Hari kedua akhirnya datang, aku terbangun dengan sendirinya tanpa ada yang membangunkan. Saat kulihat jendela luar, ternyata hari masih gelap dan sialnya aku tidak tahu pukul berapa sekarang.
Tidak ada jam terpasang di kamar ini, hanya ada tempat tidur, dapur kecil, dan juga kamar mandi serta toilet. Mungkin aku akan mandi dan bersiap-siap terlebih dahulu tanpa memikirkan waktu.
Di dalam kamar mandi aku melepas baju santai ku dan menggantungnya dibelakang pintu. Lalu aku bercermin dan melihat bekas luka yang terdapat di bagian perut, bentuknya terlihat seperti bekas cakaran. Sepertinya luka ini masih sangat mencolok, namun sangat disayangkan aku tidak bisa mengingat kenapa bisa ada luka di perutku.
Lupakan itu, aku harus segera mandi dan bersiap-siap untuk menghindari pria menyeramkan itu.
Badanku langsung terasa sangat segar setelah diguyur air dingin walaupun badanku juga sedikit menggigil.
Selesai mandi, aku langsung berpakaian olahraga dan duduk santai di kasur.
Tidak terasa hari sudah mulai terang dan aku mendengar suara seseorang sambil mengetuk pintu kamarku.
"Jika kau sudah bangun dan bersiap-siap silahkan keluar.. waktumu sisa 15 menit sebelum terlambat!"
Dari suaranya, aku yakin dia adalah orang yang sama saat membangunkan ku pada hari pertama.
"Saya sudah siap.. Terimakasih atas perhatiannya!" Aku menjawab dengan lantang.
Aku juga mengerti pekerjaan orang ini, dia bertugas untuk membangunkan para siswa dan segera menyuruh untuk datang ke sekolah.
Lalu dia mengetuk pintu kamar siswa dan berkata hal seperti itu. Jika tidak ada jawaban, maka dia akan langsung masuk tanpa permisi untuk memastikan. Sepertinya dia juga memiliki banyak kunci kamar para siswa, sungguh tanggung jawab yang berat.
Aku langsung keluar dan melihat dia sedang mengetuk pintu kamar sebelah. Tanpa memperdulikannya, aku langsung pergi ke sekolah dan ini saatnya untuk menjalani hari yang lebih berat.
Suasana di kelas saat ini masih sepi. Namun saat aku terhanyut dalam lamunan ku, seseorang menepuk bahuku dengan keras.
"Buk.."
Aku berbalik dan melihat Fisa yang sedang tersenyum puas. Kali ini aku tidak menyadari keberadaannya karena sedang melamun.
"Aku menang!"
"Apanya yang menang?"
"Kau tidak menyadariku kan?"
"Memang benar.. tapi itu karena aku sedang melamun.."
"Aku tidak menerima alasan apapun loh, pokoknya kalau kalah ya kalah.."
"Em.. ya.. aku kalah"
"Hehe.."
Senyum Fisa semakin melebar, kalau dilihat-lihat dia memang imut ketika sedang tersenyum.
Saat sedang asyik bercanda, tanpa disadari bel sudah berbunyi dan menyuruh para siswa untuk memasuki kelas.
Perasaanku tidak enak karena Fisa terus menatapku dan tidak melihat kedepan sama sekali. Rasanya bukan aku yang mengawasinya, tapi malah aku yang diawasi secara terang-terangan.
Beruntung, Smith datang dan membuat semua siswa termasuk aku dan Fisa melihat ke depan. Dia bersama dengan guru lain membawa lemari berukuran sedang yang sepertinya berisi banyak ponsel. Menarik sekali, mungkin ini berhubungan dengan sistem sekolah.
Smith lalu meletakkan lemari itu di depan kelas dan langsung duduk di meja guru.
"Perkenalkan.. dia adalah guru yang mengamati kelas E saat kalian sedang mencari pasangan.. namanya Christ Laurent.. panggil saja Laurent!"
"Baik..!"
Setelah Smith memperkenalkannya, guru bernama Laurent ini langsung menempel selembar kertas di papan tulis yang sedari tadi dipegangnya.
