"B-beerhentiii.......!!!"
Lina berteriak dengan sangat keras dan membuat Beny berhenti mengayunkan kaki kanannya.
Suasana kelas sekarang memanas seperti sebelumnya.
Tapi karena teriakan Lina, telingaku menjadi sakit dan membuatku sedikit pusing. Agar terlihat baik-baik saja, aku hanya memegangi telingaku sebentar lalu melepaskannya.
"Hoi Beny! Jangan berhenti dan terus serang dia!"
Charles menyuruh Beny agar menyerangku tanpa ampun dan mengabaikan Lina. Sebenarnya aku harus segera menyelesaikannya karena mendadak aku ingin berkeliling lagi.
"Kalau begitu bagaimana jika dua lawan satu? Cukup membosankan melawan bawahan yang lemah, aku ingin melawan keduanya!"
"Ohh... Kau meremehkan kami dan kau pasti akan menyesal!"
Mereka langsung maju menghadapiku dan bersiap hendak menyerang. Begitu pula denganku, aku sudah siap di posisi bertahan karena kalah jumlah. Kami bertiga juga mengabaikan Lina yang terlihat cemas.
Namun saat mereka hendak menyerang, Smith mendadak datang dan mengejutkan seisi kelas. Dia berjalan ke meja guru dengan santainya lalu duduk setelahnya.
Walaupun tidak semua siswa berada dikelas, Smith tetap berbicara dan memberikan pemberitahuan.
"Sekarang sudah pukul 11 pagi, kalian harus mengisi dan mengumpulkan kertas yang dibagikan tadi paling lambat pukul 3 sore atau saat kalian sudah pulang!"
Aku memahami perkataannya kalau waktu yang dimaksud itu adalah seharian, bukan satu hari. Karena ketika sudah memasuki besok pagi, Smith akan kembali menjelaskan sistem sekolah yang baru hingga lima hari kedepan.
Sekolah ini memang bukan sekolah atletik biasa, disini para siswa juga diharuskan untuk memahami aturan sistem sekolah yang diberikan.
Suasana kelas yang memanas kini kembali dingin berkat Smith dan pada akhirnya para siswa termasuk aku, Lina, Charles dan Beny kembali duduk di bangku masing-masing.
"Dan juga jangan terlalu membuat keributan di awal hari! Sekian!"
"Dasar kelas sampah...! Kelas ini memang selalu menjadi yang terburuk...!"
Smith menggumam dengan suara yang sangat kecil setelah memperingati para siswa untuk jangan terlalu membuat keributan, wajahnya juga terlihat kesal.
Mungkin hampir semua siswa tidak mendengar apa yang digumamkan oleh Smith, namun aku yang berada di bangku belakang bahkan tetap mendengar perkataannya.
Dia menggumam dan mengeluhkan tentang kelas ini, mengatainya sebagai kelas sampah dan yang terburuk.
Selesai menggumamkan sesuatu yang tidak terdengar oleh banyak siswa, Smith keluar kelas dan mengatakan akan kembali pada pukul tiga sore.
Perangkap yang sudah kubuat kini tidak berguna lagi. Sekarang aku hanya terpikir untuk mengisi selembar kertas yang aku letakkan di laci meja.
Aku baru ingat kalau tidak membawa apa-apa ke sini, jadi aku memutuskan untuk meminjam pulpen teman sekelas.
Kali ini tidak ada keributan, mereka juga hanya melihatku dan tidak terlihat marah lagi. Saat ini Lina juga terlihat biasa saja, dia tidak lagi merasa takut dan wajahnya kembali seperti semula, yaitu ekspresi datar.
Ini memang agak aneh tapi aku juga sudah tidak peduli, yang terpenting masalah ini akhirnya selesai. Untuk sekarang aku mengamati kembali seisi kelas.
Saat sedang mengamati aku dikejutkan oleh seorang gadis yang mendadak menepuk bahuku.
"Buk!!"
Aku benar-benar tidak menyadari keberadaannya lalu terkejut setelah disentuh olehnya. Dia menepuk bahuku lumayan keras dan berbisik tentang hal yang tidak kupahami.
"Dengar Satomi! Jangan tertipu dengannya!"
Selesai mengatakan itu dia langsung meninggalkanku dan pergi keluar kelas.
"Hei tunggu! Apa maksudmu?"
Saat hendak bertanya maksud perkataannya, dia sudah tidak ada di kelas, jalannya cepat sekali. Mungkin lebih baik untuk menghiraukannya.
Tidak, aku penasaran dan aku harus mencari tahu maksud perkataannya.
Memutuskan untuk mengisi kertasnya nanti, aku langsung keluar kelas dan berniat mencarinya.
Saat sudah diluar, instingku menajam dengan sendirinya dan aku merasakan seseorang mendekatiku. Dengan cepat aku berbalik dan melihat kebelakang.
"Waaa... Aku sangat kaget lohh..!"
"Aktingmu buruk! Huhh... Padahal aku berniat mengejutkanmu lagi!"
Ternyata dia orang yang sama saat mengejutkanku didalam kelas tadi. Kali ini dia hendak membuatku terkejut lagi, tapi dia gagal dan berakhir ketahuan olehku.
"Jadi, kenapa kau mendatangiku? Padahal aku sendiri berniat mencarimu"
"Seperti yang sudah kuduga, kau akan mengikutiku keluar kelas dan aku akan menjelaskannya jika kau menerima tawaranku"
"Kau ingin menjelaskan apa? Aku tidak paham"
"Bukankah sudah jelas? Kau penasaran dengan perkataanku tadi kan?"
"Ahh... itu benar, aku penasaran..."
"Aku juga akan meminjami pulpen untukmu dan tolong terima tawaranku ini dengan baik"
"Eh.. kenapa kau tahu kalau aku ingin meminjam pulpen?"
"Aku akan menjelaskannya sekaligus, sekarang bisakah kita mengobrol di tempat yang lebih santai?"
"Ya, tapi dimana?"
"Ikuti aku!"
Gadis ini terlihat menyeramkan, aku dengan jelas merasakannya. Jika aku menjadikannya musuh, maka kehidupanku disini tidak akan menjadi tenang.
Aku secara pemikiran dan fisik memang lebih unggul, tapi tetap saja aku merasakan kengeriannya.
Dari awal aku tidak menaruh selembar kertas itu diatas meja, jadi kenapa dia bisa tahu kalau aku sedang membutuhkan pulpen. Bahkan aku belum melihat kearah laci meja dan memilih untuk mengamati seisi kelas terlebih dahulu.
Satu lagi, hawa keberadaannya terlalu tipis untuk disadari olehku dan dia dengan mudahnya menepuk bahuku.
Saat kedua kalinya, kali ini aku dapat merasakan hawa keberadaannya dan berbalik kearahnya. Itu juga terjadi karena instingku tiba-tiba aktif dengan sendirinya, jika tidak sudah pasti aku akan kembali dikejutkan olehnya.
Kami berdua tidak berbicara sepatah katapun diperjalanan. Mungkin ini karena suasana canggung diantara kami dan tidak ada yang memulai topik obrolan.
Tapi aku tidak peduli, aku hanya ingin menjawab rasa penasaranku dan segera menjauhinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments