Yang harus kulakukan sekarang adalah memprovokasinya, karena sudah tidak ada gunanya lagi jika meyakinkan mereka.
Dari awal mereka berdua sudah bersekongkol untuk mendapatkannya dan karena tawarannya ditolak mereka jadi terbawa emosi dan membuat Lina menangis.
Ini memang sudah keluar dari rencanaku sendiri, jadi sekarang aku harus bisa bertindak dan berpikir dengan cepat tanpa berpatokan dengan rencana lagi.
"Jujur saja, aku sangat senang melihat rencana kalian berantakan!"
"Apa maksudmu?!"
"Jadi bagaimana rasanya? Rencana yang kau jalankan dari awal malah berakhir kacau?"
"Hoho..! Aku tidak mengerti kawan dan aku juga tidak tahu rencana apa yang kau maksud"
Rupanya dia tidak menyadari perkataannya sendiri.
" "Mengambilnya dari kami!" Itu yang kau katakan barusan bukan?"
"Hah?!"
"Aku tahu kalian sedang berkomplot untuk mendapatkannya!"
"Kau sedang bercanda kan?"
Mereka hanya berpura-pura tidak mengerti setelah salah mengucapkan kata "dariku" menjadi "dari kami". Kata-kata yang keluar dari mulut memang sangat sensitif, jika salah kata maka bisa saja berakibat fatal.
"Aku tidak tahu kenapa kalian berbuat sejauh ini, tapi yang jelas kalian adalah orang yang bodoh juga naif!"
"Kenapa malah mengina kami?! Aku bahkan tidak mengerti maksud perkataanmu!"
Kali ini nada bicaranya meninggi dan sudah jelas kalau dia sedang marah.
Walaupun yang satu ini terlihat marah, tapi berbeda dengan satunya lagi, dia bahkan hanya diam saja dan terlihat seperti mempercayakan hal ini kepadanya. Aku sedikit curiga dengannya, tapi ada hal yang lebih penting yaitu aku harus terus memprovokasinya.
"Eh... Menghina kami ya..? Kau terlihat seperti pencuri yang tidak akan mengakui kesalahanmu"
"Aku tidak mencuri!"
"Ternyata kau memang bodoh, sekarang coba kau jelaskan tentang kata "dari kami"!"
"I-itu..."
"Sekarang akui saja jika tidak bisa menjawabnya! Mau sampai kapan kau jadi orang bodoh!?"
Selesai mengatakan itu, aku dapat melihat wajah mengerikannya yang semakin merah menandakan dia sudah hampir mencapai batasnya. Sepertinya provokasi ku berhasil membuatnya memasuki perangkap yang kubuat.
Perangkap ini adalah hasil pemikiranku selagi aku sedang memprovokasinya. Singkatnya, aku akan membuatnya mengakui kalau mereka sedang berkomplot lalu akan kubuat mereka menjauhi Lina. Dengan ini aku langsung mendekati Lina dan membawanya keluar kelas menjauhi mereka berdua.
Aku yakin saat ditengah jalan mereka akan langsung menghentikanku, dan disini aku akan mengatakan kalau yang lemah akan selalu kalah.
Mengingat kepribadian dan harga diri mereka berdua yang tinggi, aku sudah memastikan mereka akan terpancing dan langsung menyerangku tanpa pikir panjang. Dan disaat itulah aku akan membuktikan kalau aku lebih kuat dan lebih layak untuk menjadi pasangannya.
Kekerasan fisik memang dilarang, tapi aku tetap bisa membuat mereka kalah tanpa cedera yang serius.
"Ahh..! Cukup! Ya... Itu benar! Kami memang berkomplot untuk mendapatkannya, memang kenapa?! Ada yang salah dengan itu!?"
Akhirnya dia mengakuinya dan membuat suasana kelas semakin memanas.
"Dengar, aku tidak peduli alasan kalian berbuat sampai sejauh ini, tapi yang jelas kalian sudah membuat seorang gadis menangis!"
"Dia hanya menangis bukan? Aku juga tidak peduli dan aku akan terus melakukan segala cara untuk mencapai tujuanku!"
Mendengar perkataannya barusan, sepertinya orang ini menganut kesetaraan gender, dia akan mengorbankan segalanya untuk tujuannya sendiri tanpa peduli itu laki-laki atau perempuan.
Ternyata memang benar kalau dia tak termaafkan, namun saat ini dia sedang memasuki perangkap dan posisiku sedang diuntungkan sekarang.
"Terserah kau saja, tapi tujuanmu sekarang sudah tidak ada kan? Jadi tolong menjauh darinya!"
Aku mengatakan itu sambil berdiri lalu berjalan ke arah Lina melewati mereka berdua. Mereka berdua terlihat diam saja dan memasang ekspresi kesal.
"Ayo pergi, Lina!"
"Y-ya.."
Aku mengulurkan tanganku dan dia menerimanya dengan senang hati. Kini kami berdua sedang bergandengan tangan dan hendak pergi keluar kelas.
"Maaf, Lina! Aku sudah ikut campur urusan kalian dan aku akan melepaskannya saat diluar nanti"
Aku berbisik kepada Lina yang sedang tersenyum walaupun wajahnya masih memerah, mungkin itu karena dia habis ketakutan dan menangis.
"Tidak apa, aku senang sekali!"
Ugh... Apa-apaan itu! Dia cantik sekali, perkataannya membuat jantungku semakin berdebar kencang.
Ditambah lagi senyumannya yang sangat manis, aku jadi semakin ingin melindunginya dan akan terus membuatnya tersenyum.
Suasana di kelas sepertinya sudah mendingin dan juga beberapa siswa terlihat lega. Mungkin mereka takut karena ini akan menjadi masalah berkepanjangan dan merasa lega setelah aku menyelamatkannya.
Saat ditengah jalan, aku mendengar suara decikan lidah dan itu sudah jelas berasal dari mereka berdua.
"Cihh.."
Lalu mereka berdua datang mendekatiku dan hal ini sesuai dengan perkiraan ku. Mereka sedang memasuki perangkap yang sudah kusiapkan.
Nah, sekarang saatnya.
"Hoi tunggu! Kalian berdua! Kau kira kami akan dengan mudah menerimanya? Satomi!"
"Diamlah! Yang lemah akan selalu kalah dan tolong jangan ganggu kami lagi!"
Aku berbalik dan langsung mengatakan hal seperti itu.
"Hah..!! Kau bilang apa!?"
Kali ini mereka berdua terlihat marah, yang satu menatapku dengan tajam dan yang satunya lagi seperti berada di puncak emosi, sudah jelas mereka berniat mencelakai dan mempermalukanku.
Perangkap yang kusiapkan terlalu sempurna hingga membuatku merasa cemas sendiri melihatnya.
"Aku bilang yang lemah akan selalu kalah! Apa telingamu sedang bermasalah?"
"Sudah cukup! Jangan hanya bicara saja! Tapi buktikan kalau kau memang kuat.."
Dia berteriak sangat keras hingga membuat suasana kelas menjadi panas lagi.
Sekarang aku hanya perlu membuktikannya.
"Boleh kok, aku akan meladeni mu!"
"Jangan menangis kalau kau kalah nanti!"
"Terserah saja"
"Cih..! Serang dia!"
Kalau tidak Salah, orang yang menyuruh untuk menyerangku bernama Charles Bark, sedangkan yang diam saja bernama Beny.
Kali ini Charles memerintahkan Beny untuk menyerangku dan tenyata kecurigaan ku memang benar, orang yang sedari tadi diam ternyata menyimpan kekuatan yang lumayan besar walaupun masih kalah jauh denganku.
Gerakannya bukan gerakan amatir, dia memulai serangan melalui tendangan. Biasanya orang akan mulai menyerang dengan mengayunkan tangan kanan mereka dan mengarahkannya ke bagian wajah lawan.
Tapi dia berbeda, dia tidak memasang posisi kuda-kuda dan langsung menyerangku dengan kaki kanannya. Singkatnya, itu adalah serangan kejutan.
Sekarang aku harus menguji kekuatannya dan terpikir untuk menahan tendangannya.
Namun saat kakinya hendak melayang ke wajahku, Lina yang sedari tadi berdiri di belakangku tiba-tiba berteriak padahal aku sudah bersiap untuk menerima serangannya.
"B-beerhentiii.......!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments