"Hanya itu yang dapat kusampaikan, kalau ada pertanyaan kalian bisa mencari penjelasannya di ponsel kalian.. Terima kasih!"
Laurent langsung pergi keluar kelas setelah mengatakan itu. Tugasnya sudah selesai, beliau sudah mengawasi dan menilai para siswa, lalu menjelaskan tentang sistem pasangan.
"Untuk hari ini tidak ada pelajaran, tapi kalian diharuskan membeli beberapa perlengkapan untuk kebutuhan sehari-hari! Sekian..!"
Smith lalu ikut keluar menyusul Laurent setelah mengatakannya.
Tidak ada pelajaran lagi untuk hari ini dan para siswa hanya disuruh untuk membeli kebutuhannya karena semua barang sudah diambil oleh pihak sekolah.
"Hei Satomi.. apa yang harus kubeli?"
Fisa bertanya padaku lalu mendekat secara perlahan.
"Aku akan membeli peralatan mandi dan mungkin beberapa pakaian.."
Peralatan mandi sangat penting untuk sekarang karena rasanya aneh jika mandi tidak menggunakan sabun maupun sampo. Menurutku beberapa pakaian santai juga diperlukan karena semuanya sudah diambil.
"Kau mesum juga ya.. Satomi?"
"Aku hanya bilang pakaian, memangnya apa yang kau pikirkan?"
"Apa kau sangat ingin melihat tubuhku? Hehe.."
Fisa mencoba menggodaku tapi serangannya sangat lemah, padahal jika dia menempel dan memelukku lagi maka sudah dipastikan aku akan kalah.
"Hentikan.. sekarang ayo berbelanja!"
"Hmphh.. maaf saja kalau tubuhku tidak sebagus punya Lina!"
"Emm.. ayo jalan!"
"Hmph!"
Fisa terlihat kesal dan pipinya menggembung, namun aku tidak menghiraukannya dan terus lanjut berjalan hingga keluar kelas.
Jika dipikir-pikir, Fisa selalu menggembungkan pipinya ketika dia merasa kesal padaku, menurutku tingkahnya itu cukup manis untuk dilihat.
Aku sudah tidak tertarik lagi dengan Lina dan mungkin.. aku membencinya sekarang, dia dengan mudahnya mempermainkan ku. Apa yang dikatakan Fisa saat itu memang benar, semua pemikiranku menjadi sangat tidak logis hanya karena seorang gadis cantik.
Pusat perbelanjaan terletak di dekat area kelas dua, jadi membutuhkan waktu lebih dari 10 menit untuk sampai disana. Aku mengetahui letaknya karena menggunakan aplikasi peta sekolah di ponsel, semuanya jadi lebih mudah dipahami berkat ponsel ini.
Diperjalanan aku membicarakan banyak hal dengan Fisa, dia memang terlihat kesal saat di kelas tadi, namun sekarang dia sudah kembali seperti semula. Orang labil memang mengerikan, itulah yang kupikirkan tentangnya.
"Jadi Satomi.. bagaimana tipe pacarmu?"
"Eh.. kenapa tiba-tiba?"
"Jawab saja!"
"Ok.."
Aku mendadak ditanyai tentang tipe pacarku seperti apa, namun aku juga tidak tahu. Aku hanya menyukai perempuan berambut panjang namun Fisa memiliki rambut yang pendek.
"Emm.. apapun boleh.. mungkin"
Aku menjawab seperti itu karena aku tidak tahu harus menjawab apa.
"Hmph.. kau penuh kebohongan, sesekali jujurlah denganku kalau bisa.. kau kan pasanganku!"
Sepertinya aku tidak bisa terlalu lama membohonginya karena semakin kudekat dengannya, dia akan semakin memahami ku.
"Ya.."
"Meragukan...."
Aku mengabaikan Fisa yang curiga denganku, lalu tidak terasa kami sudah sampai di pusat perbelanjaan sekolah ini.
Tidak kusangka orang yang berada disini ternyata lebih banyak dari perkiraanku, kuharap telingaku baik-baik saja.
"Peluk aku Satomi! Cepatlah..!"
"Kenapa tiba-tiba?"
Fisa mendadak meminta aku untuk memeluknya saat aku sedang khawatir dengan telingaku. Tapi dia menyuruhku untuk segera melakukannya, jadi aku langsung memeluknya tanpa ragu dihadapan banyak orang.
Tubuhku bersentuhan dengannya dan kehangatan tubuhnya juga terasa, apalagi dia memiliki aroma yang sangat manis. Seperti yang sudah diduga, kami menjadi pusat perhatian banyak orang disini.
"Hehe.."
Aku juga tidak mengerti kenapa Fisa menyuruhku seperti itu, tapi kurasa dia memiliki alasannya sendiri dan jika aku menolak atau terlambat melakukannya maka akan cukup berdampak kedepannya, aku sangat yakin.
"Terima kasih Satomi.. aku sudah lega.. sekarang ayo berbelanja!"
"..."
Belum sempat bertanya maksud perbuatannya, dia sekarang menarik tanganku secara mendadak lalu berjalan membawaku ke sebuah toko makanan.
"Kenapa membawaku ke sini?"
"Aku lapar.."
Jawabannya memang masuk akal, tapi aku tetap meragukannya. Dia membawaku ke toko roti lalu kami pun masuk ke dalam dan mendatangi bagian kasir untuk mengantri.
Suasana toko saat ini lumayan sepi jadi hanya perlu waktu beberapa menit sebelum giliran kami tiba. Saat sudah dibagian depan, Fisa langsung memesannya tanpa bertanya padaku terlebih dahulu.
"Permisi.. aku pesan 2 Sandwich!"
"Ya.. Silahkan ditunggu!"
Dia memesan 2 Sandwich dan saat kulihat harganya sebesar 3 poin, ini cukup murah dibandingkan makanan yang lain.
Tidak perlu menunggu satu menit, sandwich yang dipesan langsung datang. Dengan cepat Fisa menerimanya lalu membayar menggunakan ponselnya, dia juga menyerahkan salah satu sandwich kepadaku.
"Terimakasih sudah membeli!"
"Baik..!"
Walaupun Fisa yang membeli makanannya, disini tetap terlihat angka -3 dengan keterangan "Sandwich" di ponselku.
Aku dan Fisa lalu duduk di bangku perbelanjaan dan makan bersama. Padahal kami baru saja sampai, tapi dia sudah melakukan hal yang tidak terduga.
Dari suruhan yang mendadak ingin aku memeluknya, lalu setelah puas dia langsung menarik dan membawaku ke toko roti untuk membeli sandwich, mungkin sekarang waktu yang bagus untuk bertanya.
"Begini Fisa.. kenapa kau memintaku untuk memelukmu? Aku.. merasa malu karenanya"
"Maaf.. aku hanya takut dan ingin bersembunyi"
"Maksudmu kau melihat orang mengerikan yang kau kenal?"
"Ya.. kenapa kau tahu?"
"Hanya perkiraan, tapi kita dilihat banyak orang.. jadi bukankah yang kulakukan tadi percuma?"
"Tidak juga.. kau tahu? Seseorang memerlukan sekitar lima pelukan dalam sehari agar tetap merasa sehat"
"Hmm.."
Fisa mengalihkan topik dan aku hanya bisa diam mencerna perkataanya. Menurutku perkataannya itu ada benarnya juga, berpelukan memang akan membuat suasana tubuh kita terasa jauh lebih berbeda dari biasanya.
Semuanya tergantung dengan perasaan kita saat dipeluk, jika kau merasa senang maka tubuhmu akan memproses rasa senang itu lalu mengubahnya menjadi energi tambahan.
"Loh Satomi? Kebetulan sekali ya!"
Aku mendadak dipanggil oleh seseorang yang suaranya terasa familiar.
"Siapa dia?"
Fisa bertanya padaku, dia juga terlihat waspada dengannya.
"Tenang saja.. dia adalah teman SMP ku dulu"
"Begitu ya.."
Memang sudah lama aku tidak melihatnya, dia bernama Niko, saat kelas dua SMP dulu dia pindah sekolah dan aku tidak lagi berhubungan dengannya, dia juga satu-satunya orang yang bisa kupercayai dulu.
Secara kebetulan aku bertemu dengannya lagi disini, Niko berjalan mendekatiku sambil memegang tangan seorang gadis disebelahnya, mungkin itu adalah pasangannya.
"Hei Niko.. kalian serasi sekali!"
"Berpegangan tangan bukanlah apa-apa dibandingkan memeluk seseorang dihadapan banyak orang, aku bahkan tidak berani melakukannya diam-diam.."
"Jadi kau melihatnya..?"
"Tentu saja, kalian berdua menghebohkan seisi ruangan ini!"
Aku yang sudah merasa malu kini menjadi semakin malu ketika mendengar perkataan Niko.
"Tolong lupakan itu!"
Fisa lalu menyuruh Niko agar segera melupakannya, aku juga melihat wajah Fisa yang sangat merah, kuharap dia tidak demam.
"Dan juga.. tangkapan yang bagus kawan! Aku sangat bangga denganmu!"
Sepertinya rumor tentangku sudah menyebar ke seluruh kelas satu, bahkan aku sangat yakin seisi sekolah ini sudah mengetahuinya.