"Ini adalah daftar pasangan yang sudah terdaftar, peringkat satu akan mendapatkan bonus sebesar 500 poin, kedua 250 poin dan disusul yang ketiga sebesar 100 poin!"
"Bu guru.. apa maksudnya? Aku tidak paham.."
Danna bertanya kepada Laurent karena tidak mengerti.
"Mudah saja, aku mengamati kalian bersama para bawahanku untuk menilai bagaimana cara kalian mendapatkan pasangan-"
"Jadi kalian menguntit kami? Apa itu tidak melanggar hak privasi?!"
Banyak siswa yang protes dan menyela perkataan Laurent, tapi dia tetap melanjutkan bicara setelah mereka selesai protes.
"Kami hanya mengawasi sampai pukul tiga sore, setelahnya aku langsung menerima laporan dan menilai siapakah pasangan yang layak menempati tiga besar.."
Smith yang sedari tadi diam langsung bangkit dari kursinya lalu berjalan ke belakang, dia mendekat dan melihat ke arahku. Hal ini tentu saja membuatku cemas dan sempat terpikir kalau aku ada melakukan kesalahan.
"Aku salah menilaimu.. kau memang hebat dan bisa belajar dari kesalahan, pokoknya selamat atas peringkat satumu dengan Campbell!"
Namun tak diduga dia malah tersenyum dan mengatakan hal yang sulit kupercaya.
"Kalian semua silahkan ke depan untuk melihat peringkat kalian!"
Smith menyuruh para siswa untuk melihat kertas yang di tempel di papan tulis. Lalu banyak siswa berkerumun di sana untuk melihat nama mereka. Sejujurnya aku tidak percaya kalau aku dan Fisa berada di peringkat ke satu.
"Woahahah... Apakah ini nyata? Aku tidak percaya...."
Begitupun dengan Fisa, dia terlihat heboh sendiri dan sangat senang dengan hasil tak terduga ini. Namun suasana kelas saat ini jauh lebih heboh daripada Fisa.
"Aku juga tidak percaya.. tapi mau melihatnya kedepan untuk memastikan?"
"Boleh juga.."
Aku lalu berjalan ke depan bersama dengan Fisa yang sambil menyilangkan lengannya padaku, memang agak mengganggu tapi aku memutuskan untuk tidak memperdulikannya.
Satomi Adney - Fisa Campbell
Gilang Darma Wijaya - Cika Cuisine
Barry Danna - Ollie Siena
Ternyata benar saja kalau aku dan Fisa berada di peringkat pertama, tapi aku tidak mengenal orang yang ada di peringkat kedua, namanya juga terasa asing bagiku. Peringkat ketiga ditempati oleh Danna dengan Ollie, aku mengenal mereka saat sesi perkenalan.
"Dimana Lina? Dia bahkan tidak masuk 10 besar.."
"Hmphh.. kau bahkan masih memperhatikannya!"
"Bukan itu, aku hanya.. penasaran"
"Nomor 15.. dia berpasangan dengan Charles sesuai perkiraanku!"
Aku lalu mencari nomor 15 sesuai perkataannya.
Charles Bark - Lina
Mungkin dari sekarang aku harus bisa mempercayai Fisa sebagai pasangan, namun jika dia mengkhianatiku maka aku akan langsung menjauhinya.
Sekarang pertanyaannya, siapa orang yang tidak mendapatkan pasangan. Sudah jelas jawabannya adalah Beny, karena namanya tidak terdapat di kertas ini. Aku jadi penasaran hukuman apa yang diterima Beny karena tidak mendapatkan pasangan.
"Ayo kembali!"
"Ya.."
Sudah puas melihat-lihat, aku mengajak Fisa untuk kembali duduk dan bersantai sambil menunggu penjelasan guru selanjutnya.
Masih banyak yang belum terjawab untuk saat ini, dari kegunaan ponsel yang terpajang di lemari dan juga kegunaan bonus poin yang disebutkan tadi. Aku juga penasaran dengan cara Laurent menilai kami dan menjadikannya peringkat satu.
Sebaiknya jangan terlalu dipikirkan, karena waktu akan menjawabnya seperti kata Fisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments