karena atmosfer yang menurutnya begitu mencekam.
Merasa benar-benar tidak bisa menahan, Sonia menggebrak meja melihat sikap acuh itu.
Brak….
"Berani nya kau begitu santai di depan ku!" Marah nya sambil menatap Zanna.
Zanna melihat Sonia menggebrak meja makan, hanya melihat sekejap. Setelah itu melanjutkan makan nya, merasa tidak terjadi sesuatu di tempat itu.
"Berani kau masih mengabaikan ku Nana! Jika kau masih mengabaikan ku, aku akan membuat adik kesayanganmu itu menderita," ucapnya memberi ancaman.
Zanna yang mendengar langsung saja menatap Sonia dan setelah nya berdiri menatap Sonia dengan tajam. "Berani kau menyentuh adik ku, aku akan membunuhmu," jawab nya dan langsung pergi menarik adik nya pergi meninggalkan ruang makan.
Sonia yang melihat Zanna malah pergi, berteriak menghentikan mereka berdua. "Mau kemana kalian? Kembali kesini."
"Ma sudah, anak itu seperti nya sudah berubah, tidak seperti dulu yang mudah kita atur. Nampak nya dia sudah melakukan pemberontakan terhadap kita."
"Ya, kau benar. Dan itu sungguh membuat ku kesal dan sakit kepala. Kenapa bisa anak itu menjadi seberani itu, bahkan berani mengancam ku dengan kata-kata membunuh, seakan dia begitu berani melihat darah."
"Itu hanya gertakan saja Ma, dan ku yakin dia tidak seberani itu untuk melakukan nya."
..
..
Pagi hari, Sonia bangun lebih pagi. Dia berniat membangunkan kedua anak tirinya untuk memberikan tugas, membersihkan seluruh kediaman Mirdad
Di depan pintu kamar Dena dan Zanna, Sonia menggedor-gedor pintu itu dengan keras.
"Dena, Nana buka pintunya," Sonia berteriak masih dengan menggedor pintu kamar.
Dena yang berada di kamar langsung bangun mendengar suara Mama nya yang berteriak keras memanggil nama nya.
"Dena, Nana cepat buka pintunya. Jika kalian berani mengabaikan ku, aku akan hukum kalian," teriak nya lagi di depan pintu.
Dena yang kembali mendengar suara Mama nya, menoleh ke arah samping. Di lihatnya kakak nya sama sekali tidak terusik dengan panggilan itu. Pikirnya mungkin kakak nya begitu kelelahan.
Perlahan Dena bangun, dan berjalan menuju pintu. Perlahan Dena membuka pintu itu.
Cklek.
"Ma," sapa Dena sambil menunjukkan senyum bangun tidurnya. Berharap Mama nya tidak semakin marah.
Namun apa, dugaan nya sangat salah. Sonia malah melipat tangan nya siap mengeluarkan jurus baca mantra. "Apakah begitu nyaman nya sampai baru membuka pintu? Enak sekali ya, menumpang tapi seolah seperti pemilik rumah. Seharusnya kau itu sadar diri, kau itu disini hanya menumpang, jadi bersikaplah tahu diri." Maki nya menghina.
Dena yang mendengar hanya menunduk, tidak berani menjawab. Ia sadar jika dia hanya menumpang di kediaman rumah Mama tirinya. Oleh sebab itu dia tidak bisa menjawab ucapan itu, karena takut didepak dari kediaman Mirdad.
Melihat Dena yang menunduk tanpa menjawab, Sonia semakin kesal. Pikirnya benar benar seperti madu nya. "Ah, kesal sekali aku dengan kalian itu. Oh ya, dimana kakakmu?" Tanya nya yang tidak melihat Zanna.
"Ka-kakak masih tidur Ma," jawab Dena enggan untuk menjawab, takut Mama nya ganti memarahi Kakak nya.
"Apa? Tidur?"
"Ya, Ma. Ma ku mohon biarkan Kakak istirahat, jangan ganggu dirinya Ma."
"Kau memohon pada ku? Tidak akan ku terima. Enak saja dia tiduran, sedangkan ini sudah siang. Aku akan membangunkan nya. Minggir kau!" dorong nya pada tubuh Dena yang menghalangi jalan nya untuk masuk.
"Ma, biarkan kakak istirahat sebentar lagi Ma. Mama kan tahu kakak baru saja kembali, tentunya dia pasti sangat lelah." Dena mencoba menghalangi Mama nya yang mencoba membangunkan Zanna.
Sonia tidak peduli, dia terus masuk dan kini sudah berada di dalam kamar, menatap Zanna yang masih terlelap tanpa terganggu dengan bising suara nya.
"Dasar Gadis malas," gumam nya kesal.
Sonia pun mengambil bantal untuk memukul tubuh Zanna. Dena yang melihat mencoba menahan tangan itu, namun Sonia malah menepisnya, menatap tajam dengan seolah berkata. Jangan ikut campur.
"Ma, jangan Ma," mohon Dena tidak peduli dengan tatapan tajam Sonia.
"Minggir kau."
Buk…
Buk…
Sonia memukul tubuh itu dengan bantal, hingga membuat Zanna langsung bangun merasakan pukulan itu. Merasa terganggu, dan melihat siapa yang berulah, Zanna bangun dan menangkap bantal yang hendak dipukulkan lagi oleh Sonia.
"Berani sekali mengganggu tidur ku," ucap nya memberikan tatapan tajamnya.
Sonia yang melihat mata itu sedikit takut. Dia melepas bantal yang dipukulkan dan mundur beberapa langkah. Namun untuk menormalkan sedikit ketakutan nya, Sonia bersedekap dada dan menunjuk wajah Zanna dengan jari nya.
"Berani nya kau melotot di depan ku! Apakah ini balasan mu kepada orang yang telah membesarkan kalian?"
"Ma, maafin kakak Ma. Kami tahu kami salah. Kak, ayo minta maaf, jangan sampai Mama marah dan mengusir kita," mohon Dena takut dirinya dan Zanna di usir oleh Sonia.
"Dena, diam!" Zanna meminta Dena agar diam dan jangan banyak bicara. Zanna turun dari ranjangnya dan menghampiri Sonia yang menatap nya.
Plak….
Sonia yang mendapatkan tamparan mendadak itu sangat terkejut, begitupun dengan Dena yang melihat nya.
"Kak…."
"Nana…..! Beraninya kau menamparku!" Marah Sonia sambil memegang pipi nya.
"Hanya menampar mu, kenapa tidak berani. Bahkan membunuh mu juga saat ini aku berani," lawan nya mencekik leher Sonia.
"Le-lepas," ronta Sonia mencoba melepas kan tangan itu dari lehernya. Dena yang melihat betapa berani nya kakak nya juga membantu Sonia untuk melepas tangan Zanna dari leher Mama tirinya.
"Kak, lepasin Mama kak. Kakak bisa membunuh nya."
"Jangan ikut campur Dena. Menyingkirkan, aku sudah muak dengan wanita ini," kesal nya karena selalu mendengar Sonia berbicara kasar.
Dari arah pintu, Rebecca yang mendengar keributan langsung pergi menuju kamar Dena dan Zanna. Namun saat sampai di tempat itu, betapa terkejutnya dia melihat Mama nya di cekik oleh Zanna.
"Nana, apa yang kau lakukan pada Mama ku?" Teriak nya dan langsung menghampiri menarik tangan Zanna dari leher Sonia.
Melihat satu wanita menyebalkan, Zanna begitu muak dan akhirnya melepaskan nya.
"Kalian pergi dari kamar ini, jangan pernah membuat ku kesal atau pun memerintah ku dan Dena. Jika kalian ingin pembantu, cari di luar sana seorang pelayan untuk mengurus rumah. Jangan libatkan aku dan Dena. Jika kalian masih saja mencari gara-gara dengan ku, bukan hanya mencekik kalian. Bahkan mencincang daging kalian pun aku bisa," ucap Zanna pergi ke kamar mandi tanpa memperdulikan mereka bertiga yang syok dengan ucapan serta tindakan itu.
..
..
Hari hari pun berganti, setiap kali Sonia masih memerintah Dena dan Zanna. Namun Zanna selalu menolak dan tidak menghiraukan perintah itu, dan berakhir Dena lah yang melakukan nya. Walaupun Zanna melarang, namun Dena selalu bilang, tidak apa-apa kak, Dena bisa. Dan hal itu benar-benar membuat Zanna begitu kesal dengan adiknya itu.
Sedangkan Sonia, masih saja tidak takut walaupun Zanna pernah mengancam, seakan tidak peduli. Dia tetap saja dengan lambe lemes nya, marah-marah dan suka berteriak.
.
.
Di tempat Keluarga William, seluruh keluarga berniat menjodohkan Nicko dengan seorang gadis dari kediaman Mirdad, sebuah keluarga yang menjalin perjodohan di masa lalu, tentang janji Tuan Mirdad yang akan memberikan putrinya ke salah cucu keluarga William. Dan janji itu akan mereka minta untuk menjadi pendamping Nicko, berharap Nicko berubah dan ada yang mengurus. Jujur saja, keluarga William sudah tidak sanggup dengan keras kepala dan sikap Nicko yang kasar setelah kecelakaan.
Dan saat ini keluarga William datang ke keluarga Mirdad dan saat ini duduk berhadapan di ruang tamu.
"Ada apa Tuan-tuan datang ke kediaman saya secara mendadak?" Tanya Sonia penasaran, pasal nya dia tidak membuat janji dengan keluarga itu.
"Kedatangan Kami kamari untuk menagih janji Tuan Mirdad untuk menjodohkan putrinya kepada cucu keluarga William. Ini surat perjanjian nya silahkan anda baca," ucap Tuan Mattew menyerahkan surat perjanjian perjodohan.
Sonia mengambil dan membaca nya, ia begitu terkejut saat membaca tertulis nama Rebecca di surat perjanjian itu.
Sonia menghela napas, tapi sebelum menyetujui perjodohan itu, ia bertanya tentang calon suami anak nya kelak. Dan Tuan Mattew pun mengatakan dengan sejujurnya tentang Nicko yang baru saja mengalami kecelakaan, tapi dia tidak mengatakan sikap keras kepala dan kasar serta kelumpuhan nya. Ia takut calon anak nya akan langsung menolak.
Namun tanpa diduga, Rebecca yang mendengar bahwa calon suami habis mengalami kecelakaan, dia langsung menolak. Dia tidak ingin setelah menikah harus mengurusi suami nya yang mungkin saja cacat.
"Maaf Tuan saya menolak perjodohan ini," jawab Rebecca cepat, menurutnya, Nicko yang mengalami kecelakaan tidak pantas dengan nya yang begitu sempurna ini, cantik, anggun dan bertalenta. Jika dugaan nya benar, calon suami nya pasti lah cacat saat ini. Oleh sebab itu, dia lebih baik menolak, daripada dia menjadi pelayan suami nya seumur hidup. Jika itu terjadi bagaimana kata dunia…?
Semua yang mendengar langsung menatap Rebecca dengan sorot tajam. "Berani nya gadis itu menolak perjodohan ini," batin Tuan Mattew.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sandisalbiah
jika Nana yg di sodorkan dlm perjodohan, kasihan nasib Dana...
2024-02-14
0
mei
menyingkirlah
2022-09-04
0
Ida Blado
lah iyalah pak,di mana2 ,, mana ada yg mau di jodohin dgn anak bapk yg lumpuh,bpk sendiri menitupinua krn takut di tolak.
2022-08-14
0