"Aku hanya kebetulan bisa menangkapnya"
"Tanganmu baik-baik saja kan? Dari yang kudengar kau menangkap pukulan dari pemain andalan sekolah ini"
"Aku merasa sedikit nyeri tapi kurasa tidak ada masalah"
"Jangan memaksakan diri.. Satomi! Oh iya.. orang sepertimu cukup aneh bisa berada di kelas E, aku jadi bingung sendiri.. padahal kau sangat atletis saat di SMP dulu"
"Aku harus menahan diri.. hanya itu"
"Sayang sekali ya.. padahal orang sepertiku saja bisa memasuki kelas B, lagipula kemampuanku masih kalah jauh denganmu"
Jadi Niko berada di kelas B, ini membuatku berpikir seberapa lemahnya siswa kelas satu disini hingga orang seperti dia hampir bisa memasuki kelas A.
Aku tidak meremehkannya, tapi saat duel di SMP dulu Niko bahkan tidak pernah menang melawanku. Mungkin sekarang dia sudah berkembang dan lebih kuat, jadi aku akan melawannya nanti dan melihat perkembangannya.
"Niko.. ayo pergi!"
Gadis disamping Niko yang sedari tadi diam langsung menyela pembicaraan kami, berlama-lama bersama orang asing memang terasa membosankan, itulah yang dipikirkannya.
"Ahahah.. maaf Ling, aku malah mengabaikanmu.."
"Tidak masalah.. tapi diskonnya hanya sampai pukul 10 pagi"
"Masih ada dua jam lagi, bersantailah sebentar dan perkenalkan dirimu pada mereka!"
Niko menyuruh gadis yang kudengar bernama Ling ini untuk memperkenalkan dirinya.
"Halo.. namaku Linq Zhao, panggil saja Ling agar lebih mudah! Salam kenal.. Satomi!"
"Ya.. mohon kerjasamanya!"
Aku menundukkan kepala dan berkenalan dengan Linq Zhao, dari namanya sudah jelas kalau dia berasal dari negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak, yaitu China.
"Jadi kau mengabaikanku? Linqzo?"
Fisa yang sedari tadi menyimak pembicaraan kami dan memanggil Ling dengan sebutan aneh, sepertinya dia kesal karena dia hanya memperkenalkan dirinya padaku.
"Anu.. aku tidak tahu namamu jadi.. maaf!"
"Fisa Campbell, salam kenal Linqzo!"
"Kumohon panggil Ling saja!"
"Linqzo.. Linqzooo...!"
"..."
"Hahaha... kalian cepat akrab ya!"
Niko tertawa lepas setelah mendengar obrolan antara Fisa dan Ling.
"Hei Niko.. bukankah kalian berdua ingin membeli sesuatu tadi?"
Aku mengingatkan Niko tentang belanjaan diskonan yang dikatakan Ling tadi.
"Ya.. tapi itu masih cukup lama jadi kurasa aku masih bisa bernostalgia disini"
"Bukan masalah lama atau tidaknya.. tapi jika diskonnya terlihat sangat menarik, maka akan banyak orang yang mengantri disana"
"Kau benar juga.. ngomong-ngomong, apa kalian sudah membeli kebutuhan kalian?"
"Emm.. belum sama sekali"
Aku sangat yakin jika Niko ingin mengajak kami untuk berbelanja bersama.
"Kalau begitu.. ayo kita belanja bersama! Pastinya akan lebih menyenangkan kalau kita bersama-sama!"
Ternyata memang benar..
"Boleh juga tuh.. Ini terasa seperti double date, ayo!"
Padahal aku ingin menolaknya, tapi Fisa yang terlihat bersemangat langsung menyetujuinya. Aku juga tidak memiliki pilihan lain, jadi kurasa aku akan mengikuti alurnya saja.
"Ya.. mari kita bersenang-senang!"
Aku menanggapi mereka sambil tersenyum pahit.
"Kalau begitu.. Let's Goo!!"
Niko sangat energik dan penuh semangat, kurasa dia memang sudah berbeda dari yang dulu.
Kami berempat lalu membeli banyak peralatan untuk kebutuhan sehari-hari seperti pakaian, alat makan, peralatan mandi, dan lain sebagainya.
Mereka semua terlihat bersenang-senang, jadi menurutku tidak ada salahnya jika aku juga ikut bersenang-senang. Karena aku juga tidak ingin merusak suasana yang terasa membahagiakan bagi mereka.
Lalu hari ini pun berakhir dengan santai bersama mereka, perasaanku cukup senang karena melihat orang yang kupercayai sudah jauh lebih percaya diri dibandingkan sebelumnya.
Kami sudah menghabiskan lebih dari 250 poin untuk hari ini, jadi kuharap di hari selanjutnya aku dan Fisa bisa menjaga nyawa kami dengan cara menggunakan poin secara lebih efisien.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments