Keesokan harinya,
Ness berangkat pukul 9 pagi menuju kantor sebuah klub yang ada di liga eredivisie Belanda. Ness melakukan perjalanan dengan niatan bahwa dia akan langsung membangun hubungan dengan tim kelas atas. Ia berharap bahwa orang orang disana akan memperlakukannya dengan baik.
Ness memilih ke salah satu klub kelas atas liga eredivisie Belanda yaitu PSV. Ia tidak memilih Ajax karena Ajax dikenal dengan pelatihan pemudanya. Jadi mereka tidak akan menggunakan pemain yang kurang lebih kurang dikenalnya.
Walaupun begitu, Ajax merupakan pilihan yang bagus dan paling tepat untuk pilihannya. Namun memikirkan banyaknya pesaing akan membuat pemain susah mendapatkan menit bermain.
Meskipun ini bagus untuk perkembangan dan pertumbuhan pemain, tapi jika mental pemainnya sedikit buruk, ia hanya akan tinggal di bangku cadangan dan tidak akan bermain yang lebih parahnya ini membuat pemain jatuh dan susah untuk bangkit.
Perjalanan kali ini, Ness menuju daerah Eindhoven.
PSV Eindhoven merupakan klub yang selalu dapat bersaing di papan atas klasemen liga eridivisie Belanda.
Ness melakukan perjalanan ke PSV Eindhoven, karena jika dia tidak salah ingat, PSV tahun ini akan menjuarai liga eredivisie Belanda musim 2015/2016.
Segera.
Ness bertemu dengan salah satu staff dan meminta untuk bertemu dengan manager klub PSV.
"Apakah anda sudah membuat janji temu dengan manager klub kami?"
"Belum, tapi ini sangat penting."
"Maaf, jika begitu. Anda tidak bisa bertemu dengan manager kami jika tidak ada janji temu."
Setelah mengucapkan itu, staff tadi langsung pergi. Ness melihat kepergian staff tadi tidak bisa menahan rasa kecewa dan rasa marah. Namun mengingat bahwa dirinya tidak bisa berbuat apa apa, ia memilih menenangkan dirinya dan keluar dari kantor.
Ness yang sudah diluar, memikirkan kemana ia harus pergi kali ini.
Ia memilah informasi yang ada di kepalanya dan mengingat klub klub liga eredivisie lainnya.
Segera.
Ness menemukan tujuan selanjutnya. Ness memilih pergi ke klub yang sering berada di papan tengah klasemen liga eredivisie Belanda. Namun tim ini selalu menghasilkan bintang bintang.
Seperti Danny Blind, Marten De Roon, Memphis Depay, dan juga Georginio Wijnaldum yang nantinya bergabung dengan Liverpool dan menjadi pahlawan come back Liverpool atas Barcelona di Uefa Champhions League.
...
Ness yang sudag sampai di sekitaran kantor klub Sparta Rotterdam melihat beberapa orang berjas keluar dari mobil mewah. Ia tidak tahu siapa mereka.
Ness kemudian mendekat dan menanyakan kepada salah satu staff yang ada didekatnya.
"Oh itu adalah ketua klub kami, Leo Rujis. Dia baru pulang setelag bepergian untuk melakukan perjalanan bisnis kali ini."
Ness yang mendengar itu tersenyum merasa beruntung, ia tidak menyangka akan bertemu ketua klub. Namun mengingat bahea dirinya tidak mengenal siapa siapa dan mengingat pihak lain memiliki kedudukan yang tinggi, Ness tidak bisa menahan rasa gugup.
Menunggu orang orang itu masuk, Ness juga tidak berdiam. Dia semakin mendekat dan mengajak bicara salah satu staff yang tadi mengikuti rombongan ketua klub.
Staff itu melihat Ness menghentikannya dan mengajaknya mengobrol mau tak mau penasaran, karena dia tidak mengebal pemuda didepannya.
Ia kemudian mengamati Ness dari atas sampai kebawah bulak balik.
"Perkenalkan, nama saya Ness Sebastian. Saya adalah seorang agen sepak bola profesional. Saya ingin membangun hubungan kerja sama dengan klub ini."
Mendengar perkataan Ness, staff itu tertegun. Menurutnya, pemuda didepannya adalah seorang pemuda yang tampan namun memiliki keberanian.
Di usia yang begitu muda sudah menjadi seorang agen sepak bola.
Staff itu tidak lain dan tidak bukan merupakan seorang manager klub Sparta Rotterdam. Ia tidak langsung mengungkapkan identitasnya, karena penasaran apa yang akan dilakukan pemuda didepannya selanjutnya.
Ia menghargai pemuda di depannya yang bisa memutuskan jalan karirnya, mengingat bahwa seorang agen adalah pekerjaan yang susah dan rumit juga cape.
Ia juga ingin melihat sampai mana keberanian pemuda di depannya yang menjadi agen ini.
Ness melihat bahwa orang didepannya tidak menjawab, mau tak mau semakin gugup.
"Saya merupakan seorang agen sepak bola profesional. Saya sudah lama tinggal di Eropa, saya juga mempunyai kewarganegaraan Indonesia. Saya juga memiliki mimpi untuk membawa para pemain muda dari tanah kelahiran saya untuk bermain di panggung Eropa."
"Saat ini, saya sudah memiliki 2 calon pemain muda yang nantinya akan saya tanda tangani. Saya dudah memantau perkembangan mereka di Indonesia."
"Saya ingin meminta klub ini untuk memperbolehkan kedua pemain itu melakukan percobaan di tim ini. Jika mereka memenuhi standar dan di yakinkan cocok untuk tim ini, saya harap mereka bisa tinggal disini dan menambah ilmunya juga."
"Saat ini 2 calon pemain itu masih berumur 17 tahun, jika memungkinkan, saya juga berharap nembawa mereka kesini ketika mereka berumur 18 tahun. Dengan demikian, jika mereka memnuhi standar, mereka bisa langsung bergabung dengan klub ini."
"Saya melakukan ini untuk menjaga hubungan dengan klub ini kedepannya. Mungkin kedepannya saya juga akan membawa beberapa pemain ke klub ini, yang dimana akan menguntungkan untuk klub ini kedepannya jika mengembangkan pemain pemain asal Indonesia."
"Terlebih, 2 pemain yang nanti akan saya bawa ke klub ini, mempunya kualifikasi yang sangat bagus. Saya yakin mereka akan lolos percobaan dan mengejutkan kalian."
Perkenalan Ness terakhir sedikit sombong, namun perkenalan Ness barusan membuat Maurice Steijn yang merupakan seorang manager klub Sparta Rotterdam kagum.
Namun selama penjelasan tadi juga, Maurice memiliki berbagai macam ekspresi di wajahnya, ada terkejut, senang dan rasa penasaran.
Apalagi kalimat terakhirnnya.
Dalam pemikirannya Maurice, pemuda di depannya sangat berani.
"Baiklah, jika ucapan yang kamu katakan benar maka lebih baik kita melanjutkan pembicaraannya di dalam kantor sekalian dengan ketua klub. Apakah nantinya beliau tertarik dengan profosal anda, itu terserah anda untuk bagaimana membuatnya tertarik."
Setrlag mengatakan itu, Maurice langsung mengajak Ness masuk.
....
1 jam kemudian,
Ness keluar dari kantor itu dengan senyum yang sangat lebar, Ia kemudian mengeluarkan 2 kartu nama dari sakunya.
1 kartu nama milik ketua dan 1 nya lagi milik manager.
Ness kemudian memilih pergi ke sebuah mall terdekat untuk membeli sebuah hand phone dan kebutuhan lainnya.
Mengingat bagaimana tadi perbincangan di dalam ruangan.
Ketua klub menanyakan nomor handphonenya untuk bisa berkomunikasi kedepannya, namun Ness tidak mempunyai handphone dan hal ini membuatnya sedikit malu.
Ia juga ditanyai tentang kartu nama dan lainnya.
Ketika keraguan muncul di mata ketua klub, Ness mengeluarkan beberapa berkas dari tasnya yang ia pinjam dari tetangga, namun tetangganya malah memberikannya karena sudah tidak terpakai lagi.
Berkas itu adalah informasi pribadi milik Ness seperti riwayat hidup milik Ness. Ness juga melampirkan sertifikat lisensinya untuk lebih meyakinkan ketua klub. Ia berharap dengan berkas yang ia keluarkan cukup untuk meyakinkan ketua klub.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
ASIKIN AJA
seruu thorr kek di web sebelah tentang agenn, kalo di lanjut seru sihh
2022-08-05
2