Zanna yang telah pergi dari rumah sakit kini berjalan dengan santai, sambil mengenakan topi di kepala nya. Dia bingung mau kemana, karena tidak tahu arah tujuan yang akan ia tuju.
Sedangkan di rumah sakit, seorang suster yang ingin melihat keadaan Zanna terkejut karena pasien yang di jaga nya hilang dan hanya meninggalkan sepucuk surat di atas meja.
Dokter yang menerima surat itu membaca dan setelah itu melipat kembali dan memasukkan nya kedalam saku.
"Biarkan dia pergi," jawab dokter wanita itu dan pergi dari ruangan tempat Zanna di rawat.
.
.
Di lain tempat, di sebuah bangunan mewah. Seorang wanita baya dan seorang gadis sedang menyiksa seorang gadis remaja dengan kasar.
"Pergi kau dari sini! Kami tidak sudi melihatmu lagi di rumah ini!" Marah wanita baya bernama Sonia Mirdad menendang tubuh gadis itu.
"Ayo ikut aku," seret nya dengan kasar.
"Ma, maafin Dena ma. Dena tidak akan melakukan kesalahan lagi, Dena mohon ma," Dena berusaha melepas tangan Sonia yang menariknya keluar.
"Aku sudah muak mendengar mu terus-terusan minta maaf. Telinga ku sudah sakit setiap hari kau meminta maaf," jawab Sonia kesal karena Dena selalu menghancurkan barang barang mahal nya.
Setiap kali Dena membersihkan rumah, Dena selalu membuat masalah dan berakhir dengan siksaan.
"Usir saja dia ma. Jika mama terus-terusan membiarkan dia tinggal di rumah ini, bisa-bisa kita rugi karena semua barang antik kita pecah karena ulah nya," kata Rebecca.
Rebecca Mirdad, gadis berusia 25 tahun, kakak tiri Nana Mirdad dan Dena Mirdad, putri tunggal Sonia Mirdad, istri pertama Tuan Jhon Mirdad.
Dena yang mendengar menoleh ke arah kakak tiri nya, memohon agar tidak membuat mama nya marah dan berakhir mengusirnya. "Kak, jangan katakan itu. Dena tidak ingin diusir. Jika Dena diusir, Dena mau kemana?" Jawab Dena dengan berlinang air mata.
"Sudah, ayo ikut," seret Sonia dengan kasar.
"Tidak, Dena mohon ma, jangan usir Dena. Dena tidak memiliki siapa-siapa lagi selain mama dan Kakak Rebecca. Kakak Nana sudah tidak ada. Jika mama mengusirku, aku harus tinggal di mana ma," Dena terus memohon agar mama nya tidak jadi mengusirnya.
"Diam kau! Sangat berisik," seretnya menuju pintu gerbang.
"Pak satpam…." Teriak Sonia memanggil.
Dengan tergopoh-gopoh satpam itu menghampiri, "Ada apa nyonya?"
"Buka pintu gerbang nya," perintahnya dengan nada keras, kesal karena Dena selalu membuat ulah.
Sebenarnya Sonia tidak tega, hanya saja ia selalu kesal jika melihat dua wajah anak tiri nya itu. Entah kenapa dia selalu teringat dengan ibu mereka berdua, sehingga membuat ia emosi dan akhirnya selalu menyiksa kedua nya.
Alasan nya karena ayah dari kedua anak itu selalu lebih sayang dengan istri kedua nya dan mencampakkan dirinya, karena istri kedua lebih muda dari nya.
Sebenarnya sudah lama ia ingin mengusir kedua anak itu, hanya saja saat mengingat permintaan istri kedua yang meminta dirinya untuk merawat Nana dan Dena, Sonia akhirnya tidak tega. Tapi setiap kali melihat mereka berdua darah tinggi nya selalu naik dan akhirnya membuat mereka hidup di rumah itu bagai di neraka, sebagai pelampiasan kekesalan dan kemarahan suami dan madu nya itu.
Setelah pintu gerbang dibuka, Sonia menyeret lagi tubuh Dena dan mendorongnya hingga tersungkur.
Dena yang diperlakukan seperti itu menangis, ia tidak memperdulikan tangan nya yang lecet, dena merangkak dan memohon kepada Mama tiri nya agar tidak mengusirnya.
"Ma, Dena mohon ma, jangan usir Dena, hiks…hiks…"
Sonia tidak memperdulikan itu, ia tetap melipat tangan nya di dada, tidak sudi menatap Dena yang menangis. Jika sampai di melihat, pastinya dia kembali tidak akan tega.
"Singkirkan tanganmu itu," tendang nya dan membuat Dena kembali tersingkir.
Rebecca yang dari dalam langsung menghampiri mereka berdua, dan melempar tas berisikan pakaian itu di samping Dena.
Buk…
"Sekarang kau pergi dari rumah ini. Kami tidak sudi menampung mu lagi, bila perlu ikut sekalian kakak mu di alam baka sana," ucap Rebecca yang benci kepada Dena, karena menurutnya Ibu Dena adalah penghancur rumah tangga Mamanya.
"Hiks…hiks…kak, ku mohon jangan usir Dena," Dena terus menangis sambil memohon kepada Sonia dan Rebecca secara bergantian.
.
.
Tidak jauh dari kediaman Mirdad, Zanna yang berjalan santai melihat keributan di depan pintu gerbang langsung menghampiri.
"Ada apa ini?" tanya Zanna dan menolong Dena.
Mereka bertiga tidak mengenal suara itu karena begitu asing di pendengaran nya.
Rebecca yang melihat wanita asing menolong Dena, hidungnya kembang kempis menahan kesal, "Jangan ikut campur urusan orang."
Zanna tidak memperdulikan ucapan Rebecca, dia mengabaikan nya, dan malah menolong Dena untuk segera berdiri.
"Ayo bangun Dek," tolong Zanna memapah.
Sambil sesenggukan, Dena menoleh untuk mengucapkan terimakasih. Namun saat mata itu melihat siapa yang menolong nya, betapa terkejutnya Dena melihat wanita yang ada di depan nya.
"Ka-kak, kak Nana."
"Nana!" Gumam Rebecca dan Sonia saling pandang.
Sedangkan Zanna yang mendengar gadis kecil itu memanggilnya kakak, hanya diam. Ia bingung karena tidak mengenal sama sekali gadis itu. Tapi jika dilihat dari wajah gadis kecil di depan nya, sepertinya gadis itu mengenal dirinya. Tapi nama nya kan Zanna bukan Nana, Pikir Zanna dalam hati.
"Maaf, kau sepertinya salah orang," jawab Zanna.
"Tidak-tidak! Aku tidak mungkin salah orang. Kamu kakak ku, Kak Nana. Kakak ku yang hilang satu tahun ini," jawab Dena langsung memeluk Zanna.
Eh…
Sonia dan Rebecca yang melihat itu begitu penasaran, apakah benar gadis itu Nana pikirnya, karena mereka berdua yang tidak terlalu jelas melihat keseluruhan wajah Zanna yang tertutup Topi.
Sonia yang penasaran langsung menarik topi yang dipakai Zanna. Saat melihat itu betapa terkejutnya mereka melihat Nana yang mereka kira mati dalam kecelakaan itu ternyata masih hidup, dan saat ini ada di depan mata mereka semua.
"Na-na," Sonia tergagap melihat kenyataan itu.
Sedangkan Rebecca menutup mulutnya dengan tangan, tidak percaya dengan apa yang di lihat nya.
Zanna yang melihat mereka tidak sopan, menarik topi nya langsung menatap tajam dua wanita yang ada di depan nya. "Tidakkah kalian memiliki sopan santun terhadap orang lain?" Ucap Zanna dengan nada penekanan.
Sonia dan Rebecca yang mendengar langsung merinding, apalagi saat melihat tatapan tajam yang seperti ingin mengulitinya. Namun sedetik kemudian, mereka menormalkan ketakutan nya, berpikir, Nana tidak berhak membuat mereka takut.
"Ehem….Kau belum mati?" Tanya Sonia membuat Zanna bingung, ia mengerutkan kening bingung dengan apa yang di ucapkan Wanita baya itu.
"Mati? Apa maksud nya?" Batin Zanna berpikir. Ya, Zanna saat ini belum mengetahui jika wajah nya adalah milik Nana Mirdad.
"Apa kau mengharapkan ku mati?" Tanya Zanna balik bertanya.
"Hei anak nakal, aku ini bertanya kenapa kau malah balik bertanya!" Kesal Sonia dan langsung menjewer telinga Zanna dengan kuat.
"Apa yang kau lakukan wanita tua?" marah Zanna dan menepis tangan lancang itu.
"Apa kau bilang? Wanita tua! Dasar anak tak tahu diri, berani nya kau mengatai ku wanita tua," marah Sonia meledak. Dia tidak mengira Nana seberani itu padanya.
Nana yang biasanya tidak pernah melawan nya, kini menjadi wanita yang begitu berani. Dan hal itu sungguh membuat Sonia dan Rebecca kesal pada anak yang di asuh nya itu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sandisalbiah
apa Zaman belum bercermin.. dai gak menyadari kalau wajahnya sudah berubah..?
2024-02-14
0
Mas neddy Gondrong
apik
2022-12-15
0
Wahyuni
sdh aku masukin ke favorit juga kak
2022-09-05
0